Kent mengecup punggung Ilona yang terbuka. Wanita muda itu menutup matanya, membiarkan lelakinya melakukan apa pun yang ia inginkan. Beberapa menit yang lalu benar-benar begitu mendebarkan. Ilona masih merasakan getaran yang tersisa dari sensasi luar biasa.
Suara ketukan pintu terdengar membuat keduanya kompak menoleh. Kent kembali memutar pandangan. Mereka bertatapan lewat pantulan cermin.
“Akan kubuka pintunya,” ucap Kent. Pria itu kembali menarik bath robes hingga menutupi tubuh polos Ilona.
Kent memutar lutut. Ia melangkah menghampiri pintu lantas menarik gagangnya. Tampak dua orang wanita tengah menunggu di depan kamar.
Kent menoleh, memeriksa keadaan Ilona lalu kembali menatap dua orang di depannya. Kenedict mengedikkan kepala mengajak dua orang wanita itu untuk masuk.
“Sayang,” panggil Kent.
Ilona langsung memutar tubuhnya. Wanita muda itu sedikit terkejut saat melihat dua orang wanita masuk ke kamar mereka. Ilona melem
Jangan lupa reviewnya, Kak. Ohya, yang masih penasaran bagaimana untuk mengklaim koin gratis, kalian bisa klik pojok kanan atas di bagian kotak hadiah. Ada 15-20 koin yang bisa kalian dapatkan setiap harinya. Semoga membantu. Terima kasih. Ditunggu komentarnya di bagian depan. <3
Di saat Kenedict dan Ilona tengah berbahagia, di bagian lain benua Amerika, ada seorang pria yang tampak begitu frustasi. Geram dan bengis.Ia melampiaskan semua kepahitan dan penderitaannya kepada seorang gadis yang tak bersalah. Tak mengerti apa pun. Merasa dijebak dan dikorbankan.“Berdiri!”Ia hanya berdiam diri dengan pandangan kosong. Menerima dengan pasrah perlakuan yang diberikan sang pria padanya.TASHWanita muda itu menggigit bibirnya yang dipenuhi luka bekas gigitannya sendiri.TASHIa pasrah ketika gesper berbahan kulit yang tengah diayunkan itu mendarat ke punggungnya. Ingin hati melawan, tapi ia semakin tampak tak manusiawi dengan kedua tangan yang terikat tali. Ia digantung pada sebuah besi horizontal yang ditompang dengan dua besi bervolume padat yang menjulang setinggi tiga meter.Wanita muda itu merasakan keram dari ujung jari kaki yang nyaris menyentuh lantai. Sakitnya menyebar ke seluruh tubuh.
Seminggu berlalu setelah lamaran Kenedict di atas kapal pesiar pribadi miliknya. Seminggu lebih berlayar dan menghabiskan waktu berdua di laut, mereka pun tiba di Italia. Sesuai rencana yang telah begitu matang dibuat oleh sang miliarder untuk kekasih hidupnya. Ilona tersenyum menatap sang kekasih. Kameja sutra bercorak pemandangan tepi laut. Celana pendek warna putih. Kaca mata hitam bertengger manis di wajahnya yang tampan. Sementara Kenedict juga memuja tampilan kekasihnya. Dress kasual berwarna kuning dengan corak. Rok lebar yang terayun jika kena tiupan angin. Topi bundar berwarna putih senada dengan sendal hak tinggi yang melekat manis pada sepasang kaki jenjangnya. Dengan senyum yang terus merekah di wajah, Kenedict mengulurkan tangan bersiap menyambut sang gadis. Mereka telah tiba di Pelabuhan Genoa. Tempat ini termasuk pelabuhan utama dan tersibuk di Italia yang berbatasan dengan Laut Mediterania. Selain untuk terminal penumpang, pelabuhan in
Sempat membuat drama, akhrinya Ilona pun menyerah dengan bujuk rayu Kenedict. Wanita muda itu tak sanggup menahan gelak tawanya ketika Kenedict bertingkah konyol dan mengancam tak akan berhenti jika Ilona tidak memaafkannya.“Ice cream memang paling baik untuk mengembalikan mood,” kata Kenedict.Satu tangannya menggenggam tangan Ilona, sementara tangannya yang lain menggenggam dua buah ice cream beda rasa.“Coba kau rasa ini,” ucap Kent sambil menyodorkan ice cream. Dengan polos Ilona membuka mulutnya. Namun, bukannya ice cream yang masuk di mulutnya, malah lidah Kenedict.Ilona menggeram. Ia menampar lengan Kenedict. Pria Archer itu tertawa.“Lebih enak itu, kan?”Ilona menggeleng sambil mendengkus. “Emang bule kayak gitu, yah. Cabul!” Ilona berucap dengan bahasa Indonesia.Kent menyengir lebar. Ia menaruh tangannya ke atas pundak Ilona lalu menarik gadis itu ke arahnya. Sepasang kekasi
Terlihat lipatan di dahi Kenedict. Kelopak matanya mulai bergerak, tampak terganggu. Perlahan namun pasti kedua mata pria itu mulai terbuka. Ia mengernyit saat mendengar suara berisik yang datangnya dari dalam kamar mandi. Terdengar suara geraman dari dalam mulut yang masih terkatup itu. Kent butuh beberapa detik untuk mengumpulkan kesadarannya. Namun, saat suara berisik dari dalam kamar mandi makin terdengar, Kenedict tak tahan untuk segera berdiri dari tempat tidur. Sambil mengucek mata, ia mulai melangkah. Kent menguap sambil merentangkan kedua tangan, merenggangkan badan. “Honey,” panggil Kent dengan suaranya yang parau. Kenedict berdiri di depan pintu. Tak ada jawaban selain suara berisik yang terus-terusan mengganggu pendengarannya. Penasaran dengan apa yang sedang terjadi, Kenedict pun segera menekan gagang pintu. “Honey?” Kenedict mengernyit. Dilihatnya Ilona sedang bersandar di atas wastafel sambil memegang perutnya. “
Suasana begitu hening di dalam mobil limosin. Hanya ada deru napas panjang yang terdengar datangnya dari Ilona. Gadis itu menaruh satu tangannya bersandar di jendela sambil membawa pandangan ke luar. Manik matanya seolah tak berhasrat ketika memandangi pemandangan yang indah di sekelilingnya. Hanya ada wajah sang dokter lengkap dengan perkataannya yang terus berdengung di dalam kepala Ilona yang membuatnya makin tak bisa menatap wajah Kenedict. ‘Perbanyak istirahat dan jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan. Sekali lagi saya ucapkan banyak selamat.’ Ada rasa bahagia yang terbalut kesedihan, kepedihan dan rasa tak percaya hingga ia terus bergumam dalam hati, ‘Bagaimana mungkin?’ Yah, bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi. Ketika Ilona tengah berbahagia oleh sebab pria yang begitu dikagumi, dicintainya membuktikan jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Ilona masih terbayang bagaimana lamaran romanti
Sepasang manik hijau tengah mematri cairan kuning pekat di dalam gelas kristal. Tampak rahangnya mengencang ketika dalam kepalanya terngiang ucapan seorang dokter. ‘Jika dihitung dari tanggal HPHT, sepertinya usia kehamilan Anda, enam minggu. Namun, untuk lebih memastikannya, Tuan dan Nyonya bisa segera ke dokter kandungan. Mereka bisa melakukan tes USG untuk memastikan usia kandungan dengan akurat.’ Decihan halus samar terdengar keluar dari bibir pria beradarah Archer itu. Ia kembali menegak minuman dalam gelasnya. TAK Dentuman gelas kristal yang mendarat kasar di atas meja menggema hingga ke seantero bar exlusive di Milan ini. Suasana yang cukup hening membuat Kenedict terbawa dalam khayalan tak berujung. Hembusan napas kasar terus menggema di depan wajahnya. “Hei!” Kenedict berseru sambil mengangkat selokinya. Seorang bartender memutar pandangannya kepada Kenedict di saat tangannya masih sibuk mencampur koktail milik pelangg
Ilona tidak mengerti lagi apa yang harus ia lakukan selain menangis. Seakan-akan takdir kembali melemparnya ke dalam kubangan kepedihan tak berujung.Cahaya yang masuk lewat celah gordeng sanggup memberitahu jika hari telah berganti dan malam kabut telah pergi, akan tetapi lukanya masih begitu terasa.Ilona membuka matanya yang baru terpejam selama beberapa menit. Ia memandang sisi kanan ranjang yang tampak begitu rapi, menandakan jika calon suaminya tak pulang semalam.Selapis bening cairan putih kembali terbentuk membuat matanya perih. Ilona menghela napas dan kembali ia merasakan kesesakan di dada ketika gadis itu mengembuskan napas panjang.TOK TOK TOKIlona mengerutkan kening. Kepalanya kembali terasa pening ketika ia mencoba untuk bangkit. Hembusan napas panjang menggiring gadis itu untuk berdiri dari ranjang lantas berjalan menghampiri pintu.Sempat jantungnya berdetak meningkat saat memikirkan wajah seorang pria yang tak pul
Ilona mengerutkan dahi ketika mendengar dering telepon. Wanita itu menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia duduk di tepi ranjang lantas tangannya meraih gagang telepon yang terletak di atas nakas. Ilona tak bersuara menanti si penelepon mengeluarkan suaranya. “Tidurmu nyenyak?” Wanita muda itu kembali mengerutkan dahi. Suara serak di seberang sambungan telepon tampak sedikit familiar. Kekehan sinis dari si penelpon membuyarkan lamunan Ilona yang masih mengira-ngira siapa sekiranya orang itu. “Ayolah. Aku tahu kau sedang menangisi kehamilanmu. Ups!” “Siapa kau, hah?!” desis Ilona yang akhirnya mengundang gelak tawa dari seberang sambungan telepon. “Akhirnya kau bersuara juga. Kupikir kau sudah bisu karena Kenedict meninggalkanmu. Sudah kubilang dia tidak sebaik yang kau pikirkan. You just a dork, Baby girl.” Ilona mendesah panjang. “Dasar kurang kerjaan,” gumam Ilona. Gadis itu bersiap me