Share

05. Pemilu

05. Pemilu

Srek...

Gorden bewarna putih terbuka dengan kencang membuat si gadis yang lagi tidur terganggu, cahaya menembus di dinding transparan mengenai wajahnya membuat ia terpaksa membuka mata yang masih mengantuk.

“Lo selalu gitu Bin, gak ada lembut-lembutnya bangunin putri cantik.” kesal Bulan sambil sesekali menguap lebar.

Bintang tak menjawab, dirinya malah mengangkat tubuh Bulan agar berdiri di atas kasur yang tingginya hanya se-telinga Bintang. Bintang merapihkan rambut Bulan yang acak-acakan dan meraup wajah dengan tangan kekarnya.

Bintang raih kedua tangan Bulan mengaitkan ke belakang lehernya dan mengangkat menuju kamar mandi, kepala Bulan senderkan ke bahu Bintang dengan menutup mata.

Bulan di dudukan ke walk close dan Bintang mengambil air di tangan kanan nya, lalu mengusap ke wajah Bulan yang membuat si empu kaget dan menatap tajam tapi tak di hiraukan. Bintang mengambil pasta gigi sengan ukuran sangat pas untuk Bulan.

“Buka mulut.” suruhnya dan diturutin oleh Bulan.

Bintang langsung menggosokkan gigi Bulan tanpa rasa jijik, dirinya sudah terbiasa kalau Bulan sedang PMS akan malas mengerjakan apapun. Bintang memberikan air kumuran dan langsung dilaksanakan oleh Bulan.

“Mandi, pakai seragam.” ujarnya lagi hanya di balas anggukan malas dari Bulan.

Bintang langsung keluar dari kamar mandi dan ia mengenakan seragam yang sudah di lepas saat menggendong Bulan. Bintang mengeluarkan benda pipihnya bermain game kesukaannya.

“BIN, AMBILIN PEMBALUT DI TEMPAT BIASA.” teriak Bulan kencang.

“Lo tuh ya, gak ada malu-malu nya sama cowok.” gerutu Bintang yang masih bisa di dengar oleh Bulan.

“BODOAMAT, CEPAT.” teriak Bulan lagi.

Bintang menaruh benda pipih ke atas kasur empuk, berdiri ke almari kecil dan mengambil pembalut yang ada sayapnya membuat ia meringis ngeri. lalu berjalan menuju depan pintu kamar mandi dan ia ketuk dan terbuka hanya sedikit yang pas dengan tangan saja.

“Bulan, Bulan.” gumam Bintang geleng-geleng kepala.

***

Meja makan sangatlah rame dengan celotehan dari Bulan yang tak bisa diam, sesekali yang lain ketawa karena ucapannya yang sangat konyol. Bintang hanya menampilkan senyum tipis.

“Kalian berangkatnya nanti aja ya.” ujar Amar.

Bulan sangatlah kaget dan juga Bintang tapi tak memperlihatkan raut wajahnya. Bulan terpekik kaget dengan suara yang sangat nyaring. mereka hanya mengusap dada nya sabar berbeda dengan Bintang yang hanya diam, sudah terbiasa.

“Kenapa Pa? Adek juga gitu ya Pa.” ujar Naufal dengan mengunyah roti selai strowberry.

“Tidak, hanya kakak sama abang saja.” tegas Amar membuat Naufal cemberut kesal.

Bintang dan Bulan hanya mengangguk menurut saja daripada terbelit-belit, keduanya saling tatap dan mengangguk bersamaan.

“Kita sudah, pamit berangkat. Assalamualaikum.” pamit Bintang menyodorkan tangan kanan salim ke mereka dan diikuti oleh Bulan di belakangnya.

“Mama titip kue bolu nanti saat kalian pulang dari sekolah ya.” ujar Ina dengan senyum mengelus rambut indah Bulan.

Bulan memperagakan hormat kepada Ina yang melebarkan senyumnya. “Siap, Ma!” ujarnya.

Bintang hanya mengangguk sambil menggandeng lengan Bulan agar cepat keluar membuatnya cemberut sebal dengan Bintang yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. semua yang disana tertawa melihat raut wajah Bulan.

Bintang sudah menaikki motor bewarna hitam dengan helm sport-nya lalu memakaikan helm bogo ke Bulan dan sedikit merapihkan anak rambut yang menghalangi mata nya.

“Terima kasih.” ujar Bulan tulus dengan senyum.

Bintang hanya berdehem pelan dan tersenyum kearahnya. Bulan langsung menaikki motor dengan memegang bahu Bintang sebagai penyangga.

“Udah Princess?” tanya Bintang dengan tawa.

“Udah dong, Pangeran ku.” jawab Bulan sambil merangkul pinggang Bintang dari belakang.

Bintang tersenyum dari balik helm menatap tangan Bulan yang melingkar, Bintang langsung menjalan kan motor hitamnya membelah jalanan yang begitu ramai. Bintang tersenyum dengan lelucon yang di lontarkan oleh sahabatnya sangat di sayangi.

Tiba-tiba dari berlawanan arah, Bulan menatap seseorang lagi adu debat di depan warung yang berada di samping gerbang sekolah. Bulan menepuk bahu Bintang berkali-kali membuat si empu terpaksa berhenti.

Bintang menoleh ke belakang dan ternyata Bulan sudah turun, Bintang mengerutkan keningnya saat Bulan malah berjalan di warung banyak laki-laki, Bintang tau kalau itu tempatnya kakak kelas mereka. Bintang turun dari motor dan melepaskan helm nya lalu mengikuti sahabat nya dari belakang.

“Woy.” teriak Bulan kencang yang masih memakai helm.

Mereka semua menoleh menatap Bintang dan Bulan yang memerah menahan marah. ada salah satu dari kakak kelas yang menepuk jidatnya saat melihat Bulan yang bodoh, bagi nya.

“Bul, itu—“

“Diem Bin, Gua lagi membela kaum hawa.” nyembur Bulan memotong ucapan Bintang.

Bulan langsung membantu seorang cewek yang di dorong oleh salah satu mereka, cewek itu hanya menatap sekilas Bulan, Bulan terkejut bahwa cewek itu adalah Riri yang ketua paskibra kakak kelas nya.

Bulan merapihkan tatanan rambut yang acak-acakan dan membersihkan debu dari rok seragam nya.

Plak...

Satu tamparan sangat keras yang membuat ada suara nyaring, tamparan itu mendarat di pipi cowok yang di depan nya dengan terkejut menatap Bulan, seperti tak percaya.

“Gua gak suka, ada cowok yang menghina kaum hawa. kalau ada yang menghina kaum hawa, maka ia akan berhadapan langsung sama gua.” cibir Bulan sangat menusuk.

“Lo—“

“Meskipun orang itu berarti bagi Gua.” sungut Bulan memotong lagi.

Cowok yang di hadapan nya langsung diam. teman-teman nya dan Riri kaget dengan ucapan adek kelasnya yang pemberani. apa maksudnya? itulah pertanyaan dari pikiran mereka.

“Bul, Lo tau kan di—“

“Diem, Bin.” ujar Bulan memperingatkan Bintang diam dengan jari telunjuk nya yang di menempel di mulutnya.

Bulan menggenggam tangan Riri lembut dan menatap nya.

“Kak Riri, Lo kesini mau ngapain?” tanya Bulan kepada Riri.

“Aku pacaran sama Leon,” ujar Riri membuat Bulan kaget dan juga Bintang yang langsung menatap kakak kelas nya yang tadi di tampar oleh Bulan. “Tapi, dia gak mau aku ganggu, jadinya aku di usir.” lanjutnya jujur.

Bulan menatap Leon dengan tak percaya sambil geleng-geleng kepala, Leon gelagapan.

“Lo, berengsek.” tunjuk Bulan lantang ke wajah Leo.

Mereka terkejut dengan umpatan yang di lontarkan Bulan. Bintang langsung menarik Bulan ke pelukan nya. berbeda dengan Leon yang langsung terdiam dan kaget.

Bulan terisak di pelukan Bintang, Bintang yang tau dengan keadaan langsung mengelus bahu sahabat tersayang nya.

Bulan mlepaskan pelukannya, tapi sebelum berbalik ia menghapus air mata dengan punggung tangan nya secara kasar. lalu berbalik menatap mereka semua dengan raut wajah datar dengan tatapan tajam kearah Leon.

“Lo dari dulu berengsek, Lo dari dulu berengsek, ABANG.” ujar Bulan terakhir kata ia sedikit teriak.

“Hah? Abang?” serempak mereka kecuali Bintang yang hanya diam.

“Gua tau, Lo pacaran sama kak Riri karena mengingatkan dia kan!” ujar Bulan membuat semua diam.

“Lo tau kan? dia meninggalkan dunia ini gara-gara Lo.” lanjutnya.

“KAK LILI MENINGGAL GARA-GARA LO BANG.” teriak Bulan langsung meluruh ke bawah. “Disaat kak Lili membutuhkan Lo sebagai pahlawan, kemana Lo? disaat kak Lili di bully ataupun di siksa, Lo hanya diam! Lo tega bang, gak akui kalau kak Lili itu adek Lo ke temen-temen. dan sekarang, Lo gak akui Gua sebagai Sepupu.” lanjutnya.

Keheningan melanda, mereka kaget dengan memikirkan dengan ucapan Bulan.

“Lo gak tau, seberapa capek nya kak Lili. dan Lo gak tau, kalau kak Lili pernah di lecehkan. Lo gak tau LEON. Lo berengsek, Lo bajingan.” cemooh Bulan lagi membuat Leon kaget.

“Di lecehkan?” beo Leon menatap kosong.

Bulan tertawa sinis dan berdiri dihadapan Leon, “Cih.” ludahnya.

Kring... Kring.... Kring...

Bel masuk berbunyi dengan nyaring, Bintang menghampiri Bulan dan memegang bahu nya membuat si empu menoleh.

“Ayok, udah masuk.” ajak Bintang dapat jawaban anggukan kepala.

“Kak Riri, ayok masuk.” ajak Bulan menatap Riri.

“I-iya.” jawab Riri terbata-bata.

Ketiga nya berbalik dan berjalan dengan tenang menuju gerbang sekolah meninggalkan gerombolan cowok yang masih terdiam.

“Argghhhhhh....” teriak Leon menarik rambut nya dengan kasar.

***

Pelajaran Biologi dengan guru mengajar sang pria tampan membuat kelas XI IPA-1 bersorak senang, cewek-cewek sangat menyukai kalau ada pelajaran Biologi, mereka tak pernah melewatkan pelajaran ini. Pak Dude.

“Ada yang di tanyakan?” tanya pak Dude menatap murid-murid nya.

Pertanyaan itu dilontarkan langsung disambut dengan teriakan-teriakan dari cewek-cewek yang sangat heboh, pak Dude hanya tersenyum kecil menatap murid cewek-cewek yang heboh seperti pembagian sembako.

Pak Dude menunjuk Bulan dengan spidol membuat Bulan kegirangan, “Bulan, apa yang mau kamu tanyakan?” tanya nya.

“Pak Dude, kalau jalan itu kemana yang mentok?” tanya Bulan merubah raut wajah pura-pura bingung.

Pak Dude dapat pertanyaan itu seketika berpikir, dan tidak mendapatkan jawaban nya.

“Gak tau, emang kemana Bulan?” balik tanya pak Dude bingung.

“Jalan hati ku ke hati kamu, iya kamu, iya.” tunjuk Bulan dengan ucapan kencang.

Semua penghuni kelas langsung menyoraki nya, cewek ataupun cowok kecuali Bintang yang menatap datar kearah Bulan. pak Dude langsung salah tingkah dengan gombalan murid yang pemberani itu. pak Dude baper.

“Maaf pak, tunangan saya emang suka begitu.” ujar Bintang datar membuat semua terdiam.

Mereka menganga kaget, apalagi Bulan yang cengo. Bintang yang melihat itu langsung menyembunyikan kepala Bulan ke pelukan nya. pak Dude yang melihat itu langsung menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

“Oh tunangan, oke Bulan bagus gombalan kamu.” ujar pak Dude langsung berjalan ke tempat duduknya yang di samping papan tulis.

Bulan tersenyum di dalam pelukan Bintang, Bintang menundukkan pandangan nya. lalu mengelus rambut hitam nya Bulan dengan lembut dan sayang.

Tok... Tok... Tok...

Pintu di ketuk menampilkan anggota Osis yang bagi cewek-cewek tampan kecuali anggota inti Bulzigh yang memutar bola mata nya malas.

“Silahkan masuk.” perintah pak Dude.

Sang ketua Osis bersama anggota nya masuk dengan cool nya, membuat pekikan-pekikan alay dari cewek-cewek menyambutnya.

“Kami disini memanggil Bintang dan Bulan untuk menjadi kandidat pemilihan ketua Osis dan Wakil Osis.” tegas ketua Osis, siapa lagi kalau bukan Leon.

Pelukan Bintang terlepas membuat Bulan kesal menatap nya. Bintang menunjuk ke depan dengan dagu nya agar di mengerti Bulan, Bulan menoleh dengan malas ke depan.

“Ada apa?” tanya Bulan malas menatap Leon.

“Bulan.” tegur Bintang sambil mengelus punggung tangan kanan nya.

Bulan menghela nafas kasar, “oke. yok Bin.” ajak nya.

Bintang hanya berdehem sebagai jawaban nya. keduanya berjalan menghampiri anggota Osis dengan santai. raut wajah Bintang hanya datar, berbeda dengan Bulan yang menatap malas.

“Terima kasih dengan Bintang dan Bulan sudah menerima nya, semua murid kalau sudah istirahat langsung ke Aula atas untuk pemilu ketua dan wakil Osis. kami permisi, mohon diri.” pamit nya.

“Silahkan.” ujar pak Dude degan anggukan kepala.

Semua Osis serta Bintang dan Bulan keluar dari kelas menuju ruangan Osis yang berada di samping kantor guru dengan hening tidak ada perbincangan. sedari tadi Leon menatap Bulan dengan sendu.

***

Aula atas banyak poster dengan kata-kata bijak dan banyak piala-piala yang ditaruh di almari transparan putih hingga terlihat. Bintang dan Bulan duduk di depan dengan menampilkan raut wajah datar tanpa senyum.

Murid-murid dari kelas lain sudah memasuki Aula dengan berbondong-bondong dan duduk dengan rapi. anggota Bilgosh dan Bulzigh mengumpul menjadi satu membuat Bulan menatap mereka dan menampilkan senyum manis dan di jawab senyum juga dari mereka. itu semua tak lepas dari pandangan Bintang.

Bintang menaikkan tangan kanan menuju rambut belakang Bulan lalu mengelus dengan lembut membuat si empu menoleh dan tersenyum lebar lalu mengangguk.

“Assalamualaikum.” salam Leon berdiri.

“Waalaikum salam.” jawab serempak mereka dengan kencang.

“Langsung aja lah, nanti anggota Osis akan memberikan kalian secarik kertas dan kalian menuliskan nama Bintang atau Bulan lalu masukkan ke kotak ini. paham?” ujar Leon dengan nada tegas.

“Paham!” jawab serempak.

Anggota Osis langsung memberikan kertas persatu-satu kepada mereka dan di sambut dengan baik langsung menulis nama kandidat yang mereka pilih.

Bulan menatap Deni yang memegang spidol di samping nya, bagi Bulan Deni itu tampan, dingin dan pendiam, tapi sangat pintar. membuat Bulan senang sekali menatap nya.

“Kak Deni.” panggil Bulan sedikit pelan membuat si empu menoleh.

Deni menaikkan satu alisnya, seperti mengatakan ‘Apa?’

“Kak Deni lahir tanggal sama bulan berapa sih?” tanya Bulan dengan sedikit memajukan wajahnya agar bisa di dengar sama Deni suaranya pelan.

“Tanggal 11 Mei, Bulan.” jawab Deni dengan raut wajah datar.

“Sama kaya ayah.” ujar Bulan pura-pura terkejut.

“Ayah siapa?” tanya Deni mengerutkan kening sedikit hingga tak terlihat.

Bintang hanya menatap dengan diam, ia ingin tau seberapa baper nya Deni. apakah seperti cowok yang lainnya? atau seperti nya?

“Ayah dari anak-anakku nanti.” jawab Bulan kencang membuat semua menoleh.

Bintang tak mempedulikan sorakan heboh dari murid-murid, Bintang menatap Deni yang tersenyum tipis tapi bisa di lihat Bintang. membuat nya geleng-geleng kepala, ternyata sama aja Baper.

“Bulan.” tegas Bintang membuat semua diam.

Bulan mendengar suara itu sedikit was-was dalam hati nya, dirinya menoleh dan menunjukkan cengiran lalu mengangkat kedu jari nya. Ah, ia lupa kalau ada Bintang yang posesif baginya.

“Maaf ya mas tunangan.” Bintang hanya berdehem saja dengan raut wajah datar membuat Bulan langsung memeluk lengan nya.

“AAA... MELEYEOT...”

“BAPER PARAH...”

“GUA MAU DONG SEPERTI ITU...”

Teriakan-teriakan sangat heboh dan ada yang sampai kejang-kejang melihat keduanya yang acuh, toh mereka sudah terbiasa.

Hingga suara tegas dari Leon membuat semua langsung diam, sangat menurut pikir Bulan menatap mereka semua yang di bawahnya. suasana kembali kondusif, Bintang menyentil dahi Bulan hanya pelan hingga tidak ada ringisan dari muut sahabat nya.

“Deni catat yang saya sebutkan nanti.” perintah Leon di angguki Deni yang sudah siap.

“Satu, Bintang.”

“Satu, Bulan.”

“Satu, Bulan.”

“Satu, Bintang.”

Hingga seterusnya, sangat lama dalam pemilu ketua dan wakil Osis ini membuat Bulan mengantuk. Bintang yang tau, langsung menarik kepala Bulan diarahkan ke pundaknya yang nyaman dan sedikit mengelus rambut nya.

Tidak ada yang menyadari.

“Votting seri, di tangan saya tinggal satu kertas. siapakah nama yang tertulis di kertas ini?” ujar Leon membuat heboh.

“BINTANG...”

“BULAN...”

Sangat heboh sekali membuat Bulan membuka mata dan menguceknya pelan, lalu mensejajarkan dengan pencahayaan yang masuk dalam indra penglihatan nya.

“Yang menjadi ketua Osis nya, ialah................ BINTANG.” ujar Leon membuat heboh bersorak-sorak.

Bintang dan Bulan saling tatap, “Selamat mas tunangan.” ujarnya dengan nada serak khas bangun tidur.

Bintang gemas lalu mengacak rambut panjang Bulan dengan senyum kecil membuat para murid kaum hawa terpekik.

Bulan meraup wajah Bintang dengan kesal membuatnya berubah menjadi datar lagi, semua murid mendesah kecewa.

“Wakil nya adalah, Bulan. selamat untuk kalian berdua.” ujar Leon.

“Selamat Ratu ku.” Bintang dengan menjawil hidung Bulan membuat si empu tertawa.

“Silahkan maju ke depan.” tutur Leon dan di jawab oleh Bintang saja dengan deheman.

Bintang dan Bulan berada di depan dengan menggandeng tangan dan menatap anggota Bilgosh dan Bulzigh yang senang serta menampilkan jempol tangan. Lalu Leon bersama Deni kasihkan leher gelang bertulis ketua Osis dan wakil Osis.

Prok... Prok... Prok...

Suara tepuk tangan heboh, seketika menyambut Raja dan Ratu nya yang berada di depan nya.

_________________________________

Follow I*******m : sayyidamita

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status