Share

Dokter Ivan

Langit di luar masih cukup gelap, cahaya fajar berwarna jingga belum tampak jelas di ujung khatulistiwa. Meski kehidupan masih belum dimulai, tapi ada satu orang yang sudah bangkit, karena ia harus memulai hari lebih awal dari penduduk lain. Selepas membersihkan diri dengan air sejuk yang membuat badannya sedikit menggigil, seorang pria muda dengan tinggi menjulang dan berkulit coklat bersiap mengenakan pakaian berwarna biru pucat dengan syal yang ia lilitkan di leher. Setelah semuanya siap, ia masih menikmati pagi dengan duduk santai di depan perapian sambil menikmati secangkir minuman hangat berwarna ungu yang entah terbuat dari apa. 

Sebuah piringan hitam memainkan lagu-lagu klasik dari era 70-an dengan merdu. Pria yang sedang duduk sambil memejamkan mata itu, sesekali memainkan jari jemarinya di udara seperti sedang memainkan tuts piano. Senyum hangat tidak lepas dari wajahnya, ia tampak begitu tenang menikmati pagi yang damai. Lagu panjang yang terus dimainkan di piringan hitam, tanpa terasa mengantarkan matahari terbit dari khatulistiwa. Gelap dan sunyinya suasana pagi, berganti dengan suara-suara kehidupan masyarakat yang mulai sibuk seiring dengan pilar cahaya yang masuk dari sela-sela lubang udara di atas jendela rumah yang ada di sebelah kirinya. Pria itu melihat sebuah sinar merah yang menyorot matanya dengan silau, lalu ia berusaha menutupi cahaya yang menyorot matanya dengan telapak tangan, menyingkirkan sinar merah yang ternyata bias dari cahaya yang mencitrakan pembuluh darah di balik kelopak matanya. Tanpa terasa pria muda bermata biru itu terlena dengan alunan musik yang memanjakan telinga, hingga tanpa sadar matahari telah menyingsing. 

Pria itu segera mengenakan topi kulit lalu keluar dari rumah sederhana miliknya, mengunci pintu kayu dengan kunci perunggu yang tampak cukup berat. Meski hari baru saja dimulai, tapi jalanan kota pagi ini telah ramai dengan penduduk yang berlalu lalang. Ada penduduk yang membawa hasil hutan untuk dibawa ke pasar, ada juga penduduk yang berjalan santai sambil membaca koran pagi. 

Setelah keluar dari rumah, pria itu mengambil surat kabar yang ada di dalam kotak surat berbentuk seperti peti harta karun yang terpasang di depan rumahnya. Sambil berjalan santai, pria itu membaca kabar terbaru yang tercetak di sana. Berita politik, kesehatan, ekonomi, sosial, dan banyak berita lain tersaji lengkap di surat kabar tersebut. Di sudut lain, terlihat seorang pria muda yang tampak belum dewasa sedang berlarian sambil memasukkan koran yang ia bawa di dalam tas selempang besar yang menggantung di bahunya ke dalam kota surat di rumah-rumah warga. Pria muda itu tampak antusias, tidak ada rasa tertekan yang tampak di wajahnya. Pria muda itu hanya tersenyum, seakan pekerjaan ini adalah sebuah berkat untuknya. 

Pria dewasa dengan syal biru dan rambut ikal yang sedang membaca koran sambil berjalan itu, hendak menuju sebuah tempat di mana ia akan menghabiskan waktu untuk bersantap pagi dan berbincang dengan orang-orang yang ia temui di sana. 

"Selamat pagi, Tuan Ivan! Semoga diberkati hari ini!" sapa seorang penduduk yang kebetulan berpapasan dengannya. Tidak hanya satu, banyak sekali penduduk yang menyapa pria bernama Ivan tersebut. Nampaknya, pria tinggi dengan paras yang rupawan itu cukup terkenal di mata penduduk. 

"Tuan Ivan, Tuan Ivan!" seru seorang wanita tua dengan langkah tertatih mendekati Ivan.

"Iya, Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" Ivan sedikit menunduk ketika menjawab kalimat wanita tua tersebut, karena si wanita memiliki badan yang membungkuk.

"Anak saya, anak saya!" Wanita itu menunjuk-nunjuk ke belakang, tatapan matanya bergetar, ia terlihat sangat panik. 

Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut, Ivan segera meminta wanita tua itu untuk mengantarnya menuju ke tempat yang ditunjuk. Sebuah rumah sederhana dengan atap jerami, dinding kayu, dan pintu yang terlihat rapuh, menyambut kedatangan Ivan dan si wanita yang sedang panik. Di dalam rumah tersebut, terdapat seorang gadis remaja sedang terbaring di atas ranjang kayu yang tampak keras dan tidak nyaman. Ivan tahu jika gadis itu tengah mengalami sesuatu yang buruk. Ia meminta tolong kepada si wanita tua untuk membawakannya satu ember penuh air bersih. 

Si wanita dengan sigap berjalan ke belakang. Meski langkahnya tertatih, wanita itu tetap berusaha memenuhi permintaan Ivan. Sementara itu, Ivan memeriksa suhu badan si gadis muda dengan punggung tangannya. Saat mereka berdua bersentuhan kulit, tiba-tiba ada asap putih tipis yang keluar dari titik yang saling bersentuhan. Mata Ivan terbelalak melihat asap itu, ia tahu jika ada sesuatu yang tidak beres di depannya. 

Sesaat kemudian, si wanita tua mendatangi Ivan dengan tergesa-gesa sambil membawa sebuah mangkuk besar yang terbuat dari kayu dengan air yang terisi penuh di dalamnya, lalu ia letakkan mangkuk besar itu di samping Ivan. Dengan sigap, Ivan menyelupkan kedua telapak tangannya ke dalam air. Tiba-tiba, cahaya berwarna hijau terpancar dari tangannya, menyebar hingga membuat satu mangkuk besar air itu menyala hijau. Beberapa saat kemudian, cahaya itu mulai redup hingga menghilang tanpa jejak. Kemudian Ivan meminta si wanita tua untuk membawakannya kain bersih, si wanita pun segera menuruti permintaannya. 

Ivan merendam kain itu sesaat, lalu memeras agar tidak ada air yang menggenang di dalamnya. Setelah itu, Ivan mengompres dahi anak si wanita dengan kain tersebut, lalu ia mengepalkan tangan ke depan dadanya dan merapalkan sebuah mantra. Gadis yang tengah terbaring lemah itu tiba-tiba mengerang, wanita tua yang berdiri di belakang Ivan tampak panik dengan tangan yang gemetar. Keringat dingin mulai membasahi wajah wanita tua itu, ia khawatir terjadi sesuatu kepada putri semata wayangnya. 

Meski teriakan gadis itu semakin keras, tetapi Ivan tetap tidak bergeming dan terus saja merapalkan mantra. Sesaat kemudian, asap tipis berwarna putih mulai mengepul dari sela-sela kain basah yang menutupi dahinya. Asap itu semakin lama semakin tebal, hingga ada aroma terbakar yang tercium dari asap tersebut. Aroma itu semakin lama semakin kuat, namun Ivan seakan mengabaikan hal tersebut. Si gadis terus mengerang kesakitan, namun tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Suaranya terdengar hingga ke luar rumah, namun tidak ada orang lain yang peduli terhadap keadaan rumah ini. 

Aneh, kata itu memang pantas disematkan pada lingkungan yang terlihat seperti abad pertengahan ini. Namun meski terlihat kuno, tempat ini sudah dialiri listrik yang merata, bahkan hingga ke rumah sederhana milik wanita tua tersebut. Selain itu, terdapat banyak hal kontradiktif di mana rumah-rumah warga yang berjarak tidak jauh satu sama lain, bertemu dengan para warga yang tampak individualis. Terlihat dengan tidak adanya orang yang mengunjungi rumah si wanita tua, padahal teriakan si gadis terdengar jelas hingga ke telinga warga yang berlalu lalang. Sayangnya, tatapan para warga yang tampak individualis itu terlihat kosong, tidak ada pancaran kehidupan dari sorot matanya. 

Teriakan gadis yang memekakkan telinga itu masih terus berlangsung, hingga perlahan kain yang mengompres dahinya bersinar hijau, sinar yang sama dengan air di dalam mangkuk besar ketika Ivan menyelupkan tangannya. Aroma terbakar yang keluar dari asap yang mengepul tebal, kini berubah menjadi aroma mawar yang harum semerbak hingga memenuhi penjuru ruangan. Gadis itu juga perlahan menjadi tenang, seiring semakin tipis asap yang keluar dari sela-sela kain yang bersinar semakin terang itu. Beberapa saat kemudian, cahaya hijau itu perlahan menjadi redup dan lenyap. Gadis yang masih tidak sadarkan diri itu tampak terengah-engah, air yang mengalir dari kain yang mengompres kini bercampur dengan keringat yang mengucur deras dari seluruh tubuhnya. 

Ivan menghela nafas, tugasnya sudah selesai di sini. Ivan memberitahu kepada si wanita tua agar rajin melakukan grounding, yaitu menapakkan kaki ke tanah tanpa alas kaki, lalu memfokuskan nafas untuk membuang energi gelap yang mengendap di seluruh tubuh. 

"Sepertinya anak Anda baru bertemu dengan seseorang yang memiliki energi gelap, residu energinya terbawa hingga ke rumah. Tapi tenang, saya sudah membersihkan energi gelap tersebut," terang Ivan sambil berdiri dan hendak meninggalkan rumah si wanita tua. 

"Terima kasih, Tuan Ivan," sahut wanita itu sambil membungkuk, dia benar-benar merasa tertolong dengan bantuan yang diberikan oleh Ivan. 

"Jika saya boleh tahu, apakah anak Anda adalah seorang empath?" Ivan berbalik ketika hendak membuka pintu.

"Benar, Tuan, anak saya adalah manusia asli bumi dengan kemampuan tersebut, jiwanya lahir di bumi, dan dia masih butuh banyak belajar karena usianya masih sangat muda." Wanita tua itu tertunduk lesu, dia terlihat masih sangat khawatir dengan keadaan putrinya. 

"Baby soul, ya? Tidak masalah, nanti dia pasti akan belajar dengan sendirinya. Tidak perlu sungkan menghubungiku jika ada sesuatu yang terjadi," sahut Ivan sambil tersenyum hangat, sebelum dia meninggalkan kediaman wanita tua itu untuk melanjutkan perjalanannya menuju toko roti kegemarannya untuk mendapatkan sarapan. 

Empath, adalah sebuah karakter manusia yang menjadikan seseorang menjadi lebih peka terhadap energi yang dipancarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Kelemahan seorang empath adalah dia mudah lelah ketika berada di kerumunan, mudah sedih saat ada seseorang yang sedang dilanda kesusahan, dan mudah marah ketika ada orang yang sedang berseteru. Meski begitu, orang empath adalah orang yang sangat peduli dengan sesama, dia tidak mampu melihat orang lain menderita. Apa yang dialami oleh anak si wanita tua adalah dampak menjadi seorang empath, di mana dia sebenarnya harus mampu membersihkan residu energi negatif yang diterima dari luar.

Sayangnya Ivan tidak tahu, perjalanannya menuju ke toko roti tempat ia membeli sarapan, mengantarkannya bertemu dengan seseorang yang akan memberikan pengaruh besar di dalam hidupnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status