Share

Bentala dan Nabastala
Bentala dan Nabastala
Author: Garnis Ramadhani

Kentut

“Rain!” teriak Bella ketika melihat gadis berambut pirang dan berbadan atletis serta proporsional itu berjalan sendirian di koridor sekolah. 

“Rain!” panggilnya lagi, namun gadis yang dipanggilnya tak kunjung menoleh. Bella berlari menghampirinya dan tahu alasan kenapa teman sebangkunya itu tidak mendengar panggilannya.

“Raaaaiiiinnnnnnn!” teriaknya sekali lagi tepat di telinga kanan Rain, sambil menyopot earphone yang Rain kenakan.

“Aduuhh! Kuping gue sakit gila! Loe apa-apaan si Bel?” sewot Rain yang merasa paginya sudah berantakan.

“Makanya kalau pagi-pagi jangan jalan pakai earphone,” 

“Gue kalau nggak pakai earphone, sepanjang koridor nih, gue cuma denger orang gosip terus tauk!” ucapnya sambil merangkul bahu Bella, menggiringnya agar mempercepat langkahnya.

“Selow aja kali Rain, bel masuk masih lama juga ih,” Bella yang tak suka diburu-buru berusaha melepaskan rangkulan Rain yang semakin erat.

“Aduuh nggak bisa Bel, kita harus cepet sampai kelas," ajaknya lagi.

“Duh duh duh Rain, bentar perut gue kok tiba-tiba mules banget ini," mendengar hal itu Rain melepaskan rangkulannya di bahu Bella.

“Rain, kayaknya gue mau ke toilet dulu deh ini, loe duluan aja ke kelasnya nanti gue nyusul. Udah nggak tahan banget ini," ucap Bella sambil memegangi perut dan tangan kirinya mengelap keringat sebesar biji jagung di kening berponi itu.

“Ih Bel tunggu dulu, tahan dulu kenapa sih? Ke kelas dulu yuk!” rengek Rain yang seolah tak mau tahu temannya sakit perut.

“Gila loe Rain, kalau gue ke kelas sekarang yang ada malah gue buang hajat di kelas, udah gue ke toilet dulu," Bella yang tak tahan dengan sakit perutnya beranjak pergi ke toilet.

Namun baru beberapa langkah ia meninggalkan tempat semula, tangannya lagi-lagi dicekal oleh Rain.

“Iihh tunggu dulu Bel,"“

Mau ngapain si? Nggak biasanya loe mau cepet-cepet ke kelas, mana nggak ngebolehin gue ke toilet! Gue udah nggak tahaaaannn!” ucap Bella tak bisa diam saking sulitnya menahan isi perutnya agar tidak keluar.

“Gue mau nyontek PR matematika dong," Rain hanya cengengesan melihat wajah Bella yang menggelembung.

“Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Nih bukunya ada di tas, sekalian bawain tas gue ke kelas, okeee!” setelah kalimat terakhir diucapkan oleh Bella, ia segera berlari kalang kabut menuju toilet, tak peduli sepanjang ia berlari, suara dan bau gas alam tercium di sepanjang koridor.

“Heh bau apaan nih? Loe kentut ya Do? Nggak sopan loe kentut kok baunya ngalahin bau bunga bangkai!” ucap Angga sambil menjitak kepala Aldo. 

“Sialan! Gue nggak kentut malih! Loe kalik yang kentut! Sembarangan aja kalau ngomong!”

”Kentut gue nggak kayak gini baunya!”

”Apalagi kentut gue!” dan Aldo yang tak terima difitnah bahwa ia mempunyai kentut yang sangat bau pun mencoba menggapai kepala Angga. Terjadilah aksi saling memiting antar dua sahabat karib itu.

Menjadi tontonan gratis bagi teman-temannya yang ada di koridor.

“Dih bau apaan nih?” tanya salah satu murid kelas X yang sedang berdiri menghadap papan mading, setelah Bella berlari secepat kilat di belakangnya.

“Iiwwww, bau banget. Sampah kalik ya?” timpal temannya yang segera menutup hidung setelah mencium bau yang menusuk hingga tulang hidungnya.

“Ya kalik sampah baunya barusan, harusnya kalau sampah baunya udah dari tadi waktu kita di sini,” temannya memberikan tanggapan yang lebih masuk logika.

”Iya juga ya, tapi kenapa malah kita bahas kentut, harusnya kan kita bahas artikel apa yang bakal kita muat buat mading minggu depan,” temannya yang lebih pendek dan gempal, tiba-tiba mengacungkan jari telunjuknya.

“Gue punya ide brilian nih!”

Sontak kedua temannya menolehkan kepala ke asal suara.

“Apaan emang ide loe?”

“Gimana kalau kita pajang aja artikel 'cara agar kentut tidak bau' atau 'makanan apa saja yang membuat kentut bau' atau 'siapa orang yang mempunyai kentut paling bau' bagus kan ide gue?” ucap gadis bertubuh gempal itu.

“Hah? Ya kali kita mau muat artikel tentang kentut?” salah satu temannya tadi tak terima.

“Tapi kalau menurut gue, ide loe bagus juga. Kita belum pernah juga kan bikin artikel tentang kentut, nanti bisa disambungin sama kesehatan lambung sama kesehatan badan. Gue rasa itu bisa menarik minat si pembaca sih, soalnya judulnya aja lucu kan 'kentut'. Pasti pada penasaran sama artikelnya!” ucap temannya yang menjawab memakai logika tadi. Gadis bertubuh pendek dan gempal itu tersenyum lebar saat idenya yang terdengar konyol itu disetujui. 

Di lain tempat, Rain juga tersenyum lebar melihat ke arah tangannya yang memegang tas milik Bella. Ia tak menyangka hari ini Bella dengan mudahnya memberikan buku matematika kepadanya, malah mempersilahkan Rain untuk menyalin pekerjaan rumahnya. Padahal seisi sekolah juga tahu kalau Bella adalah tipe murid yang sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran dan sportivitas. Ia tak akan pernah mau berbuat kecurangan walaupun itu demi kebaikan temannya sendiri. 

“Widiiiih mimpi apa gue semalem, bisa-bisanya Bella ngasih buku PR ke gue segampang itu, hoki seumur hidup gue udah kepake hari ini dong!” ucapnya kepada diri sendiri dan menatap lamat-lamat buku matematika Bella. Seakan buku itu adalah buku keramat.

“Gue nggak solehah, tapi alhamdulillah dapat rejeki nomplok,”

Rain pun berjalan ke kelasnya dengan senyum dan langkah ringan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status