Share

Tawaran Gila

***

Hari berganti, sang surya sudah memulai rutinitasnya di pagi hari. Dering alarm sudah sejak 10 menit lalu berbunyi, mencoba melaksanakan tugasnya dengan baik membangunkan tuannya. Namun mata milik gadis lara itu masih terpejam rapat. Keringat membasahi dahinya beriring dengan nafasnya yang tak teratur. Tangannya gemetar meremas sprei tempat tidurnya.

"Arrggh!" Teriaknya kini berhasil membuka mata.

Tiara duduk. Nafasnya terengah-engah, pandangannya kosong melihat sekelilingnya. Ia ingat dimana dirinya berada sekarang. Tiara mengusap wajahnya, mencoba menetralkan degup jantungnya. Ia raih jam yang berbunyi semakin keras, mematikannya.

"Apa itu tadi? Kenapa… kenapa semakin mengerikan?" lirih Tiara merapatkan bajunya.

Tiara menyentuh wajahnya. Ia s***k selimut tebalnya, beranjak menuju depan cermin riasnya. Memeriksa wajahnya sendiri, memastikan sesuatu yang dilihatnya dalam mimpi.

"Itu.. itu tadi aku, bukan?” gumam Tiara mengusap pipi kanannya.

Ia terduduk di bibir ranjang. Tenggorokannya terasa kering. Tiara masih menyentuh wajahnya, mengingat mimpi mengerikan yang begitu nampak nyata baginya. Mimpi terjebak dalam api bukan sekali dialaminya. Namun malam ini jauh mengerikan baginya. Kepalanya pening saat mencoba untuk mengingat gambaran mimpi yang begitu mengusik pikirannya.

“Tiara, jangan banyak berpikir hal bodoh,” katanya pada diri sendiri.

Tiara menarik napas panjang, ia paksa tubuh laranya beranjak, mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Segera berbenah, mempersiapkan diri untuk menghadapi hari. Mencoba mengesampingkan perasaannya yang masih terasa campur aduk.

Tak membutuhkan banyak waktu, Tiara keluar dari kamar mandi 10 menit kemudian. Ia kenakan blazer berwarna cream, merias wajahnya dengan tipis dan tak lupa kacamata yang akan menyamarkan bengkak dimatanya. Ia ingat hari ini banyak pekerjaan untuknya. Beberapa hari ibu angkatnya sedikit sibuk dengan masalah penurunan saham, dan otomatis juga akan membuat Tiara sibuk karena pekerjaan Bu Mira adalah pekerjaannya juga.

"Bawakan itu kemobil. Aku akan pulang terlambat hari ini."

Sayup suara bu Mira terdengar saat Tiara menuruni tangga. Ia percepat langkahnya saat melihat ibu angkatnya beranjak dari ruang makan.

"Mama," panggil Tiara saat berhasil mengimbangi langkah ibu angkatnya.

Bu Mira menoleh, menghentikan langkah. Pandangannya kritik menatap Tiara. Yang dipandang hanya bisa diam tanpa berani berucap.

"Kamu tidak perlu kekantor hari ini. Kemarin kamu sudah membuat malu, aku rasa semua orang di kantor akan membicarakanmu sekarang." Ketus Bu Mira berkata.

Tiara mengangkat wajah. “Tapi, Ma—"

"Aku tidak mau berita negatif perusahaan bertambah, Tiara. Apa kamu tidak sadar apa yang kamu lakukan?"

"Ma, tapi kemarin aku benar-benar tidak sengaja. Kakiku sakit, dan aku tidak sengaja menabrak tuan Arya dan—"

"Apa semuanya akan kamu katakan jika itu tidak sengaja?"

"Tapi sungguh, itu memang—"

"Kamu tidak tahu betapa brengseknya Arya itu!" bentak Bu Mira.

Tiara hanya diam, tak akan bisa ia membantah atau membela diri jika Bu Mira sudah berseru seperti itu. Setengah dari pikirannya juga menyesal kenapa harus berurusan dengan Arya meskipun dalam sisi lain Tiara juga masih merasa berhutang budi padanya.

"Jangan sampai kamu bertemu dengan Arya lagi."

Tiara tak menjawab, dirinya hanya bisa diam menurut.

"Aku tidak ingin kamu bicara tentang Arya lagi, dan jangan keluar rumah tanpa izin dariku." Ucapan Bu Mira yang tak mendapat balasan dari Tiara, wanita modis itu kini melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar tanpa Tiara yang kini hanya berdiam diri mematung ditempatnya berdiri.

***

"Saya tidak peduli, dan urus itu segera!" seruan dari Bu Mira terdengar sebelum akhirnya menutup telfon dengan kasar.

Raut wajahnya terlihat marah, berdecak kesal memijat keningnya sendiri. Ada banyak wartawan di halaman kantor, para karyawan hari ini melaporkan banyak hal yang cukup buruk untuknya. Berita negatif tentang RDC kembali mencuat, terlebih beberapa kolega menarik saham dari perusahaan yang dipimpinnya.

Pertemuan bisnis kemarin juga tak membuahkan hasil yang baik, terlebih ada kejadian yang cukup mengagetkan dimana Tiara terlibat. Ada gosip yang tak sedap mengatakan jika bu Mira mempengaruhi rekan bisnisnya dengan anak angkatnya. Ya, hal yang cukup berat untuk Bu Mira.

"Permisi, Nyonya. Ada tuan Arya yang ingin bertemu."

Bu Mira menoleh, memandang sekretarisnya yang berdiri menunduk di ambang pintu.

"Apa ada jadwal bertemu dengannya hari ini?" tanya Bu Mira.

"Tidak ada, Nyonya."

Bu Mira memicingkan alis, sedikit merasa aneh dengan kedatangan seorang Arya yang tiba-tiba. Pasalnya, Arya Bagus Karisma bukan orang yang mudah untuk diajak bicara masalah bisnis, untuk pertemuan bisnis saja sangat sulit mendapatkan jadwalnya. Bisa bekerjasama dengannya adalah hal yang cukup hebat bagi RDC.

"Biarkan dia masuk." Bu Mira menutup laptop yang terbuka di hadapannya.

Sekretarisnya menunduk menurut, keluar dari ruangan utama pemimpin perusahaan.

"Apa dia akan membicarakan tentang Tiara? Ah, sial. Anak itu benar-benar membuat masalah," gumam Bu Mira sedikit merasa gelisah.

Tak berselang lama, pintu ruangannya kembali terbuka. Arya dan juga sekretaris pribadinya, Kinan nampak memasuki ruangan pemimpin perusahaan RDC.

Bu Mira kini memasang senyum, mencoba melupakan betapa muak dirinya pada pemuda tampan yang bisnisnya jauh lebih sukses darinya itu.

"Selamat pagi, Tuan Arya. Silahkan duduk."

Bu Mira beranjak dari kursi kerjanya, berjalan menuju sofa yang memang ada di ruangan utama sembari mempersilakan Arya dan Kinan untuk duduk. Arya sendiri tak banyak bicara, hanya mengikuti Bu Mira untuk duduk.

"Suatu kehormatan bagiku menyambut kolega yang cukup sulit menyesuaikan waktu untuk bertemu. Ada apa tuan Arya?"

Arya menghela nafas panjang, hanya memberi isyarat pada Kinan untuk meletakkan dokumen yang sedari tadi dibawanya.

Bu Mira mengerutkan kening, "Apa ini, tuan Arya? Anda tidak memutuskan—"

"Ya, anda sudah tahu. Saya ingin mengakhiri kerjasama kita. Ada banyak rumor negatif tentang perusahaanmu yang bisa berdampak pada TMC Group,” potong Arya sebelum Bu Mira menuntaskan ucapannya.

"Tunggu dulu, Tuan. Anda harus tahu kalau berita di luaran sana masih bisa kami tutupi."

"Sampai kapan? Anda juga tidak mungkin bisa berbisnis jika kasus lama perusahaanmu semakin melebar. Saya tahu anda bermain kotor, Nyonya Mira. Dan saya tidak akan pernah mau bekerjasama dengan orang yang bermain kotor."

Bu Mira kini diam. Dia tidak bisa membantah apa yang dikatakan Arya, dirinya menyadari apa yang sudah dilakukannya untuk membuat untung perusahaan adalah dengan cara yang buruk. Dia juga menyadari jika Arya adalah orang yang tidak bisa diremehkan.

"Aku rasa sudah selesai urusanku di sini. Permisi."Arya kini beranjak dari tempat duduknya.

"Tunggu dulu, Tuan Arya! Sudah pasti saya akan hancur jika anda memutuskan kerjasama kita, kita masih bisa membicarakan tentang ini dengan kepala dingin!" tahan Bu Mira.

"Anda mungkin bisa bertahan jika kita masih bekerjasama, untung untuk anda. Lalu apa yang saya dapatkan? Berita negatif karena sudah melindungi pekerjaan kotor anda? Terima kasih tawarannya, saya tidak tertarik," timpal Arya dengan tenang lalu melenggang melangkah menuju pintu diikuti Kinan.

"Saya akan memberikan apapun yang anda mau, asal tidak memutuskan kerjasama ini!"

Arya menghentikan langkahnya, tersenyum miring mendengar ucapan putus asa dari orang yang bisnisnya hampir hancur. Berbalik badan melangkah kembali mendekat kearah Bu Mira. Kinan yang melihatnya kini hanya mengernyit heran tanpa bersuara.

"Saya mau gadis itu. Yang kemarin meninggalkan noda lipstik di kemeja saya,” ujar Arya lantang yang membuat Bu Mira kini membulatkan matanya.

"Apa?! Tidak!" Seru Bu Mira.

Arya menghela nafas panjang, melipat kedua tangannya di depan dada. Memandang Bu Mira yang kini cukup terlihat emosi atas apa yang dia katakan. Sudah jelas Bu Mira paham apa yang dimaksud Arya.

"Anda bisa meminta apapun! Mobil? Rumah? Akan aku berikan!"

"Anda pikir saya tidak bisa membeli itu sendiri? Semua harta anda itu tidak berguna untuk saya, Nyonya Mira. Kalau anda pikir itu bisa menyelamatkan anda, anda salah besar. Berikan gadis itu, saya akan membantu anda keluar dari masalah ini."

"Tuan—"

"Besok malam, aku akan menunggunya. Jika dia tidak datang, aku akan mengucapkan selamat tinggal untukmu dan perusahaanmu."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diajheng WD
aryaa.... Tiara kamu minta bukan mau kamu jadikan budak kann..??? semoga kamu memang menyelamatkan Tiara dri siksaan ibu tirinyaa
goodnovel comment avatar
ida Sari
ya Allah mau apa Arya meminta Tiara dr Bu Mira ,,takut nya Tiara Makin tersiksa jika bersama Arya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status