Beranda / Romansa / Belenggu Dendam Suamiku / Bab 5. Ceraikan Aku!

Share

Bab 5. Ceraikan Aku!

Penulis: Ahza Rumaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-13 11:21:05

Apa Kayana tidak salah dengar? Pantasnya yang bicara begitu adalah dirinya. Bukankah selama ini yang tidak menganggap istri adalah Eiser? Tapi kenapa pria itu berkata seolah dirinya yang tidak bersikap layaknya seorang istri?

"Kamu sedang membicarakan dirimu sendiri, Eiser." Kayana membalas ucapan telak pada sang suami.

"Tak bisakah kamu tidak membantahku."

"Aku hanya berbicara kenyataan, Eiser."

Eiser, mendecak kesal lantaran sang istri terus saja membantah. Dan ketika keduanya sampai di lokasi acara senyum mereka tampakkan di bibir masing-masing.

"Akhirnya kamu datang juga, Sayang."

Kayana langsung menerima pelukan dari Lusiana, sang ibu mertua. Wanita yang masih terlihat muda di usia kepala 5 itu nampak begitu kagum terhadap paras yang dimiliki sang menantu.

Lalu Evan, sang papa mertua. Dia juga sangat senang terhadap Kayana. Pembawaan yang lemah lembut dan penuh sopan santun, menandakan kalau menantunya ini memiliki attitude yang bagus. Tidak seperti yang dikatakan oleh sang putera beberapa waktu yang lalu.

"Ayo kita masuk, Om Reymond sudah menunggu kalian."

Eiser mengulurkan tangan. Kayana jelas kaget. Tak biasanya pria itu bersikap begini. Ah, tetapi sekali lagi Kayana ditampar kenyataan kalau dirinya dituntut untuk bersandiwara di depan keluarga.

Tidak apa, asalkan itu membuat Eiser senang. Apapun akan Kayana lakukan. Setidaknya, Eiser menganggapnya manusia di depan orang banyak. Dan memperlakukannya layaknya manusia pada umumnya.

Bersandiwara tidaklah buruk. Mungkin hanya dengan begini, Kayana bisa dekat dengan Eiser. Jantung tak berhenti berdetak, tatkala Eiser merengkuh pinggang. Pesta dansa telah dimulai, beberapa pasangan terlibat di dalamnya termasuk Eiser dan Kayana yang membuat orang lain merasa iri melihatnya.

"Selamat, kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan," bisik Eiser di telinga sang istri. Kayana hanya diam seraya menghembuskan napas.

Kayana jelas tahu apa yang dimaksud oleh sang suami. Pasti Eiser mengira bahwa dirinya begitu senang karena telah menjadi wanita yang paling beruntung telah memiliki Eiser. Siapa yang tidak tahu Eiser, seorang pemimpin perusahaan Global Group.

Selain harta, parasnya yang rupawan dan postur tubuh yang menawan adalah obat bius bagi kaum hawa. Attitude dan status sosial tak diragukan lagi. Meski terlihat dingin di luar, Eiser adalah sosok pemimpin yang bijaksana dan juga berwibawa.

Ia juga disukai rekan bisnisnya karena sifat yang baik dan ramah terhadap sesamanya. Namun, sayangnya semua sikap itu tidak ditunjukkan pada Kayana karena pria itu terlanjur membenci wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.

"Kamu harus membayar mahal atas semua ini," desis Eiser lagi.

"Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau." Kayana pasrah. Setelah menikah, seorang istri memang milik suaminya. Pesta dansa berlangsung cukup lama, sebelum sebuah tepukan di pundak membuat Eiser menoleh dan menghentikan gerakannya.

"Tuan Eiser."

Eiser langsung melepas pelukan dari sang istri. "Oh, Tuan Owen. Bagaimana kabar Anda?"

Rekan bisnis Eiser yang berasal dari negeri Jiran turut hadir. Itu sebabnya ia memilih untuk berbincang dan meninggalkan istrinya. Dan di saat itulah, Kayana sendirian. Ia berencana untuk menghampiri ibu mertua, tetapi malah berpapasan dengan Freeya adik iparnya.

Kening Kayana mengkerut melihat tingkah adiknya yang nampak celingukan, seperti tengah mencoba menemukan sesuatu.

"Apa yang kamu lakukan, Freeya?" tanya Kayana. Bukannya menjawab, gadis itu menatap kanan kiri.

"Aku dengar putra tertua keluarga Liu datang. Daddy ingin aku mendekatinya dan berkenalan dengannya." Freeya sedikit berbisik saat mengatakannya. Kayana menggeleng pelan.

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Kalau pengusaha menggunakan putri mereka sebagai umpan. Untuk mendukung dan memperkuat kerjaan bisnis mereka yaitu dengan cara perjodohan. Tentu saja, Kayana tidak termasuk.

Sebab ia bukan putri seorang pengusaha. Namun, namanya cukup dikenal karena usaha toko bunga yang sering melayani pelanggan yang mayoritas adalah pengusaha. Namun, untuk keluarga Liu. Kayana tidak pernah dengar. Dan ia tidak mau tahu soal itu.

"Good luck untukmu, Freeya."

Niat untuk menemui ibu mertua batal. Ia berbelok arah untuk mencari meja konsumsi. Dan ketika melihat tumpukan gelas berisi cairan berwarna merah, Kayana tersenyum lalu menghampirinya.

Satu gelas sampanye sudah berada di tangan, dan ia bermaksud untuk kembali. Namun saat ia berbalik, sosok tinggi tiba-tiba datang dan membuatnya kaget sehingga tanpa sengaja menumpahkan isi dalam gelas.

"Oh, maaf!" Ketika Kayana mengulurkan tangan hendak membersihkan jas pria di hadapannya, tetapi tangannya malah ditahan.

"Dari keluarga mana kamu?"

Mendengar itu Kayana mengangkat wajah. Sosok pria tinggi berdiri tegap, kulitnya putih, rahang sedikit kecil, wajah tampannya seolah terukir dengan hati-hati.

"Maaf, saya tidak sengaja."

"Kamu tahu berapa harga jasku?"

Kening Kayana berkerut. Apa pria itu meminta dirinya menebak harga jas? Yang benar saja.

"Maaf, saya tidak tahu. Tapi saya akan coba bersihkan."

"Ini adalah noda anggur," sahut pria itu.

"Lalu?"

"Sepertinya kamu tidak cukup pandai untuk memahami kata-kataku, Nona."

"Jadi Anda mengatai saya bodoh? Begitu?"

Pria itu malah tertawa. Selain suami, ternyata ada orang lain yang membuat Kayana kesal setengah mati. Bahkan di pertemuan pertama kali ini, pria itu sudah berani menghina dirinya.

"Kalau begitu, berikan saya bukti kalau Anda orang yang pintar."

Rahang Kayana berkedut. Gelas yang telah kosong diletakkan di atas meja begitu saja. Lalu ia mengambil sesuatu dari dalam tas tangan untuk diberikan kepada pria di hadapannya.

"Ini kartu nama saya. Hubungi saya, lalu kirimkan nomor rekening Anda. Saya akan ganti rugi sesuai dengan harga jas mahal Anda."

Di sisi lain, Eiser yang tengah asyik berbincang dengan rekan bisnis harus terganggu oleh pemandangan yang menyebalkan. Di mana ia melihat istrinya berbincang dengan seorang pria. Bahkan ia melihat sang istri menyodorkan sesuatu kepada pria itu.

Eiser memang benci dengan istrinya, tetapi ia lebih benci kalau wanita itu tidak bisa menjaga martabat keluarganya. Eiser memisahkan diri dari kelompok. Ia harus memberi pelajaran pada istrinya.

Langkah terdengar mendekat. Namun, Kayana masih belum menyadarinya. Hingga sepersekian detik. Tangannya tiba-tiba ditarik. Ia jelas kaget.

"Lepas, Eiser!"

Untuk menghindari perhatian keluarga, Eiser membawa Kayana ke sebuah ruangan khusus. Di mana ia bebas meluapkan amarah yang meledak-ledak.

"Wanita murahan!" Eiser meraih rahang sang istri, lalu menekan tubuh istrinya ke dinding. "Tidak tahu diri, tidak tahu malu! terang-terangan kamu merayu pria lain di depan keluargaku! Tak cukupkah kamu menjebakku. Dan menghancurkan kebahagiaanku. Menghancurkan hubunganku dengan Ivana? Sekarang kamu menginginkan pria lain? Hmmm?"

"Lepaskan aku, Eiser!" Kayana kesulitan bicara lantaran rahangnya yang dicengkeram.

"Mau mengelak apa lagi? Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Kay. Kamu merayu laki-laki itu. Semurah itukah dirimu?"

"Aku bilang cukup!"

Dan ketika Kayana berhasil mendorong suaminya. Ia langsung berteriak. Sudah cukup ia mendengar penghinaan Eiser terhadap dirinya. Sudah cukup ia menerima tuduhan-tuduhan yang tak berdasar. Dan sudah cukup pula ia menerima rasa sakit di hatinya. Dan saatnya Kayana mengakhiri semuanya.

"Aku muak denganmu, Eiser!"

"Oh ya? Lalu apa maumu?"

"Ceraikan aku sekarang juga!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status