Share

Bab 8. Kalau Cinta, Ya Cinta

Dua lelaki gagah di tepian jalan raya tampak saling terdiam. Tatapan keduanya menyiratkan keseriusan. Varen serius dengan ucapannya, sementara Dio serius menyimak kabar berita.

“Arash tidak mungkin menyukaiku. Dia cerdas dan berkelas. Dia lebih pantas dicintai oleh lelaki yang lebih romantis. Bukan lelaki humoris semacam aku.” Dio menanggapi panjang lebar.

“Tahu apa kau tentang pantas, ha? Kalau cinta, ya cinta. Tidak peduli seperti apa sosoknya.” Mimik wajah Varen mengeras.

“Maksudmu, Arash benar-benar mencintaiku?’ tanya Dio.

“Apa kau kira aku sedang bercanda?”

“Kalau begitu, kau mungkin salah paham. Yang tampak di mataku, Arash seperti bersimpati terhadapku karena tahu aku terbeban dan dipenuhi rasa bersalah yang teramat dalam. Aku terlihat seolah telah merebut Ayah Zen dari Arash.”

Varen menangkap pengakuan Dio. Entah sengaja atau tidak, tapi pengakuan barusan cukup rasional. Sedikit banyak, Dio pasti menyimpan perasaan tidak enak hati atas perpisahan kedua orangtua Arash.

“Lagi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status