Share

Kriteria Selangit

Nun berjalan di trotoar dengan tas ransel yang isinya menyaingi kantong doraemon. Bukan hanya berkas pekerjaan, segala macam alat bantu kehidupan dia jejalkan ke dalam situ. Ada charger hp, payung, peralatan makan-minum, saputangan, minyak angin, tisue, hingga permen mint. Hanya peta dan Boots saja yang tidak dia bawa karena Nun bukan Dora.

Hari ini Nun harus bertemu klien di sebuah caffe. Agendanya nadzor untuk ta’aruf. Kafka sudah memberikan pengarahan kepada Nun sebelum dia pergi ke luar kota, sore kemarin.

“Ini klien penting. Member VIP,” kata Kafka, “dia sudah lima kali gagal ta’aruf dalam lima bulan ini. Kamu tahu apa artinya, kan?”

Nun merasa jantungnya kembang kempis karena mata bosnya menatap setajam itu ke arahnya. Meski hampir pingsan, dia masih bisa mengangguk dan mempertahankan kesadaran.

Klien VIP adalah pemilik gold membership. Mereka membayar uang keanggotaan dalam jumlah besar untuk mendapatkan jodoh dalam waktu singkat, yakni tidak lebih dari enam bulan. Jika tidak berhasil, kredibilitas Biro Jodoh Pangkalan Hati yang jadi taruhannya.

Berbeda dari Biro Jodoh pada umumnya, Pangkalan Hati menggunakan teknologi digital dengan mempertahankan sisi kemanusiaan. Meskipun pencocokan data dilakukan oleh sistem khusus yang dirancang Kafka, tetapi dalam menjembatani ta’aruf dan pembekalan baik sebelum maupun pascapernikahan, biro jodoh ini masih mengandalkan tenaga manual. Keluwesan dan keterampilan Mak Comblang tetap jadi kunci utama berlangsungnya perjodohan.

Aplikasi Pangkalan Hati yang juga bisa diakses melalui website itu tidak membuka akses bagi para membernya untuk berinteraksi dengan sesama member secara langsung. Ini guna menjaga tidak terjadinya khalwat via chating atau pertukaran kontak pribadi tanpa sepengetahuan admin. Interaksi antarmember seluruhnya dijembatani oleh para Mak Comblang macam Nur dan Kak Pawpaw.

Selain keanggotaan VIP, ada pula keanggotaan premium. Seluruh member premium atau berbayar berhak mendapatkan layanan konsultasi mengenai perjodohan dan pernikahan. Mereka juga dapat bertemu langsung dengan sesama member dalam acara gathering yang dilakukan sebulan sekali. Biasanya acara diisi dengan pengajian dan seminar Pranikah.

Baik member premium maupun member VIP wajib mengisi data pribadi dengan benar dan menjawab sejumlah pertanyaan terkait kepribadian mereka. Selain itu, mereka juga harus melakukan wawancara secara langsung dengan Mak Comblang dan konsultan Psikologi yang disediakan Biro Jodoh ini.

Setelah semua data yang kemudian diinput itu teridentifikasi, sistem akan melakukan pencocokan berdasarkan data diri, preferensi pasangan, dan analisis kepribadian. Kecocokan seseorang dengan calon pasangannya akan diberikan skoring. Hanya anggota dengan nilai kecocokan di atas 70% yang akan dihubungkan oleh Mak Comlang.

Premium membership hanya berlaku untuk satu kali kesempatan ta'aruf sesuai pencocokan data. Namun jika gagal sekalipun, pangkalanhati.com masih memberikan kesempatan kepada member untuk bisa mengikuti gathering dan seminar secara gratis.

Sedangkan member VIP, memiliki beberapa keistimewaan. Mereka memiliki masa keanggotaan selama enam bulan. Jika gagal ta’aruf dengan calon yang dipilihkan, mereka bisa melakukan ta’aruf lagi, bahkan berkali-kali selama jangka waktu tersebut.

Selama ini tidak ada member VIP yang kecewa dengan matching engine besutan Kafka di Biro Jodoh Pangkalan Hati ini. Meski harus merogoh kocek di atas 10 juta untuk keanggotaan VIP di sana, nyatanya memang tidak sia-sia.

Selama tiga tahun biro Jodoh Pangkalan Hati berdiri, Mas Haris selaku Mak Comblang member VIP, telah berhasil mengawal puluhan pasangan di jajaran member VIP sampai ke pelaminan.

Baru kali ini, ditemukan klien yang sulit ditangani, bahkan oleh Mak Comblang paling senior di Biro Jodoh tersebut.

Tadinya, Kafka sendiri yang akan turun tangan. Namun, dia memiliki urusan lain yang lebih penting untuk dikerjakan. Walhasil, Nun yang jadi korban.

“Hari ini kamu temui dia di caffeshop langganan. Jangan lupa booking tempat dari sekarang sesuai jadwal yang sudah dibuatkan Mas Haris untuk klien tersebut beberapa hari lalu,” Kafka memetakan agenda yang harus dijalani Nun siang itu. “Ini nomor kontak dia dan berkasnya ada di meja Mas Haris. Kamu ambil aja di sana. Ok!”

“Baik, Pak.”

“Kalau begitu, langsung saja eksekusi!” Kafka memberi instruksi yang terbaca oleh Nun sebagai perintah ‘segera pergi!’

Nun pamit dan langsung menuju kubikel Mas Haris. Diambilnya dua buah map berwarna biru dan merah yang sudah ditandai. Dibawanya kedua map itu ke kubikelnya sendiri untuk dipelajari.

Terdapat sebuah CV dengan data sebagai berikut:

Nama: Alif Sya’bani Abyansyah khalifi

“Itu nama apa rel kereta api?” gumam Nun sambil mencermati setiap baris huruf yang termuat di dalam CV itu dengan pikiran mumet.

Bagi dia, CV member satu ini agak aneh. Biasanya member VIP itu adalah seseorang yang sudah berusia dewasa, rata-rata sudah di atas kepala tiga. Jarang ada member VIP berusia semuda klien yang namanya sepanjang rel kereta api itu.

Usianya baru 26 tahun. Memang lebih tua dua tahun dari Nun, tetapi tetap lebih muda dua tahun dari Pak Kafka. Bahkan, Pak Kafka yang Nun kagumi dalam sunyi itu saja tidak pernah kelihatan punya calon istri. Sementara member yang masih ‘berondong’ ini malah sudah lima kali gagal ta’aruf.

“Eduuun ...” gumam Nun.

Didorong rasa penasaran, Nun gali riwayat ta’aruf member tersebut via data sistem. Walaupun dia sendiri tidak bisa leluasa mengakses keseluruhan data, tetapi riwayat ta’aruf bisa diketahui oleh Mak Comblang masing-masing. Pak Kafka sudah membuka akses untuk Nun supaya dia bisa menggunakan database klien Mas Haris.

Tercatat di riwayat ta’aruf lelaki bernama Alif ini gagal ta’aruf karena calon yang dipilihkan tidak sesuai kriteria. Padahal menurut match machine pangkalanhati.com, semua calon sudah memenuhi kecoocokan di atas 80 persen. Sejauh ini persentase kecocokan sebesar itu jarang meleset.

Nun buka lagi berkas pria tersebut. Ditemukanlah sejumlah kriteria tidak masuk akal yang diajukan orang itu.

Jika kebanyakan orang menggambarkan kriteria fisik yang disukai dengan sebutan cantik atau tampan. Si Alif ini menyebut detail, kulit putih, halus seperti porselen. Rambut panjang hitam tergerai. Hidung mancung. Mata jeli, gigi putih, penampilan bersih, rapi, wangi dan sexy.

Mata Nun melotot di kalimat terakhir tadi.

Kriterianya masih berlanjut ke sikap dan keterampilan. Sopan, ramah, menyenangkan hati. Ceria, manja dan menggemaskan. Sampai di situ Nun jadi mual.

Bisa menyanyi, memasak, dan baca puisi.

“Dia agen pencari bakat kali ....” gumam Nun lagi. Setelah menghela napas, dia tidak lagi berselera meneruskan penggalian data. Namun, tebersit rasa penasaran dia terhadap rupa si Alif yang punya kriteria selangit ini.

Sebuah foto ukuran post card menjawab kekepoan Nun. Di foto itu tampak seorang pria berpose bak model profesional sedang memamerkan outfit branded. Duduk bersandar di sebuah sofa mewah, wajah baby face itu entah kenapa terlihat menyebalkan. Ekspresinya angkuh, syok cakep. Gayanya menantang perang. Persis seperti citra Park Seo Joon di What’s Wrong with Secretary Kim.

Hanya dari selembar foto, Nun bisa membaca alasan kenapa orang ini sulit dapat jodoh.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status