Share

6. Tuan Muda yang Kesiangan

"Kamu bawa apa, Omar?" Pandangan Kevan menatap sesuatu di tangan Omar.

"Ini adalah album foto keluarga Hanindra. Tuan Dabin sudah menyiapkannya untuk Anda," jawab Omar. Dia menyerahkan album foto tersebut kepada Kevan.

Terpancar rasa penasaran dari kedua mata Kevan. Dia segera mengambilnya.

Kevan membuka album foto perlahan. Namun tiba-tiba, dia mendongakkan kepala. "Maudy, kamu balik aja ke kamar sekarang dan istirahat!" perintahnya.

Maudy gugup. "Baーbaiklah, Tuan Muda," ujarnya terbata. "Tapi, sebenarnya saya mau jelasin beberapa poin terkait pekerjaan Anda besok."

"Ah, itu gampang. Besok pagi aja." Kevan merespon Maudy dengan santai. Dia melihat-lihat beberapa foto yang tersusun rapi di album.

"Kalau gitu, saya permisi, Tuan Muda," ujar Maudy dengan sedikit membungkuk.

"Ya, sana pergi!"

Kevan mendengar pintu kamarnya tertutup. "Apa kalian semua sudah lama kerja di sini?" tanyanya.

Omar dan Ziyad saling menatap satu sama lain. Kevan masih asyik melihat satu persatu foto di album berwarna keemasan.

"Kami bertiga sudah 10 tahun bekerja di bawah perintah Kakek Anda, Tuan Muda," jawab Ziyad.

Kevan tercengang. Dia mengalihkan perhatian pada dua orang yang berdiri di depannya.

"Serius?!" tanya Kevan.

Ziyad dan Omar mengangguk berbarengan. Mendapatkan jawaban mengejutkan barusan membuat Kevan tertegun.

'Kayaknya aku bisa mempercayai mereka bertiga,' pikir Kevan. Dia mengangguk-angguk.

"Kalian berdua, duduklah dan jelasin silsilah keluarga Hanindra! Karena aku sama sekali nggak kenal mereka."

Omar kebingungan. "Tuan Ziyad, gimana nih? Tuan Muda suruh kita duduk."

Kevan mengerutkan dahinya. "Apa masalahnya, Omar?"

"Ehm, itu ... kami harus jaga attitude selama bekerja dengan Anda, Tuan," sahut Ziyad segan.

Kevan tertawa mendengar jawaban Ziyad. "Ha! Ha! Ha!"

Ziyad dan Omar bertambah bingung. Namun, keduanya tidak ada yang berani berkomentar.

"Santai aja, guys! Saat kita kumpul bertiga, nggak perlu kaku kayak gitu! Tapi, kalau di luar ... okelah! Kita mainkan peran sebaik mungkin di depan orang-orang!"

"Benar nih, Tuan Muda?" tanya Omar tidak percaya.

"AkuーKevan Hanindra. Setiap perkataanku adalah perintah yang nggak boleh terbantahkan! Kalian harus ingat itu!"

Ziyad dan Omar terlihat sumringah. Keduanya tersenyum.

"Syukurlah akhirnya kami punya majikan yang santai dan nggak banyak aturan," ujar Omar kegirangan. "Makasih, Tuan Muda Kevan."

"Ya, kamu benar, Omar. Makasih, Tuan," timpal Ziyad.

'Jujur aja, semua itu ... kata-kata punya Cia,' ungkap Kevan di dalam hatinya. 'Aku cuma fotocopy. Ha! Ha! Ha!'

"Saya akan jelasin silsilah keluarga Hanindra, Tuan," ucap Ziyad. Dia menggeser kursinya mendekati Kevan.

Kevan membiarkan Ziyad memegangi album foto. Dia menatap foto yang ditunjuk Ziyad dan mencoba mengingat semua penjelasannya.

"Lihatlah foto Kakek dan Nenek Anda, Tuan!" seru Ziyad. "Kakek Anda bernama Christian Hanindra dan Nenek Anda bernama Cinta Hanindra."

Kevan menatap foto sepasang suami istri yang sudah tua renta. Wajah keduanya tersenyum. Bukan senyum kebahagiaan, tetapi senyum pilu yang sukar dijelaskan.

"Kakek dan Nenek Anda membangun bisnis yang sekarang bernama Hanindra Holdings Company atau yang dikenal dengan HHC. Lokasinya di kota Horizon, Tuan," ujar Ziyad melanjutkan penjelasannya.

"Kota Horizon yang terkenal sebagai kota Modern itu?" tanya Kevan.

"Bukan hanya itu, Tuan Muda," celetuk Omar. "Kota Horizon juga terkenal sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis pulau Orion."

Lagi-lagi Kevan terkejut. 'Segitu besar dan berpengaruhnya keluarga Hanindra di pulau Orion!' serunya dalam hati.

Ziyad kembali berkata, "Tiga anak perusahaan HHC diantaranya Hanindra Orion Hotel, H.O Airways dan Orion Dreamland."

Kevan mengambil satu bungkus rokok dari dalam saku celananya. Dia mengambil satu batang, lalu menyodorkannya pada Ziyad dan Omar.

"Mau udud?" tanya Kevan sambil menyalakan korek api gas.

"Udud?" Omar mengangkat bahunya.

"Ngerokok," jawab Kevan tertawa kecil. Dia mengembuskan asap rokok ke udara.

"Astaga, Tuan Muda! Itu bahasa dari kota Tango, kah?" tanya Ziyad tercengang.

"Ha! Ha! Ha! Itu bahasa tongkrongan aku," jawab Kevan asal. "Lalu, Kakek dan Nenek punya anak berapa, Ziyad?"

Omar dan Ziyad tidak ada yang berani menerima rokok dari Kevan. Ziyad meletakkan rokok tadi di atas meja sampingnya.

"Tuan Christian dan Nyonya Cinta punya 4 anak. Pertama adalah Nyonya Jasmine Hanindra." Ziyad menjeda kalimatnya sejenak. "Anak ke-2 Tuan Leon Hanindra, ke-3 Tuan Julian Hanindra dan ke-4 Tuan Ken Hanindra."

"Istri Tuan Leon bernama Donita Raw. Mereka punya sepasang anak kembar bernama Kafi dan Kafa. Keduanya lulusan bisnis luar negeri." Omar membantu Ziyad menjelaskan. "Saat ini Tuan Leon menjabat sebagai wakil komisaris HHC."

Kevan memainkan rokoknya. Dia berkata, "Akhirnya aku tahu alasan Paman Leon begitu marah saat di ruang makan tadi."

"Perebutan kekuasaan dan harta sering terjadi di keluarga ini," tutur Ziyad dengan raut wajah frustasi.

"Bagaimana dengan Cucu lainnya?" Kevan kembali fokus pada album foto.

Ziyad menunjuk foto perempuan muda berlatar menara Eiffel. "Nah, kedua gadis ini anak-anak Tuan Julian dan Nyonya Livy Havo. Mereka adalah Gisele Hanindra dan Magenta Sapphire Hanindra."

"Mereka hobi buang-buang uang keluarga," ujar Omar. Dia begitu kesal.

"Ha! Ha! Ha! Mereka anak-anak manja rupanya," ucap Kevan sambil tertawa. "Dan, siapa mereka?"

Kevan menatap foto Ken Hanindra bersama keluarganya.

"Dia adalah Tuan Ken Hanindra yang pendiam," jawab Ziyad. "Istrinya bernama Jessy Wongso."

"Meskipun Tuan Ken pendiam, Anda harus tetap hati-hati, Tuan," ujar Omar.

Wajah Kevan berubah serius. "Kenapa?" tanyanya.

"Karena seluruh anggota keluarga Hanindra tamak," jawab Omar tegas. "Sesuai perintah Tuan Christian dan Nyonya Cinta, kami akan selalu menjaga Anda dari mereka semua."

'Aku nggak sangka, Kakek dan Nenek begitu perhatian sama aku,' pikir Kevan. Hatinya merasa nyaman mengetahui hal itu.

Ziyad kembali berbicara. "Tuan Ken punya 4 anak laki-laki. Mereka adalah Tuan Daniel, Tuan Berto, Tuan Gibran dan Tuan Azraf." Ziyad memandangi Kevan yang masih memperhatikan beberapa foto keluarga Ken.

"Oke, cukup jelas."

Kevan menutup album foto sambil menguap. Kemudian, memadamkan rokoknya.

"Kalian balik aja ke kamar!"

Ziyad dan Omar berdiri. Mereka membungkuk, lalu pergi dari kamar Kevan.

***

"Cepat, Tuan! Semua orang udah nunggu Anda di ruang makan untuk sarapan bersama," ujar Ziyad.

Kevan berjalan tergesa-gesa menuju ruang makan bersama Ziyad.

"Astaga! Apa nggak ada mobil golf di mansion sebesar ini?"

"Yang benar aja, Tuan! Apa saya perlu sediakan sepatu roda untuk Anda?"

Kevan tertawa kecil. Kini, keduanya sudah tiba di ruang makan.

Kevan melihat semua orang sudah mulai makan. 'Damn! Aku terlambat!' serunya dalam hati.

Kevan tersenyum simpul begitu Cinta menatapnya. "Selamat pagi, Nek! Selamat pagi, semuanya!"

Kevan lantas duduk di kursinya. Seorang pelayan wanita segera menuangkan jus jeruk untuk Kevan. Namun, dia tidak meminumnya.

"Eh, Tuan Muda pertama yang kesiangan akhirnya muncul dengan muka bantal!" celetuk Berto, anak ke-2 Ken Hanindra. "Ha! Ha! Ha!"

Semua orang menertawakan Kevan. Namun, tidak dengan Cinta.

"Diam dan makanlah!" tegur Cinta. Dia tersenyum saat menatap Kevan. "Dia bertanya, "Apa yang mau kamu makan, Kevan? Sandwich? Roti bakar atau sup krim ayam?"

Kevan celingukan. "Nasi uduk ada, Nek?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
hahahaa yaampun msh pgnnya nasi uduk dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status