LOGINWajah masam Rudi sepanjang pesta tidak dapat disembunyikan. Ia terlihat begitu kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Amanda. Walaupun Rudi tahu jika ini bagian dari rencana untuk membuat Amanda hamil, tetapi melihat Amanda bercinta di hadapan matanya secara langsung membuatnya merasa tidak nyaman. Rudi mencoba menyembunyikan perasaannya, tapi Amanda dapat merasakan kecemburuan dari Rudi. Wajahnya sedikit panik melihat respon Rudi saat melihat ia bercinta di taman belakang. Terlihat begitu kaget dan kesal. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan sama sekali. Amanda mencoba mendekati Rudi, tapi Rudi menghindar. "Rudi, apa yang salah?" Amanda bertanya dengan suara yang lembut. Rudi tidak menjawab, ia hanya memandang Amanda dengan mata yang penuh emosi. Amanda dapat merasakan bahwa Rudi sedang cemburu, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman. "Aku... aku tidak apa-apa," Rudi akhirnya menjawab, tapi suaranya terdengar tidak yakin. Amanda tahu bahwa Rudi tidak berbohong, tapi ia t
Amanda segera memeluk Alex sesampainya di belakang taman. Ia berkata dengan lembut, "Alex, aku sangat rindu kamu. Aku tidak bisa menahan diri lagi." Alex membalas pelukan Amanda, "Aku juga rindu kamu, Sayang. Apa yang salah?" Amanda memandang Alex dengan mata yang lembut, "Aku cemburu, Alex. Aku tidak bisa melihat kamu memberikan perhatian pada Nina seperti itu." Alex tersenyum, "Amanda, aku cinta kamu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu." Amanda memeluk Alex lebih erat, "Aku mohon, Alex. Jangan biarkan aku cemburu seperti ini lagi. Aku tidak bisa menahan diri." Alex membalas pelukan Amanda, "Aku janji, Sayang. Aku akan selalu memperhatikan kamu dan membuat kamu merasa dicintai." Amanda tersenyum, "Aku percaya kamu, Alex. Aku cinta kamu." Alex memandang Amanda dengan mata yang penuh cinta, "Aku juga cinta kamu, Amanda." Amanda menikmati setiap kata yang disampaikan oleh Alex. Ia semakin liar tidak terkendali. Berusaha melakukan apa yang menurutnya hal yang wajar.
Amanda dan Rudi mengadakan makan malam bersama untuk merayakan 7 tahun pernikahan mereka. Banyak tamu yang hadir, termasuk Nina dan Alex yang mengenakan pakaian senada berwarna merah. Amanda awalnya menyambut Alex dan Nina dengan baik, tidak ada perasaan apapun selain suka cita menyambut kedatangan mereka. Tapi, semuanya berubah ketika Amanda melihat Alex mulai memberikan perhatian kecilnya pada Nina. Amanda mulai merasa cemburu, hatinya terbakar oleh perasaan yang tidak enak. Ia tidak bisa melihat Alex melakukan tindakan kecil itu pada Nina. Amanda mencoba menahan diri, tapi semakin lama semakin sulit. Alex memegang tangan Nina untuk membantu dia mengambil makanan, Amanda langsung merasa tidak nyaman. "Ah, Alex, kamu tidak perlu membantu Nina," Amanda berkata dengan suara yang pelan. Berkata pada dirinya sendiri. Amanda tersenyum, tapi di dalam hatinya, ia sedang bergolak. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin kamu fokus pada aku saja," Amanda berkata dengan suara yang manis, tapi
"Akhirnya aku tidak tidur sendirian lagi," Rudi berkata dengan suara yang lembut, sambil meletakkan tangan Amanda tepat di wajahnya. Berharap sang istri bisa merasakan perasaan bahagia yang sama seperti dirinya. Bisa kembali ke rumah bersama dengan Rudi.Amanda menyambut Rudi dengan perasaan yang sama. Wajahnya berbinar, merasakan perasaan yang sama. Ia juga bahagia bisa kembali ke rumah. Menjadi milik Rudi sepenuhnya sebagai seorang istri."Aku juga senang banget. Akhirnya aku bisa kembali ke rumah. Bertemu dengan kamu," tutur Amanda tersenyum bahagia, suaranya terdengar manis.Rudi yang menginginkan malam ini di habiskan untuk bercinta, terus melakukan hal romantis di hadapan Amanda. Ia memuji Amanda setinggi langit, membuat Amanda terkesan dengan berbagai kata romantis yang di sampaikan oleh Rudi."Kamu adalah istriku yang paling cantik, Amanda. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu," Rudi berkata dengan suara yang penuh emosi, membuat Amanda meleleh.Amanda tersenyum, ia tahu bahwa Rudi
"Ada apa?" tanya Alex dengan wajah bingung. Tatapan Nina langsung tertuju pada bagian leher Alex. Khawatir akan ada bercak merah yang kembali ada di leher Alex."Aku cuma ingin pastikan tidak ada bekas kecupan perempuan lain di leher kamu," Nina sembari terus mencari bercak merah di leher Alex, suaranya terdengar cemburu.Alex terlihat capek, ia kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Nina. Ia justru memulai sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Bukan hal baik bagi Nina untuk mencari sesuatu yang sama sekali tidak baik untuk dilakukan. Alex merasa seperti sedang diinterogasi, padahal ia tidak melakukan apa-apa."Aku sudah bilang sama kamu. Itu gigitan serangga, Sayang. Masa kamu tidak percaya sama aku?" Alex sedikit kesal, suaranya meninggi.Nina menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. Lalu kembali berkata dengan tegas. "Aku sayang sama kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu, Alex. Aku tidak ingin ada perempuan lain yang merebut kamu dari aku. Aku cuma menghindari hal itu saja."Al
Alex memeluk erat Amanda setibanya di bandara. Ia tahu mereka masih bisa bertemu, tapi ada hati yang harus mereka jaga selanjutnya - tidak boleh saling menyakiti. "Terima kasih untuk satu minggu yang menyenangkan," ucap Alex, masih nyaman memeluk Amanda. "Aku juga merasakan yang sama, Alex. Liburan ini menyenangkan. Semoga suatu hari nanti kita bisa kembali merasakan suasana pulau Bali yang lebih indah lagi," ucap Amanda dengan wajah sumringah. Alex melepaskan pelukannya. Air matanya berlinang. Perpisahan ini terasa menyesakkan bagi Alex. Apalagi dia tidak tahu kapan bisa melakukannya lagi seperti biasa. "Apa yang membuatmu menangis, Alex? Come on, aku masih di sini. Kita masih bisa bersama," Amanda meraih tangan Alex. Alex berusaha tegar. Dia mengusap air matanya. Menatap wajah Amanda dengan tatapan tajam. Berharap tidak akan ada akhirnya di antara keduanya. "Kamu janji kita akan melakukannya lagi?" tanya Alex penuh harap. Amanda terdiam, melihat wajah harap dari Alex.







