Barman tampak sedang bicara dengan anak buahnya. Mereka membicarakan hal sangat penting dan rahasia. Sambil sesekali melirik ke arah jendela. Takut-takut ada anak buah Langit yang mengintai atau mengetahui keberadaannya."Tomi, apa kau yakin tidak ada yang mengikutimu sampai di sini?" tanya Barman dengan curiga."Aman, Bos. Bahkan anak buah Langit pun tidak akan tahu keberadaan Bos sekarang," ucap Tomi dengan yakin."Bagus. Apa kau bawa pakaian dan makanan untuk kami?" tanya Barman kembali dengan penasaran."Tenang, Bos. Saya sudah bawakan semua yang Bos minta." Tomi berkata dengan wajah serius. Meyakinkan bosnya."Cepat ambilkan. Saya dan istri sudah lapar. Sejak semalam kami belum makan,", ucap Barman memberikan perintah."Baik, Bos." Tomi pun keluar dan membuka pintu bagasi. Mengambil semua keperluan Barman dan Niken. Mereka dibantu Bimo dan Aji."Ini semua, Bos." Tomi membawa semua permintaan Barman dan menaruhnya di hadapan pria tua itu."Bagus." Barman langsung membukanya dengan
Hari ini, Senja pulang kuliah, tetapi tidak dijemput Langit karena pria itu sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Pak Maman, supir yang bertugas antar-jemput saat Langit tidak bisa pun belum datang menjemput. Senja menunggu di dekat gerbang depan.Ketika sedang asyik menunggu sambil melirik ke kanan dan kiri. Melihat barangkali Pak Maman datang, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan cukup kencang. Menabrak Senja hingga terpental dan tidak sadarkan diri. Kemudian, kendaraan itu meninggalkan Senja begitu saja yang terkapar. Seketika, orang di sekitar yang melihat peristiwa itu dengan cepat menghampiri dan membawanya ke rumah sakit. Ada juga yang mengejar mobil itu. Namun sayang, tidak berhasil menemukannya. Begitu cepatnya melesat hingga sulit untuk di hadang.Setibanya di rumah sakit, Senja langsung dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara, pihak kampus menghubungi Langit."Halo.""Halo, selamat siang.""Selamat siang.""Dengan Bapak Langit.
Senja dipindahkan ke ruang ICU. Wanita itu masih koma pasca kecelakaan dan operasi. Langit masih setia menemani. Menunggu sang istri siuman. Tak ada niat sedikitpun untuk meninggalkannya. Pria itu begitu telaten mengurus Senja. Menyeka dahi sang istri yang terkadang berkeringat. Begitupun bagian tubuh lain agar tetap segar meski belum sadarkan diri.Zack pergi untuk mengambil keperluan Langit dan Senja. Pria itu juga ke kantor untuk mengurus perusahaan yang sedang sedikit bermasalah. Membantu pekerjaan Langit yang belum bisa berkonsentrasi karena masih memikirkan kondisi Senja."Cepat sadar dan sembuh, Sayang. Saya merindukanmu," ucap Langit sambil mengecup puncak kepala Senja.Langit duduk sambil menggenggam sebelah tangan Senja yang terbalut infus. Merebahkan kepalanya di samping wanita itu. Tanpa terasa, ia terlelap karena lelah. Sejak tadi siang pria itu belum istirahat karena mengkhawatirkan Senja.Zack kembali ke rumah sakit sebentar tanpa membangunkan Langit. Pria itu menaruh
Dua minggu berlalu, Senja tak kunjung siuman. Berbagai cara dilakukan Langit untuk membuat wanita itu sadarkan diri. Namun, tetap saja Senja masih enggan membuka kedua matanya.Bukan hanya Langit, Randi pun mengkhawatirkan kondisi Senja. Lelaki berparas manis itu tidak ingin kehilangan Senja. Meskipun mereka terlahir dari rahim yang berbeda. Namun, ikatan di antara keduanya cukup keras. Menjalani suka suka bersama sejak kecil."Senja, aku berharap hari ini kamu akan membuka mata dan melihatku. Bangunlah dari tidur panjangmu. Kamu wanita kuat dan hebat. Kamu sudah berjanji tidak akan meninggalkanku begitu saja. Jangan takut, Senja. Banyak yang menyayangi dan ingin melihatmu tersenyum. Bangunlah, Senja."Randi bermonolog sambil memikirkan Senja di dalam ruangannya. Pria manis berkacamata itu merasakan kesedihan mendalam atas apa yang menimpa Senja. Apalagi, sampai sekarang wanita itu belum juga membuka matanya.Langit masih setia menjaga Senja. Pria itu juga berharap Senja akan membuka
Senja sudah diperbolehkan pulang ke rumah, setelah satu bulan di rawat di rumah sakit pasca kecelakaan beberapa waktu lalu. Lagi dan lagi, ia harus kembali ke apartemen Langit yang memiliki banyak kenangan-kenangan. Terutama kenangan buruk sejak dirinya memutuskan menikah dengan Langit.Wanita cantik itu duduk di kursi roda sambil menatap jendela kamar. Memandangi bangunan gedung-gedung bertingkat sambil termenung. Langit masuk ke kamar dan menatap ke arah Senja. Pria itu menarik napas dalam."Sayang, kau sedang melamunkan apa? Kenapa di sini?" tanya Langit sambil mendekati Senja dan berjongkok di samping wanita itu. Kemudian menggenggam sebelah tangan Senja.Senja terdiam. Pandangannya tetap fokus pada jendela. Bibirnya enggan mengeluarkan kata-kata. Langit mempererat genggamannya. Bukan hanya itu, Langit juga mengecup mesra punggung tangan Senja."Sayang ....""Saya merindukan Baby La. Kenapa ibu tidak menjemputmu bersamanya? Apa kau yang melarangnya?" ucap Senja sambil memandang La
Senja masih duduk dekat jendela ruang tamu sambil memegang ponselnya. Wanita itu membuka sandi dan mencari kontak. Kemudian, ia memilih nama Langit dan menekan tombol telepon. Senja menghubungi Langit yang tak kunjung pulang, sedangkan hari sudah hampir sore.Langit yang tengah fokus dengan laptopnya sambil menunggu Zack dan Toni kembali dari pengintaian ya sedikit terperanjat saat ponselnya berdering. Pria itu mengambilnya dari nakas dan menatap layar ponsel. Tertera nama 'My Wife' Langit mengerutkan kedua alisnya."Senja, ada apa meneleponku?" tanya Langit dengan curiga.Tanpa menunggu lama, pria itu pun langsung menekan tombol hijau di sudut bawah kanan ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari sang istri."Halo, Sayang. Ada apa menghubungiku? Apa kau merindukanku?""Halo, maaf jika saya mengganggumu. Mas, maaf tadi saat kau menelepon saya tidak mengangkatnya karena tertidur.""Iya, tidak apa. Saya paham. Hanya itu? Apa ada yang lain ingin kau katakan?""Iya, Mas. Tadi, suster
Malam berganti pagi. Matahari pun sudah memancarkan sinarnya. Cukup menyilaukan karena gorden tidak tertutup sempurna. Langit masih tidur sambil memeluk Senja. Wanita cantik itu membuka mata perlahan sambil sedikit menggeliat. Kemudian merasa ada yang menindih perutnya. Senja menoleh ke samping, betapa terkejutnya ia karena melihat Langit yang terlelap.Senja menyingkirkan tangan Langit perlahan dari perutnya. Lalu, ia berusaha bangkit untuk duduk. Langit membuka mata sambil mengerutkannya, merasa silau oleh sinar mentari yang menerpa wajahnya.Langit segera bangkit dan membantu Senja duduk. "Hati-hati. Morning My Dear." Pria itu mengulas senyum sambil memandangi wajah cantik Senja."Ma--Mas Langit. Kapan kau pulang? Maaf, saya ketiduran sampai tidak mengetahui kedatanganmu," ucap Senja dengan sedikit gugup.Langit kembali tersenyum. Pria itu meraih wajah Senja dan menangkupkannya. "Semalam. Kau tak perlu minta maaf. Saya yang seharusnya meminta maaf padamu. Meninggalkanmu terlalu lam
"Kau jangan takut. Ada saya di sini yang akan selalu melindungimu. Saya tidak akan membiarkan siapa pun melukaimu. Saya tidak akan melepaskannya. Saya berjanji akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milikmu, Senja." Langit berkata sambil terus memeluk erat tubuh Senja. Air matanya luruh membasahi wajah tampannya.Senja larut dalam pelukan. Wanita itu sedang berusaha menata hatinya yang kembali terluka. Namun, ada rasa lega karena sudah berbagi beban pikiran yang selama ini menggelayutinya. Senja percaya Langit akan melindungi dirinya. Meskipun kini ia sedang menghadapi konflik yang pelik dengan Langit hingga ia kecelakaan dan seperti sekarang."Maaf, karena kemarin saya membohongimu. Saya tidak ingin menambah beban pikiranmu dan berpikir macam-macam. Namun, setelah kau ceritakan semua, saya mau jujur, kalau kemarin saya dan Zack juga anak buah saya yang lain pergi mencari Barman dan istrinya yang bersembunyi di pulau P kota X. Kami melakukan pengintaian untuk bisa meringkus me