Share

07. Bulan Hilang

07. Bulan Hilang

“Hai, kita bertemu lagi Bulan.” 

Ucapan seseorang dari arah samping kanan membuat Bulan menoleh dan Bintang juga. kedua nya memutar bola mata nya malas melihat seseorang itu yang tersenyum smirk tapi bagi Bulan itu sangat menjengkelkan. Bulan ingin mencabik-cabikkan wajah songong nya.

Dia, Ciko ketua geng Cancer.

Bulan melipatkan kedua tangan nya di depan dada, “Lo ngapain kesini? ah, Gua tau. pasti Lo mau beli kue Hello kitty yang warna Merah muda, Lo kan kaya cewek, Banci.” ujar nya dengan senyum mengejek.

Ciko sangat geram dengan mengepalkan kedua tangan nya menjadi pelampiasan amarah nya, Bulan yang mengetahui itu makin melebarkan senyum nya sambil menatap Ciko dengan kedua alis naik turun.

“Em, Bin. kaya nya Lisa bakal punya sepupu cewek deh.” nyindir Bulan kepada Bintang sambil melirik kearah Ciko.

Bintang yang mendapatkan ucapan dari Bulan yang bagi dirinya itu sangat konyol, jelas-jelas Lisa hanya mempunyai sepupu itu cowok adalah Ciko. Bintang mengerutkan kening nya bingung, Bulan yang mendapat jawaban itu sangat senang, perkiraan nya benar kalau Bintang akan bingung.

“Karena, Ciko akan jadi cewek.” ujar Bulan dengan tawa yang kencang hingga semua pengunjung menatap nya, tapi tak di hiraukan oleh nya.

Ciko yang merasa di lihatin oleh banyak pasang mata langsung menatap semua orang, pandangan itu tidak luput dari Bintang. Ciko marah dan kesal kepada Bulan yang masih tertawa.

Bugh...

Bogeman mentah dari Ciko mendarat di pipi Bulan, semua yang melihat itu kaget dan ada juga yang memekik histeris.

Berbeda dengan Bulan yang tersungkur ke bawah sambil tersenyum, Bintang sangat marah melihat itu. terlebih dulu dia membantu Bulan untuk berdiri, wajah nya memerah menahan emosi yang ingin ia luapkan. Bintang membersihkan debu dari punggung Bulan dan mendudukkan ke kursi yang di sediakan untuk pembeli.

Bugh...

Bogeman yang sangat keras dan tiba-tiba dari Bintang mendarat ke rahang Ciko yang mengakibatkan dirinya tersungkur ke bawah dengan tidak bagus nya. Bintang tidak ingin menyia-nyiakan itu dan langsung memukul dirinya dengan membabi buta.

Bugh...

Bugh...

Bugh...

Krek...

Pukulan demi pukulan terus dilayangkan oleh Bintang membuat suasana menjadi tidak kondusif dan pekikan heboh dari semua orang kecuali Bulan yang duduk diam. tidak mencegah ataupun tidak ikut campur.

Tiba-tiba dari arah belakang Bulan ada seseorang memakai baju hitam dan memakai topeng, lalu membungkam mulut Bulan yang berteriak memanggil nama Bintang.

Bintang merasakan tidak enak di hati nya dan langsung menoleh ke arah Bulan yang sudah di bawa oleh berbaju hitam. Bintang langsung melepaskan cekalan tangan nya dari kerah Ciko.

Bintang berlari mengejar Bulan yang sudah masuk di mobil seseorang. Bintang tidak tinggal diam, dia menaikki motor hitam nya mengejar mobil tersebut. saat di tengah jalan, motor Bintang berhenti karena lampu merah dan mobil tersebut melaju yang sudah melewati lampu lalu lintas.

Bintang mengerang sambil memukul stir motor dengan menarik rambutnya frustasi, dia kehilangan jejak.

“Argh....” teriaknya kencang tanpa mempedulikan orang-orang disekitarnya yang menatap aneh.

Bintang melajukan motor hitamnya dengan kecepatan tinggi. di dalam pikirannya hanya ada Bulan, Bulan dan Bulan. dia sangat-sangat khawatir dengannya.

“Bintang bodoh, bodoh, bodoh.” rutuk Bintang kepada dirinya sendiri.

Sampai di depan rumahnya, dia melihat ada Lano yang sedang bercanda dengan Naufal sambil tertawa lepas. Bintang merasakan rasa bersalah dihatinya, dirinya tidak becus. pikirnya.

“Loh, mana kak Bulan?” tanya Naufal tiba-tiba saat melihat Bintang sendiri dan tidak rapi.

Bagaimana tidak rapi. bajunya dikeluarkan, rambut acak-acakan, pipi yang lebam, dan raut wajah memelas, sangat bukan Bintang Sebastian Darmawan.

Amar dan Ina juga ada disana yang di sebelahnya melihat penampilan anak sulungnya.

“Kenapa, sayang?” tanya Ina lembut sambil merapihkan tatanan rambut sang anak sulung.

Kepala Bintang menunduk membuat semua kaget dan bingung. ada apa dengan Bintang yang tidak pernah menundukkan kepala karena itu adalah mahkotanya, tapi kenapa sekarang?

“Maafin Bintang, Bintang gak becus menjaga Bulan.” ujar Bintang menjeda, “Bulan hilang, diculik.”

Bugh...

Pukulan sangat keras dan tiba-tiba dari Amar hingga membuat Bintang jatuh kebawah, Ina menangis dipelukan Naufal, dan Lano yang terdiam memandang kosong ke depan.

“Sahabat macam apa kamu, Bintang Sebastian Darmawan.” gertak Amar nada tinggi membuat Bintang makin menunduk.

Saat Amar akan memukul Bintang ada tangan yang mencegahnya dan dialah Lano menggelengkan kepala membuat Amar menurunkan kepalan tangannya. Lano menarik tangan Amar ke Ina menyuruhnya menenangkan Ina dan diangguki oleh Amar.

Lano mengelus puncak rambut Bintang dengan lembut membuat si empu mendongakkan kepala dan terlihat senyuman manis di wajah Lano, membuat hati Bintang sakit.

“Maaf, Ayah. Bintang bo—“

“Cari dan habisi, itu baru anak Ayah. Bintang ingat kan, kalau Bulan itu seperti kamu. lalu tugasmu sekarang cari Bulan.” ujar Lano bijak dengan senyuman.

Bintang menghapus air matanya kasar dan merubah raut wajah menjadi datar, lalu mengangguk. “Siapapun yang berani menyentuh Bulan seujung kuku, akan mati di tangan Bintang Sebastian Darmawan. Bintang pamit!” ujarnya melengang pergi.

“Ajaran lo, Lan...” ujar Amar menepuk bahu Lano.

“Murid-murid gua harus begitu.” gumam Lano yang masih dapat di dengar Amar dan tersenyum bangga.

Dilain tempat, ruangan yang kotor tak layak terdapat seorang gadis yang diikat di kursi memejamkan matanya tertidur. tiba-tiba ada air terkena wajahnya membuat dia terpaksa membuka mata.

“Bulan-Bulan, gimana? enak berada disini?” tanya seseorang mengejek membuat Bulan memandang datar tanpa ekspresi.

Bulan hanya diam membuat seseorang itu geram dan langsung menarik rambut indah Bulan dengan kasar dan kencang. sama yang di dapatkan seseorang itu, Bulan masih diam tidak ada ringisan kesakitan dari mulut Bulan.

“Oh, ternyata masih gak mau bicara.” ujarnya.

Plak...

Seseorang menampar pipi kiri Bulan sangat kencang menimbulkan bekas tangan dan memerah membuat dia tertawa mengejek kearah Bulan.

“Bintang.” panggil Bulan dengan wajah datar.

Seseorang melihat kanan kiri dan tidak ada Bintang disini, “Sebut nama gua, Bulan.” bentaknya.

“Bintang.” ujar Bulan lagi.

“BULAN, SEBUT NAMA GUA, PANGGIL NAMA GUA.” bentaknya sambil menarik rambut Bulan makin kencang.

“Bintang.” masih sama dengan ucapan Bulan.

“Jangan panggil nama si cowok berengsek itu. panggil nama gua.” ujarnya lagi makin geram.

“Bintang.”

“Panggil nama gua Bulan, gua Ciko.” geram Ciko. Yaps, seseorang itu adalah Ciko sang ketua Cancer.

“Bintang.”

Ciko yang geram dengan Bulan langsung makin menarik rambutnya dengan kencang dan menampar pipi Bulan kanan kiri tanpa berhenti.

“Gua percaya, Bintang akan datang.” batin Bulan.

Bulan hanya memandang datar kearah Ciko yang menampar dan menjambaknya, Bulan tidak peduli rasa sakit di pipi dan kepalanya. dirinya terus memanggil nama Bintang di hatinya.

Bugh...

________________________________

Follow I*******m : sayyidamita

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status