LOGIN"Kamu selalu saja membantah ucapan Mama. Kamu bahkan tidak mau mengabulkan permintaan yang bisa saja menjadi permintaan terakhir Mama! Kamu egois sekali, Sa!"
"Aku akan melakukannya, Ma! Aku akan mengikuti keinginan Mama untuk menjadi Elmq dan membiarkan Mas Rangga menjadi suaminya, aku akan melakukan apapun, Ma. Jadi tolong, jangan berkata seperti itu lagi.” Sontak saja kesediaan Elsa membuat Rangga tersentak. Sebelumnya Eksa telah sepakat untuk menolak rencana gila itu, tapi sekarang Eksa kembali luluh, bahkan menyatakannya dengan sangat tegas tanpa mendiskusikannya kembali pada Rangga. "Sa! Apa kamu sudah gila?" "Aku akan gila kalau sampai aku juga kehilangan Mama, Mas. Kehilangan Papa saja sudah cukup berat untukku, apalagi kehilangan satu-satunya orang tua yang aku miliki sekarang ini? Aku mohon kamu mengerti keputusanku, Mas. Please, mengertilah kesulitan yang tengah aku hadapi ini." "Kamu akan menyesali keputusan impulsifmu itu, Sa!" "Aku akan lebih menyesali kalau aku menolak permintaan Mama yang pada akhirnya aku akan kehilangan dua orang yang sangat penting di dalam hidupku. Mama dan juga adik kembarku." Tanpa berkata apa-apa lagi Rangga berderap keluar kamar dalam amarahnya. Ingin sekali Elsa mengejar suaminya itu, tapi untuk saat ini, ia harus menenangkan mama Tian terlebih dahulu. Selama ini Rangga telah menjadi suami yang baik dan bijak untuknya. Elsa berharap kalau dalam masalah ini, Rangga tidak akan berubah, suaminya itu akan tetap menjadi suami yang setia dan juga penyayang, yang selalu mengucapkan kata-kata bijak nan menenangkan. "Kamu serius dengan ucapanmu barusan, Sa?" tanya mama Tian dengan suara parau. "Iya, Mama. Aku akan melakukan apapun demi kesembuhan Elmq. Dan aku pun yakin pada kesetiaan Mas Rangga, aku percaya Mas Rangga tidak akan melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan pada Elmq nantinya,' jawab Elsa dengan penuh keyakinan. Mama Tian meletakkan kedua tangannya di bahu Elsa untuk membantu putrinya itu berdiri lagi, hingga mata mereka saling terkunci, "Mama tahu kamu akan melakukannya. Kamu selalu menekan keinginanmu demi bisa membahagiakan adikmu satu-satunya itu. Baiklah, Mama sudah bisa bernapas lega sekarang. Kalau begitu, saat Elmq sadar nanti dan dia mengira dirinya sebagai dirimu, maka kita semua harus mengikutinya, ok?" "Baik, Ma." Mama membalik tubuh Elsa agar sama-sama melihat sosok rapuh Elmq yang masih terbaring lemah di atas tempat tidurnya, "Semoga saja keputusan tepatmu ini akan membawa kebaikan untuk kita semua, dan terutama untuk pemulihan Elmq nantinya. Mama akan berhutang banyak hal padamu," ucapnya. *** Setelah memastikan kalau mama Tian sudah mulai tenang dan tidak akan melakukan hal yang akan membuatnya kehilangan nyawanya, barulah Elsa mencari Rangga. Suaminya itu terlihat tengah merenung di kursi taman yang menghadap langsung ke halaman luas, dimana anak-anak kecil tengah berlarian ke sana ke mari, dalam pantaun orang tua atau pengasuh mereka tentunya. Tidak ada satu patah kata pun yang dapat Eksa ucapkan selain hanya memeluk tubuh kekar Rangga dalam diam. Ia ingin berlama-lama memeluk suaminya itu, hal yang mungkin saja tidak akan dapat Elsa lakukan lagi kalau rencana mama Tian terlaksana. Setidaknya mereka tidak akan bisa bermesraan lagi di depan Elmq nantinya. Dalam diam Elsa terus berdoa agar Rangga dapat menerima keputusannya dengan lapang dada. Semoga Rangga mengerti apa yang membuat Elsa menyetujui ide gila mama Tian. Ada dua nyawa yang dipertaruhkan di balik keputusan impulsifnya itu. Setelah cukup lama mereka terdiam, pada akhirnya akhirnya Rangga yang bersuara lebih dulu setelah pria itu menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya, itu pasti. "Aku tidak dapat menolaknya, ya kan?" tanyanya lirih. Dari kedua mata Rangga yang sembab, Elmq tahu betul kalau suaminya itu pasti sangat terluka dengan keputusan yang telah Elsa ambil. Keputusan yang menurut Rangga akan membahayakan rumah tangga mereka nantinya. Namun semua itu tidak akan pernah terjadi kalau Rangga tetap setia pada Elsa kan? Dan di atas segalanya, Elsa tahu betul kalau Rangga pasti akan tetap menjaga sumpah setianya pada Elsa. "Kita tidak memiliki jalan lain lagi, Mas. Aku mengerti apa yang tengah kamu rasakan sekarang ini, karena aku pun juga sedang merasakannya. Bahkan berlipat kali sedihnya darimu, Mas. Karena ini sama saja aku berbagi suami dengan adik aku sendiri," jawab Elsa. "Kenapa, Sa? Kenapa ujian seberat ini harus menerpa rumah tangga kita? Tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku kalau aku harus menjadi suami wanita lain selain kamu, Sa. Meski itu hanya sebagai suami pura-pura saja," lirih Rangga. Kalau mau egois, Rangga tidak akan pernah mau mengikuti keinginan Elsa dan juga mama Tian, ia tidak akan peduli dengan keselamatan nyawa mama Tian dan juga Elmq. Tapi, kalau Rangga mengabaikan mereka dan mengakibatkan mereka kehilangan nyawa mereka, sudah pasti hal itu akan membuat Elsa sedih, satu hal yang tidak akan pernah Rangga berikan pada istrinya itu. Apalagi kalau sampai hal itu membuat Elsa menjadi membencinya, yang ujung-ujungnya rumah tangga mereka tetap akan berada di ujung tanduk. Jadi tidak ada cara lain untuknya dan juga untuk Elsa, selain mengikuti saran yang mama Tian berikan. "Anggap saja masalah ini sebagai ujian dari aku untuk kesetiaanmu, Mas. Aku percaya sepenuhnya kalau kamu tidak akan pernah menyentuh Elmq, meski kalian akan tidur di kamar yang sama setiap malamnya. Jika kita dapat melewati ujian ini dengan sangat baik, maka tidak akan ada lagi yang akan dapat menggoyahkan kepercayaanku padamu, Mas. Aku tidak akan pernah meragukanmu sedetikpun!" Rangga mendesah pelan sebelum balas memeluk Elsa, "Aku tidak akan pernah menyentuh Elmq, Beb!" tegasnya. Sebenarnya, Rangga tidak perlu menegaskan janjinya itu pada Elsa, karena sudah pasti Elsa akan memberikan kepercayaan penuh pada Rangga. Ia percaya Rangga tidak akan menghianati sumpah yang pernah pria itu ucapkan di depan mendiang papa Elmq. Tapi begitulah Rangga, selalu memastikan kalau Elsa tidak mengkhawatirkan apapun. Selalu berusaha untuk menenangkan dan juga menyenangkan Elsa. "Jaga dirimu untukku, Mas! Semoga saja ingatan Elsa cepat kembali. Atau setelah sadar nanti Elsa tidak akan mengira kalau dirinya adalah aku. Sejujurnya, aku tidak akan sanggup kalau aku harus menyerahkanmu untuknya. Aku tidak dapat membayangkan kalau kita akan berpura-pura menjadi orang asing alih-alih suami istri." "Ya, semoga saja saat Elmq sadar nanti, dia telah kembali menjadi dirinya sendiri lagi. Dan kita tidak perlu bertukar peran seperti itu." Namun ternyata harapan hanyalah tinggal harapan saja. Tepat setelah itu ponsel Elsa berdering, mama Tian yang menghubunginya, "Cepat ke sini, Elmq sudah sadar!" serunya sebelum menutup teleponnya, bahkan tidak memberikan kesempatan pada Elsa untuk meresponnya."Ananta, kamu kah itu?" tanya sebuah suara yang terdengar berat karena faktor usia. Jelas sekali pemilik suara itu adalah kakeknya Ananta, Mahesa. Kakek Mahesa baru kembali dari pengobatan di luar negeri, dan harus bermalam di hotel mewah di dekat bandara itu untuk beristirahat, sebelum melanjutkan kembali perjalanan ke rumahnya keesokan harinya. "Iya kakek, ini aku," jawab Ananta sambil melangkah mendekati kakek Mahesa. Mata tuanya tidak memungkinkan sang kakek melihat jauh, Ananta harus berada tepat di depannya agar kakeknya itu dapat mengenalinya. "Ah, cucu tertua kakek, kamu ke sini dengan siapa?" "Elsa, Kek. Apa Kakek masih mengingatnya?" "Elsa? Calon cucu menantu Kakek?" Meski sudah tua, ingatan kakek Mahesa masih sangat bagus. Hanya saja, pria tua itu tidak mengetahui kalau Ananta dan Elsa sudah tidak lagi menjalin hubungan. Mereka sengaja tidak memberitahu kakek Mahesa yang saat itu tengah sakit parah. Saat ini, Ananta meminta bantuan Elsa untuk bertemu dengan kakek Mahe
Tidak terima diabaikan begitu saja oleh Rangga setelah apa yang mereka lakukan pagi tadi. Setelah lama menimbang-nimbang, Elma pun akhirnya ikut masuk ke kamar mandi. Dan sepertinya Rangga yang sedang berendam di dalam bathub itu terlalu asik dengan lamunannya hingga tidak menyadari kedatangan Elma. Perlahan Elma mendekati Rangga, lalu membantu Rangga menyabuni tubuhnya, namun dengan cepat Rangga menahan tangannya sambil menatap kesal Elma, “Bukankah tadi sudah aku tegaskan untuk jangan pernah menyentuhku lagi? Kesabaranku sedang tipis, jadi jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar padamu!” geram Rangga.“Aku tidak bisa meninggalkan kamu sendiri, Mas. Karena aku tahu kamu tidak sedang baik-baik saja.”“Mau aku baik-baik saja atau tidak, itu bukan urusanmu! Sekarang keluar!” hardik Rangga sambil mengarahkan jari telunjuknya ke pintu, namun Elma tetap bergeming.Sambil mengumpat kasar, Rangga berdiri untuk meraih bathrobenya dan menutupi ketelanjangannya sambil melangkah keluar dar
"Mama tidak mau tahu, kamu harus menikahi Elma setelah ingatan Elma kembali! Atau sesuai kesepakatan kita, akhir bulan ini kita akan mengatakan kebenaran itu pada Elma, dan setelah itu kamu bisa menikah dengannya!"Ucapan mama Tian terus terngiang di telinga Rangga, hingga membuat suasana hati Rangga menjadi buruk, dan ia tidak fokus pada pekerjaannya.Ada dua rapat yang harus ia cancel, karena moodnya sedang buruk sekali. Untuk menghindari sesuatu yang tidak ia inginkan.Sambil bersandar pada kursi kerjanya, Rangga terus menatap bingkai foto dirinya bersama Elsa. Foto pernikahan mereka yang terpampang di atas meja kerjanya.Rangga mengambil bingkai foto itu untuk mengusap bagian wajah Elsa yang terlihat sangat cantik dengan kebaya pengantinnya.Senyum bahagia tidak hanya tersungging di wajah Rangga, tapi juga si wajah Elsa.Apa senyum itu akan terus mengembang di wajah cantik Elsa saat istrinya itu mengetahui kalau Rangga dan Elma telah melakukan hubungan itu?Sudah pasti tidak. Mala
Elsa memutar kembali tubuhnya hingga saling berhadapan dengan Rangga lalu melingkarkan lengannya di leher suaminya itu,“Syukurlah kalau Elma sudah sehat. Dan … Mau makan di mana kita?” tanyanya dengan manja.“Terserahmu. Mau di kaki lima pun kali ini aku akan menurutinya.”Kedua mata Elma turut tersenyum saat bibirnya tersenyum. Namun sorot mata itu terlihat membesar saat menangkap bercak merah di Leher Rangga,“Apa ini, Mas?” tanyanya.Jantung Rangga seketika berdebar, ia tahu apa yang dilihat Elsa, dan ia pun memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat atas tanda yang Elma tinggalkan itu padanya,"Oh bercak merah di sini kan?" Rangga menunjuk ke bercak di lehernya sendiri."Iya, kenapa?" tanya Elsa lagi, Rangga pun menyeringai lebar untuk menutupi kepanikannya,"Ck, semalam aku terlalu lama di balkon jadi tanpa sadar ada nyamuk yang menghisap darahku sampai nyamuk itu tidak kuat terbang lagi," kekeh Rangga."Apa karena kamu sedang menghindari Elma saat itu, Mas?""Umm, bisa dib
“Sa bangun! Di mana Rangga?”Mama Tian membagunkan Elma dengan menepuk bahunya. Ia setengah terguncang saat melihat Elma tidur tanpa sehelai benangpun. Ketakutan mulai menguasai dirinya.Sambil merenggangkan otot-ototnya dan menguap lebar, Elma yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya pun balik bertanya,“Ummm … Rangga?”“Iya Rangga! Di mana dia? Kamar mandi?”Saat itulah Elma baru menyadari kalau ia tidak mengenakan apapun. Refleks tangannya meraih selimut untuk menutupi dirinya, “Kenapa pagi-pagi sekali Mama masuk ke kamarku? Apa ada hal penting yang mau Mama sampaikan?”Tadinya mama Tian hanya ingin memastikan kalau Elma sudah sehat. Tapi berkali-kali mama Tian mengetuk pintunya, sama sekali tidak ada respon dari dalam kamar. Dan hal itu membuat mama Tian khawatir dan langsung masuk begitu saja ke dalam kamar itu.Apa yang mama Tian lihat justru membuatnya jauh lebih khawatir lagi. Namun mama Tian ingin memestikannya lebih dulu pada Elma, semoga saja tidak sesuai dengan dugaannya,
POV Rania 2Perasaan sedih yang teramat dalam, juga bingung dengan kondisinya yang sekarang membuat Elma terduduk di sisi tempat tidurnya. Ia tidak mengenali dirinya sendiri, jiwanya sungguh tengah tergoncang.Dengan tidak adanya suami dan putrinya, Elma harus apa? Ia tidak akan sanggup melewati harinya tanpa mereka. Elma begitu mencintai mereka. Ia kembali menangisi kepergian mereka, ditambah lagi tidak bisa melihat wajah mereka untuk yang terakhir kalinya.“Ada apa lagi, Sa?” Pertanyaan Rangga yang begitu lembut menelusup masuk ke relung hati Elma, mengobat sedikit kesedihan di dalam sana, juga menghilangkan sedikit kedukaannya.Elma menatap sendu Rangga, pria yang kini tengah berpura-pura menjadi suaminya. Dan Elma tidak ragu lagi untuk mengungkapkan betapa takut dan sedihnya ia saat itu. Meski tidak menceritakan penyebab terbesarnya karena ditinggal pergi suami dan putrinya untuk selamanya.Sampai akhirnya Rangga membahas masalah psikolog. Dan Elma jadi merasa kalau saat ini ia se







