Share

Empat puluh

Ibu mendekap erat gamis cokelat yang tadi sempat beralih ke tangan menantunya.

"Kamu tahu nggak, As?" tanya ibu. Ia memegang tanganku. Iya, aku dan ibu memang duduk di belakang sedangkan Mas Ubay di depan.

"Apa, Bu?"

"Gamis ini baru dua kali dipakai oleh ibu."

"Ibu nggak suka dengan gamis ini sehingga jarang dipakai?"

"Bukan, tetapi ibu lebih nyaman pakai kain jarik dengan kebaya. Lagi pula, masa iya ke sawah pakai gamis. Ntar sobek kena duri rumput." Ibu tersenyum.

"Oh, aku kira karena nggak suka."

"Oh, ya, Bu. Tanaman cabai kita yang panen itu gimana kalau kita tinggal? Kenapa aku sama sekali nggak kepikiran, ya? " Aku tepuk jidat dan seolah baru ingat ada tanaman cabai milik Ibu yang harus diurus.

Ciiiit!

Mas Ubay mengerem mendadak mobilnya dan menoleh ke arah ibu, "iya, kenapa kita nggak kepikiran, ya? Sayang juga, kan, kalau dibiarkan begitu saja. Mana sudah siap panen lagi. Ayo kita balik lagi!" Mas Ubay terlihat panik.

Ibu tertawa melihat kami malah bahas tanaman cabai y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status