Share

Teman Baru

‘Kita berada di semesta yang sama, cepat atau lambat pasti akan bertemu. Bukankah begitu?’

**

Bintang terlihat bingung harus melanjutkan langkah atau tidak, cowok yang terkena lemparan kotak susunya, ternyata berada di satu sekolah yang sama.

“Tunggu, bukankah dia tadi tidak melihatku,” gumam Bintang mengingat.

Ah … benar juga, untuk apa Bintang takut sedangkan cowok itu tak melihat dirinya dan hanya melihat Orion.

Bintang pun akhirnya melangkah dengan riang, berpura tidak terjadi apa pun tadi dan bersikap seolah dirinya bukan tersangka.

Cowok yang tadi terkena lempar kotak susu, sudah turun dari motor yang terparkir di tempat khusus. Cowok itu melepas helm yang dikenakan, membuat rambut sedikit berantakan lantas disisir menggunakan jemari.

Beberapa siswi yang melihat langsung berhenti melangkah, mereka memandang ke arah cowok tadi dengan mulut menganga.

Bintang yang melihat pun berhenti berjalan, memandang cowok yang baru saja dilihatnya pagi ini di sekolah.

“Wah, apa dia murid baru?”

“Ya Tuhan, dia tampan sekali.”

Bintang mendengar pujian yang ditujukan ke cowok tadi, hingga bibir gadis itu melengkung ke bawah seolah mengejek.

“Altair lebih tampan,” gumamnya kemudian mengayunkan langkah. Dia tidak melihat dengan jelas wajah cowok itu, sehingga bisa menyimpulkan demikian.

Cowok tadi terlihat mengedarkan pandangan, ternyata dia adalah murid baru di sekolah itu. Melihat beberapa siswi yang memandangnya tanpa berkedip, tentu saja membuat cowok itu merasa tidak nyaman.

Cowok itu melangkahkan kaki menuju gedung sekolah untuk pergi ke kantor guru. Herannya para gadis malah mengikuti langkahnya, membuat barisan panjang ke belakang sampai beberapa cowok di sekolahan itu keheranan.

“Ada apa, sih? Kenapa tuh para cewek pada baris?”

“Entah, aneh banget.”

Para cowok yang melihat fenomena para cewek baris seperti itik sedang digembala pun keheranan dibuatnya.

Cowok itu sudah sampai di depan ruang guru, hingga menoleh ke belakang dan melihat para gadis sedang menatapnya dengan senyum di wajah.

Seorang guru yang melihat kejadian itu pun ikut heran, hingga memandang ke para gadis yang berbaris di sana.

“Kalian sedang apa? Bubar!” perintah guru.

Para gadis itu membubarkan diri, hingga tertinggap cowok tadi dan guru.

“Kamu kenapa ke ruang guru?” tanya guru wanita bertubuh gemuk itu.

“Saya murid baru, hendak menanyakan di mana kelas saya,” jawab cowok itu sopan.

“Oh … sini ikut!”

**

Bintang sudah sampai di kelas, lantas meletakkan tas di meja dan duduk sambil menyandarkan punggung kemudian menghela napas kasar.

“Napa lu?”

Seseorang mengejutkan Bintang, membuat gadis itu hampir berjingkat.

“Anta!” Bintang kesal karena kakak sepupunya itu mengejutkan. Dia sampai memukul lengan cowok yang umurnya hanya selisih beberapa bulan darinya itu.

Antares adalah putra kakak orangtua Bintang, cowok itu beberapa bulan lebih tua dari Bintang, sehingga mereka kini berada di kelas dan sekolah yang sama.

“Lah, lu datang-datang kek orang ketakutan gitu,” kata Anta, lantas duduk di kursi samping Bintang.

Anta dan Bintang memang satu meja, tentu saja itu atas permintaan Bintang, gadis itu tak mau duduk dengan cowok lain selain sepupunya itu. Tentu Bintang memiliki alasan kuat untuk memaksa Anta duduk di sebelahnya.

“Ah .. lu kagak tahu saja, An. Gue hampir kena masalah,” balas Bintang yang diakhiri dengan suara helaan napas berat.

“Masalah apalagi? Soal semalem? Tenang saja, gue rela bohong ke Om dan Tante demi lu,” ujar Anta. Cowok itu memang sangat menyayangi dan perhatian kepada adik sepupunya itu.

“Ah … bukan itu. Tapi kejadian tadi saat mau ke sekolah.” Bintang kalau ingat tadi, sungguh tak tahu mau ditaruh mana mukanya kalau sampai cowok itu mengetahui dirinya yang melempar sampah sembarangan.

Anta menaikkan satu sudut alis, adik sepupunya itu memang tak sekali dua kali membuat masalah, membuat cowok itu sudah tak terkejut jika Bintang terlibat masalah.

“Bin … Bin, lu tuh kapan mau berubah jadi benar, kagak aneh-aneh dan terhindar dari masalah? Tiap hari lu tuh dapat masalah mulu,” keluh Anta yang tak habis dengan saudaranya itu. Jika Bintang cowok, mungkin Anta masih maklum, tapi dia cewek.

“Ish … kamu ini muji, apa mengolok-olok!” Bintang yang gemas lantas memukul lengan Anta.

Saat Anta akan membalas, bel masuk sekolah berdering dan anak-anak lain memasuki ruang belajar. Bintang dan Anta pun bersiap di tempat mereka, hingga tak selang beberapa lama guru yang mengajar pagi itu memasuki ruangan.

Namun, guru mata pelajaran informatika itu tak datang sendiri. Dia bersama seorang pemuda yang berjalan di belakangnya.

“Mampus, kenapa dia di kelas ini?” Bintang sedikit menutup wajah dengan telapak tangan.

Anta yang melihat Bintang seperti bersembunyi, merasa aneh hingga kemudian bertanya, “Napa lagi, lu?”

“Gue terlibat masalah sama cowok itu,” jawab Bintang masih menutup sedikit wajahnya.

“Lah … emang lu buat masalah apa?” tanya Anta penasaran.

Bintang pun bicara kalau dia tak sengaja melempar sampah kena cowok itu.

“Dia lihat wajah lu?” tanya Anta setelah mendengar penjelasan Bintang.

Bintang baru ingat lagi kalau cowok itu tidak melihat wajahnya, lantas kenapa dia harus panik.

“Eh, iya. Dia nggak lihat wajah gue,” jawab Bintang.

“Terus, ngapain lu panik?” Anta menggeleng-geleng kepala, sedangkan Bintang nyengir kuda.

Di depan kelas, guru dan cowok yang terkena lempar sampah Bintang, sudah berdiri menatap lurus ke depan. Para gadis kembali terpesona dan saling bisik membicarakan cowok itu.

“Semua tenang!” perintah guru pria berkacamata dan berperawakan kurus.

“Hari ini kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari SMA lain dan mulai saat ini akan bergabung dengan kelas kita,” ujar guru menjelaskan.

Bintang dan Anta memandang ke depan, tapi beda dengan Anta yang fokus dengan ucapan guru mereka, Bintang malah terfokus ke tatapan cowok yang seperti pernah dilihatnya.

“Ayo perkenalkan dirimu!” Guru mempersilakan cowok itu sebelum memulai kelas.

Cowok itu mengulas senyum ke guru bahkan sedikit membungkuk sebagai tanda hormat. Membuat para gadis semakin terkagum-kagum karena senyum cowok itu.

“Ya Tuhan, dia ini kenapa bisa setampan itu.”

Bintang mendengar gadis di sebelahnya memuji cowok itu berlebihan.

“Norak,” gumam Bintang sambil melirik teman sekelasnya itu.

Cowok baru itu memandang sekelas, hingga kemudian mulai bicara untuk memperkenalkan diri sebagai hal wajib bagi murid baru di sana.

“Perkenalkan teman-teman, namaku L Eldar Abimand. Senang bertemu dengan kalian.” Saat mengucap huruf L, tatapan cowok itu tertuju ke satu-satu murid yang ada di kelas, hingga ketika menyebut nama tengah dan belakang, tatapannya jatuh ke Bintang.

Bintang merasa jantungnya berdegup cepat ditatap oleh cowok bernama L Eldar Abimand itu. Kenapa tatapan itu membuatnya gugup, mungkinkah karena Bintang memiliki rasa bersalah kepada cowok itu.

Cowok itu masih menatap Bintang, membuat gadis itu menelan ludah susah payah.

“Kenapa dia menatapku? Dia tak tahu kalau aku yang melemparnya dengan sampah, ‘kan?” Bintang bertanya-tanya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status