Home / Romansa / Bermalam Dengan CEO / 7. Pria Itu Papaku

Share

7. Pria Itu Papaku

Author: vitafajar
last update Huling Na-update: 2024-07-22 23:57:15

Aleena membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memaksa senyuman di depan putranya. "Hei, bocah! Darimana kamu bisa berkesimpulan bahwa orang asing itu adalah papamu?"

Ansel memandang lurus ke arah depan kemudian berkata, "Dia pria dewasa yang tampan, gayanya keren, meski menyebalkan, tapi mata dan hidungnya mirip dengan Ansel." 

Bocah itu kembali beralih pada sang ibu kemudian berkata dengan antusias, "Ansel yakin bahwa itu adalah papa." 

"Ansel, di dunia ini ada begitu banyak orang. Bahkan menurut penelitian, setidaknya ada tujuh orang yang bisa mirip dengan kita. Mungkin pria yang Ansel temui tadi adalah salah satunya." 

"Tapi, Ma, dia—"

Aleena menggelengkan kepalanya, tatapannya tegas, memerintahkan Ansel untuk menghentikan perkataannya. 

"Mama tidak mau mendengar lagi cerita tentang pria asing itu. Lagipula, bukankah mama sudah berkata bahwa kamu tidak boleh bicara dengan orang asing? Kenapa masih melanggar perintah mama?"

Ansel hanya tersenyum malu membalasnya. 

"Ya, sudah. Lebih baik sekarang kita pergi saja. Orang yang menjemput kita, sudah menunggu sejak tadi." 

Aleena segera mengajak putranya pergi meninggalkan bandara. Ketika mereka berada di lobi, seorang pria dengan senyuman manis berlesung pipi langsung menghampiri mereka. 

"Hai, Harry! Apakah kamu sudah menunggu lama?" Aleena memeluk pria itu singkat. 

"Tidak terlalu lama. Aku baru sampai 15 menit sebelum kamu tiba." Harry menolehkan kepala ke arah Ansel kemudian berkata, "Hai, Ansel! Bagaimana kabarmu? Apakah penerbangannya berlangsung dengan baik?"

"Biasa saja." Ansel langsung menolehkan kepala, sangat terlihat jelas bahwa bocah kecil itu tidak terlalu menyukainya. 

Harry sudah terbiasa dengan tatapan Ansel padanya. Dia pun memilih untuk tidak terlalu ambil pusing, hanya pandangan seorang bocah kecil, lambat laun pasti akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. 

"Oh, berikan kopermu." Harry langsung mengambil alih koper yang dipegang oleh Aleena lalu membawa pasangan ibu dan anak itu keluar area bandara. 

Harry membukakan pintu untuk Aleena dan Ansel setelah memasukkan koper mereka ke dalam bagasinya. Kemudian dia segera mengemudikan mobil menuju sebuah gedung apartemen yang berada di pusat kota. 

Sekitar 30 menit kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah gedung apartemen yang sudah disiapkan oleh Harry untuk Aleena dan Ansel. 

"Harry, bukankah aku sudah berkata untuk mencarikan apartemen yang berada di pinggiran kota saja?" 

Aleena menatap gedung apartemen yang terlihat sangat mewah. Aleena meminta tolong pada Harry sebab pria itu yang paling tahu semua hal mengenai apartemen dan sebagainya. Dia sudah memberitahu jenis apartemen yang diinginkannya. 

Aleena hanya ingin tempat tinggal yang sederhana dan tidak terlalu mencolok. Tetapi yang ada di depannya ini nampak sangat mewah dan berada di lokasi yang sangat strategis dengan perkantoran. 

"Sistem keamanan di apartemen yang berada di pinggiran kota tidak terlalu bagus. Kamu akan tinggal berdua bersama dengan Ansel dan aku tidak mau mengambil resiko."

Aleena menghela napas, dia melihat putranya yang hanya balik menatap ke arahnya kemudian berkata, "Ansel, mama akan bicara dengan Om Harry sebentar. Jangan turun dari mobil sampai mama izinkan, mengerti?" 

Ansel mengangguk singkat sebagai jawaban. 

Aleena tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Ansel, setelah itu dia berkata pada Harry, "Harry, bisakah kita bicara sebentar di luar?" 

"Baiklah." 

Aleena segera keluar meninggalkan mobil dan disusul oleh Harry. 

Dari dalam mobil, Ansel bisa melihat ibunya yang berdebat dengan Harry. Sangat jelas ekspresi wajah sang ibu yang tidak menyukai argumentasi dari pria itu. 

Selama ini Ansel hanya melihat Harry sebagai seorang pria yang berniat untuk menggantikan posisi ayahnya yang tidak pernah hadir dalam hidupnya, berusaha untuk mengambil perhatian sang ibu dari sisinya. Hal itulah yang membuat dia tidak senang meskipun berulang kali Harry meyakinkannya bahwa dia adalah pria yang baik. 

"Ansel tidak akan membiarkan Om merebut mama dariku!" bocah itu bermonolog. 

Secara perlahan, Ansel membuka pintu mobil dengan penuh kehati-hatian. Dia berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun supaya tidak membuat Aleena dan Harry menyadari pergerakannya. 

Setelah berhasil keluar dari mobil, Ansel segera pergi dari sana. Dengan kakinya yang mungil, Ansel berusaha untuk pergi sejauh mungkin. 

Namun, secara tiba-tiba Ansel menabrak tubuh seorang pria dewasa. Dia mengaduh kesakitan, dengan perasaan yang kesal, Ansel mengangkat wajah dan di saat itulah kedua matanya terbelalak melihat pria yang menabrak tubuh mungilnya. 

"Papa!" 

***

Bersambung~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bermalam Dengan CEO   66. Badai Kembali Datang

    Dua minggu sebelum Aleena dan Harry bertemu. Sebelum artikel-artikel yang memunculkan berita miring mengenai Eloise, tiba-tiba Harry mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tanpa nama, dia mengangkat panggilan tersebut tanpa curiga. "Halo, dengan siapa saya bicara?" Harry diam saat orang itu berbicara, dan setelahnya, ekspresi wajah Harry berubah serius. "Baik, saya akan ke sana dalam satu jam." Harry berjalan menuju ruang private yang berada di sebuah restoran mewah di mall terbesar yang ada di pusat kota. Sepanjang perjalanan, dia tidak henti bertanya-tanya alasan pria itu memintanya untuk datang. Padahal mereka sama sekali tidak dekat, mereka pun sama-sama bersaing untuk mendapatkan hati Aleena. Dia sudah bersiap dengan kata-kata penolakan jika seandanya nanti Ethan menyuruhnya untuk pergi menjauhi Aleena. Namun, yang terjadi saat ini sangat berbanding terbalik dengan yang dia pikirkan sepanjang perjalanan menuju kemari. Ethan malah memberikan sebuah flashdisk berisi beberapa

  • Bermalam Dengan CEO   65. Salah Paham

    "Tidak ada!" Aleena melihat Ansel lalu kembali berkata, "Jangan dengarkan kata-katanya! Terkadang anak-anak memiiki imajinasi di luar dugaan orang dewasa."Aleena langsung buru-buru mengambil mainan dari tangan putranya kemudian menuntunnya duduk di kursi makan. Dia mengambilkan makanan untuk Ansel dan tidak menyadari melakukan hal yang sama untuk Ethan. Melihat sikap Aleena yang tiba-tiba gugup, seketika membuat Ethan merasa lucu. Dia segera bergabung dengan keduanya. "Ansel, makanlah dengan baik. Usahakan jangan berantakan, mengerti?"Merasa dirinya diperhatikan, Aleena mengangkat wajah dan saat itu dia bertemu tatap dengan Ethan. "Ada apa?" Aleena bertanya tanpa sadar nada suaranya menjadi ketus."Kenapa marah padaku? Apakah karena sebenarnya ada hadiah untukku tapi kamu terlalu malu untuk mengatakan yang sejujurnya?" ucap Ethan sebelum memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya.Aleena hendak membantah tetapi langsung diurungkan. Melihat ada Ansel di antara mereka, tidak baik u

  • Bermalam Dengan CEO   64. Hadiah dari Aleena

    "Sayang, aku mohon dengarkan aku dulu. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Eloise pasti memiliki alasan kenapa dia melakukannya," Helena berusaha untuk membujuk Ivander supaya mempercayai perkataannya. Dia tidak bisa membiarkan suaminya mencoret nama Eloise dari daftar pewaris keluarga Anderson. "Aku sudah memberikan waktu pada kalian membuktikan bahwa Eloise tidak bersalah. Kuperintahkan untuk segera membereskan kekacauan yang sudah kalian buat. Tapi, apa ini? Eloise dipenjara dan membuat keadaan perusahaan semakin kacau! Kalian mau membuatku hancur, ya?!" Wajah Ivander sudah sangat merah saking besar amarah yang dirasakannya. Pria itu nampak seperti bisa menghancurkan apapun yang ada di depannya. Baru kali ini dia melihat kemarahan Ivander yang tidak biasa. Sampai-sampai dia merasa khawatir dengan keselamatannya di masa depan.Namun, Helena penuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dia berusaha untuk tetap tersenyum di depan sang suami. Helena mencoba memegang lengan Ivan

  • Bermalam Dengan CEO   63. Penangkapan Eloise 

    Aleena buru-buru melepaskan diri dari Ethan sehingga membuat Ansel yang berada di tengah-tengah mereka menjadi kebingungan. Dia berusaha untuk mengubah ekspresi wajahnya seperti biasa. "Ansel, karena Papa sudah ada di sini, sebaiknya Ansel tidur. Hari sudah malam, sudah waktunya untuk kita beristirahat," ucap Aleena seraya merebahkan diri di samping Ansel. "Mama, kenapa wajah Mama merah? Apakah Mama sakit?" Mendengar kalimat Ansel, seketika Aleena mengangkat wajah dan menatap Ethan. Buru-buru dia mengalihkan pandangan, dia tidak berani untuk menatap suaminya. Rasanya seperti jantung akan meledak jika bertemu pandang dengannya. "Tidak, mama hanya lelah dan ingin istirahat saja. Lebih baik sekarang kita tidur, ya?" Aleena benar-benar menghindari kontak mata dengan Ethan. Dia langsung menarik selimut, menutupi tubuhnya dan Ansel. Dalam hati berharap bahwa tidak akan ada lagi pertanyaan serta hari langsung berganti menjadi pagi. Baru saja Aleena mendengarkan embusan napas Ansel yang

  • Bermalam Dengan CEO   62. Ketidaksengajaan yang Semakin Mendekatkan Mereka

    Aleena tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan Ansel. Dia baru saja menemani putranya konsultasi dengan psikolog. Hasilnya pun sudah sesuai dengan dugaan bahwa Ansel mengalami gangguan trauma pasca penculikan. Namun, melihat bocah itu yang sudah mau berinteraksi dengan orang lain, meski belum sembuh benar sudah merupakan hal yang baik. Mereka diminta untuk terus menemaninya kemanapun bocah itu pergi.Aleena berpikir bahwa masih belum terlambat, dia pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk putranya. Berharap ke depannya juga akan ada beberapa terapi ataupun pengobatan supaya bisa mengembalikan keceriaan di wajah Ansel. Melihat suasana sekitar dan ternyata dirinya masih tidak mendapati Ethan berada di sana, seketika Aleena diliputi perasaan kecewa. Pria itu sudah berjanji untuk menyusul mereka di rumah sakit tetapi sekarang nyatanya janji itu hanya omong kosong belaka."Ma, ayo, kita pulang!" ajak Ansel setelah dia menghabiskan ice cream di tangannya.Aleena langsung memasan

  • Bermalam Dengan CEO   61. Ancaman Menantu pada Mertua

    Setelah mengatakannya, Aleena langsung berdiri dan meninggalkan Ethan yang masih termenung memikirkan kata-katanya. Dalam hatinya ada sedikit rasa malu karena secara tidak langsung, dia telah mengungkapkan perasaannya. Saat sampai di depan pintu lift, Aleena terdiam sejenak dan melihat tempat dimana Ethan masih duduk tanpa bergerak sedikitpun. Seketika itu juga hatinya diliputi perasaan kecewa sebab berharap bahwa pria itu akan mengejarnya dan menanyakan lebih jelas tentang perasaannya. Tetapi, yang terjadi adalah Ethan masih duduk di kursi taman tanpa berniat untuk mengejarnya.Aleena tersenyum merutuki kebodohannya. Mana mungkin Ethan melihatnya sebagai seorang wanita ketika tembok yang menghalangi mereka begitu tinggi dan sulit untuk dihancurkan. Pada akhirnya dia memilih untuk masuk ke dalam lift meninggalkan Ethan sendirian.Tanpa diketahui oleh Aleena, Ethan terdiam sebab memikirkan kata-katanya. Dia tidak mau menjadi salah paham dan mengira Aleena sudah mulai bisa membuka hati

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status