Share

79~BC

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2025-10-17 14:06:39

“Aku tau ini nggak akan mudah, tapi, ini adalah bagian dari hidup yang harus kamu jalani.”

Farhan hanya diam mendengar ucapan Altaf. Menatap kosong dengan banyak hal yang menumpuk di kepala. Perasaan kecewa, marah, dan iba saling bertabrakan tanpa arah. Sebentar lagi, proses hukum Briana akan dimulai, dan bayangan itu saja sudah cukup membuat dada Farhan terasa sesak. Ia tidak tahu, harus membenci atau kasihan pada wanita yang telah ia panggil “Mama” sejak kecil itu.

“Kadang, yang bisa kita lakukan cuma menerima dan belajar dari semuanya,” lanjut Altaf pelan, “kamu nggak harus kuat setiap waktu, tapi kamu harus berani menghadapi kenyataan yang ada. Tapi ingat satu hal, aku, papa, dan Ciara akan selalu ada buat kamu.”

“Apa … aku boleh homeschooling aja,” ujar Farhan akhirnya membuka suara. Menatap ragu pada Altaf.

Belakangan ini, Farhan melihat sikap Altaf terlalu keras pada Kiano dan Ciara. Benar-benar berbeda dengan Altaf yang dulu ia kenal. Karena itulah, Farhan sedikit khawatir dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (18)
goodnovel comment avatar
Wulan Ruslan
Mah lohhh suka becanda en ngeledekin singa jd deh kena hukuman hahha
goodnovel comment avatar
krisna putra
yaaa bobo d sofa dulu ya bi...
goodnovel comment avatar
kreasiniche.cik
kapok kamu bias, tidur di sofa nanti .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bias Cinta   86~BC

    “Ngapain bumil sampe repot-repot datang ke sini?” celetuk Dinda begitu duduk di sebelah Cinta di kursi lobi. “Kan, sudah kubilang, kita ngobrol di telpon aja.”“Kangen lihat SM,” ucap Cinta sambil menggandeng lengan Dinda, “yok ke kafe atas bentar, mas Bias bentar lagi jemput. Masih di jalan dia.”“Hmm …” Dinda mencebik cukup lama, “kangen aku, apa kangen abang.”Cinta terkekeh pelan. “Nggak boleh lagi kangen sama abang, herdernya cemburuan.”Dinda tertawa lepas. Tidak pernah terbayang olehnya, hubungan Cinta dan Bias bisa sampai sejauh ini.Dulu, mereka bahkan tidak saling suka, apalagi cinta. Setiap hari, ada saja yang mereka ributkan. Namun, semua berubah. Dari pertengkaran yang tidak ada habisnya, perlahan tumbuh perasaan yang tidak bisa mereka sangkal.Akan tetapi, Dinda ikut bahagia ketika sahabatnya itu akhirnya bisa mendapatkan kasih sayang sebanyak ini. Karena ia tahu benar, bagaimana Cinta menjalani hidupnya setelah kehadiran Briana dan Ciara.“Ini aja aku disindir terus kar

  • Bias Cinta   85~BC

    “Permisiii, Bu Cinta.” Dinda tersenyum lebar setelah seorang wanita membukakan pintu untuknya. Ia berdiri di ambang pintu dan berterima kasih pada wanita yang telah mengantarkannya.Cinta tertawa lepas. Beranjak dari kursi kerjanya untuk menyambut kedatangan sahabatnya ke kantor.“Silakan masuk Bu Dinda,” ucap Cinta menggandeng lengan gadis itu lalu membawa masuk. Tidak lupa, Cinta menutup pintu ruangan yang kini telah jadi miliknya sepenuhnya. Altaf sudah pindah ke ruangan Kiano, jadi ia bisa bebas menerima tamu di ruangannya sendiri.“Enak, ya, sudah punya ruangan sendiri sekarang.” Tatapan Dinda menyapu seluruh ruang yang dekorasinya masih terkesan maskulin. “Dekorasinya nggak diganti.”“Aku lagi mager,” ucap Cinta yang duduk lebih dulu di sofa panjang. Membiarkan Dinda melihat-lihat ruangan kerjanya, “lagian bentar lagi juga kutinggal cuti.”“Eia, ngapain minta aku datang ke sini?” tanya Dinda kemudian duduk di kursi kerja Cinta. Mencoba merasakan bagaimana berada di posisi sahaba

  • Bias Cinta   84~BC

    “Ada yang mau aku bicarakan,” ujar Altaf sudah duduk lebih dulu di teras samping rumah dengan segelas kopi, “banyak sebenarnya. Tapi, kita bisa bicara semuanya pelan-pelan.”Melihat wajah Altaf yang serius, Kiano lantas mendesah pelan. Lagak-lagaknya, putranya akan membahas banyak hal yang akan membuatnya sakit kepala.“Apa lagi yang mau kita bicarakan sekarang?” ujar Kiano duduk di samping Altaf. Sebuah meja kecil menjadi pembatas di antara keduanya, menciptakan sedikit jarak.“Aku ada rencana nikah sama Ranu akhir bulan depan,” ujar Altaf membuka pembicaraan dengan hal yang lebih ringan, “intimate wedding. Jadi, cuma undang orang terdekat.”Kiano mengangguk, sedikit lega mendengar hal tersebut. “Papa serahkan semua sama kamu dan Papa setuju-setuju aja.”“Oke, kalau begitu minggu depan kita makan malam dengan keluarga Ranu sekaligus nentuin tanggal.”Kiano kembali mengangguk. “Apa mau digelar di tempat Bias sama Cinta kemarin?”“Untuk tempat, aku serahkan sama Ranu,” ujar Altaf, “dan

  • Bias Cinta   83~BC

    “Album foto?” tanya Altaf heran, saat menerima tumpukan album yang warna sampulnya sudah pudar dari tangan Cinta. Sudut-sudutnya sudah terkelupas, menandakan usia benda tersebut yang tidak lagi muda.Altaf terdiam sesaat. Ketiga album di hadapannya tampak begitu familiar. Dulu, ia sering melihat album-album itu berjajar rapi di rak buku di ruang kerja papanya, tetapi tidak pernah membukanya.Namun seiring waktu, Altaf tidak lagi memperhatikan ke mana perginya benda-benda tersebut. Sampai hari ini datang, ketika Cinta tiba-tiba membawanya di tengah makan malam mereka.“Kenapa–”“Bentar,” sela Cinta cepat, lalu membuka album foto yang paling atas. Mencari foto yang dimaksud, kemudian menunjuknya, “lihat ini,” ucapnya berlanjut pada album yang kedua dan ketiga. Cinta melakukan hal yang sama secara bergantian. Ia memperlihatkan sosok wanita yang ada di beberapa foto di dalam sana.“Ini …” Altaf menatap Cinta yang berdiri di sebelahnya.Bias buru-buru mengambil sebuah kursi, meletakkannya

  • Bias Cinta   82~BC

    “Jangan lama-lama. Aku capek, mau cepet pulang, bumil perlu istirahat.”Baru saja mereka duduk berempat mengelilingi sebuah meja, Cinta langsung melempar protes tanpa basa-basi. Wajahnya pun sejak tadi hanya datar-datar saja. Ia hanya memberi senyum formal dan anggukan singkat pada Kiano.“Pesan aja dulu,” ucap Bias menyodorkan buku menu pada Cinta. Kemudian, ia merapatkan kursi lalu ikut melihat daftar menu bersama istrinya.Seorang pelayan sudah berdiri di samping meja mereka, bersiap untuk mencatan pesanan.“Mbak, croissant cheese dua, Korean garlic bread dua, red velvet satu, sama triple choco pie lima,” ucap Bias setelah membolak-balik buku menu di tangan Cinta, “pesanan saya barusan di bungkus semua.”Semua mata spontan menatap Bias. Sementara Cinta, langsung mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk perut sang suami. Karena ia tahu pasti, semua pesanan yang disebut Bias barusan akan berakhir di perut pria itu.“Ini gimana nasibnya ini,” ujar Cinta lalu mencubit gemas lemak yang ada

  • Bias Cinta   81~BC

    “Selamat, Pak Dirut,” ucap Cinta mengulurkan tangan pada Altaf, setelah semua anggota rapat memberi ucapan selamat pada pria itu.“Terima kasih,” balas Altaf segera menyambut tangan Cinta. Menggenggamnya erat dengan penuh kerinduan, meski suasana saat ini benar-benar formal.Jauh di lubuk hati, Altaf merindukan sosok Cinta yang dulu sering menempel dan banyak bicara padanya. Namun, semua itu telah hilang tertelan waktu dan tidak lagi dapat terulang kembali.Banyak sesal yang hanya bisa dipendam dan luka yang membuat mereka berjarak.“Dan kamu masih harus jadi asistenku,” lanjut Altaf, “masih banyak yang harus kamu pelajari sebelum memegang jabatan di sini.”“Nggak usah dikasih jabatan dulu,” ucap Cinta menarik tangannya kembali, “habis ini aku mau cuti lahiran dan mau fokus ngurusin anakku selama dua tahun. Jadi, aku titip perusahaan ini, tolong dijaga dengan baik dan sepenuh hati.”“Pasti!” Altaf mengendik samar ke arah Kiano. Pria itu sedang berbincang dengan anggota direksi lainnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status