Share

Bab 5. Selingkuh

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-12-04 10:45:16

“Terserah Bapak,” ujar Selena akhirnya.

Haris tertawa, dia kembali duduk di kursinya. Tidak berapa lama, dia sudah berbicara di ponselnya, ternyata menghubungi HRD untuk membuatkan surat pengangkatan untuk Selena sebagai sekretarisnya.

“Besok, kamu mulai bekerja,” ucap Haris lagi. Setelah itu, dia meminta Selena untuk menemui HRD dan menyerahkan semua persyaratan sebagai dokumen yang dibutuhkan perusahaan.

“Terima kasih, Pak.”

Selena berpamitan, namun sebelum kakinya melangkah menuju pintu, Haris kembali membuka suara.

“Malam ini temani saya makan malam.”

“Hah?” Selena menghentikan langkahnya, terkejut bukan main. 

Katanya besok mulai bekerja, tapi malam ini diminta menemani makan malam.

“Bukankah, katanya saya besok…”

“Saya lupa, ada undangan makan malam dari teman. Hitung-hitung sebagai sambutan untukmu,” potong Haris dengan cepat.

Selena terdiam, tapi dia sudah terlanjur setuju untuk bekerja, mau tidak mau akhirnya dia mengangguk pelan.

Haris tersenyum lebar menatap kepergian Selena dari ruangannya.

Malam harinya, Selena mengenakan dress selutut berwarna pink. Dia terlihat begitu cantik. 

“Semoga nanti Mas Anton gak berubah pikiran, dan melarang aku kerja lagi,” ujar Selena sambil mematut diri di depan cermin.

Dia sudah izin kepada sang suami untuk menemani Haris keluar malam ini. Kebetulan Anton juga belum pulang, katanya dia akan pulang terlambat karena harus lembur. 

Tidak berapa lama, Haris menjemput. Dia bahkan tidak berkedip saat melihat Selena yang sedang berjalan menuju mobil.

“Dia sempurna,” desis Haris memuji.

Makan malam itu diadakan di sebuah restoran sebuah hotel berbintang lima. Disana seorang lelaki sudah menunggu.

“Selamat datang, Haris. Ternyata kau membawa kekasih,” kekeh lelaki yang bernama Dimas itu.

“Dia sekretarisku,” jawab Haris memperkenalkan Selena kepada Dimas.

“Kau selalu begini, katanya hanya kerjasama santai. Tapi, tetap saja bawa sekretaris. Tapi, dia cantik juga,” ujar Dimas sambil mengedipkan matanya ke arah Selena.

Selena menunduk, dia baru tahu ternyata disamping makan malam ini, Haris dan Dimas sekalian membuat perjanjian bisnis.

“Biar jelas,” jawab Haris.

Sepanjang makan malam itu, beberapa kali Dimas tampak mengedipkan matanya ke arah Selena. Dan puncaknya, ketika Selena sedang fokus makan, sebuah tangan mengelus pahanya. Dan itu tangan Dimas.

Selena terkejut, tapi dia tidak mau membuat keributan dan mengakibatkan batalnya kerjasama, padahal ini hari pertamanya bekerja. 

“Maaf, Pak. Saya ke toilet sebentar,” ucap Selena dengan tiba-tiba berdiri.

“Oh oke,” jawab Haris.

Selena segera bernafas lega, setidaknya dia segera terbebas dari situasi itu.

Tapi, baru saja beberapa langkah matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya yang baru saja selesai menikmati makan malam bersama dengan seorang wanita.

Itu Anton, suaminya. Yang tadi mengatakan hari ini pulang terlambat karena lembur, kini dia melihat sosok itu tampak begitu akrab dengan Citra, selama ini dia kenal sebagai rekan kerja Anton.

Kebetulan keduanya sudah selesai dan bersiap pergi. Selena tidak ingin menyapa, dia ingin tahu seperti apa hubungan mereka.

“Sekali lagi, selamat atas jabatan barumu, Sayang,” ucap Citra dengan begitu manja bergelayut di lengan Anton.

“Kita rayakan malam ini, Sayang.”

“Aku siap.”

Keduanya tertawa riang, sedangkan Selena merasa hatinya seperti diremas-remas. Ternyata, inilah sebenarnya alasan Anton selalu beralasan lembur, tapi uangnya tidak ada.

Selena terus mengikuti mereka, yang mengejutkan adalah Anton dan Citra tidak menuju parkiran, mereka menuju ke hotel. Keduanya masuk ke dalam lift sambil berciuman.

“Mas…” panggil Selena.

Dia terdiam, dadanya bergemuruh. Dia baru tahu, ternyata selama ini dia sudah dikhianati. Beberapa bulan lalu, dia memang pernah menemukan tanda merah di baju Anton, dia tidak berpikir negatif. 

Ternyata dia telah dibodohi..

Selena berbalik.

Bruuk!

Dia menabrak seseorang, tubuhnya limbung. Hampir saja dia terjatuh kalau saja tangan kekar itu tidak menahannya.

“Pak Haris…” gumam Selena terkejut.

“Kamu ke toilet terlalu lama, aku khawatir terjadi sesuatu dan menyusulmu,” jawab Haris.

Selena segera menarik tubuhnya yang masih dipegang Haris, jantungnya tidak karuan.

“Kita kembali ke meja makan,” ucap Selena.

Haris menggeleng. “Tidak perlu. Dimas sudah pulang.”

Selena merasa bersalah. “Maaf, Pak.”

“Tak masalah. Ayo kita pulang.”

Selena mengangguk mengekor di belakang Haris dengan pikiran kembali kepada Anton dan Citra. Entahlah, apakah Haris juga melihat mereka?

“Mau langsung pulang atau mau ke suatu tempat?” tanya Haris saat mereka tiba di dalam mobil.

“Pak, aku mau jalan-jalan saja sebentar,” jawab Selena.

“Baiklah. Mau kemana?”

“Kemana saja, Pak.”

Haris mengangguk, tanpa banyak tanya, seolah paham dengan pikiran Selena, dia langsung melajukan mobilnya menuju ke sebuah mall.

“Bagaimana kalau kita menonton?” ajaknya.

Selena mengangguk, saat ini baginya kemana saja tidak masalah. Yang penting bisa menghilangkan stresnya.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, dari Anton. Segera Selena membacanya.

“[Aku tidak pulang malam ini. Pekerjaan masih menumpuk. Aku akan menginap di kontrakan teman.]”

Selena mengembuskan nafas kasar, Anton kembali berbohong padanya. 

Dan selama ini beberapa kali Anton tidak pulang dengan alasan yang sama. Ternyata dia menginap di hotel bersama Citra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 16. Memang Manis

    “Kamu hanya perlu katakan kepada Pak Haris untuk tidak menyalahkan aku!” bentak Anton lagi.Selena merebahkan dirinya membelakangi Anton, rasanya sudah begitu malas berdebat dengan suaminya.“Kamu dengar tidak?” tanya Haris menarik tubuh Selena agar menghadap ke arahnya.“Aku tidak akan mencampuri pekerjaan kamu, Mas. Termasuk untuk bilang ke Pak haris. Lakukan saja sesuai prosedur, kalau salah yang terima saja di marah,” jawab Selena menghela nafas berat.“Apa salahnya sih bantu suami sendiri!”“Ingat Mas, kamu sendiri kan gak mau ada yang tahu kalau kita suami istri.”“Pak Haris beda! Dia sudah tahu kamu istriku. Kalau aku mau, aku bisa cabut izin kerja kamu. Aku akan minta kamu berhenti!” jawab Anton yang masih tidak mau kalah.“Lakukan saja, Mas.”Anton menatap Selena tidak percaya, istrinya itu sudah mulai berani menjawabnya. Dan sekarang, malah dia yang takut kalau Selena berhenti.“Aku tidak main-main, Selena.”“Iya, aku juga.”Akhirnya Anton terdiam, dia kembali sibuk dengan p

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 15. Layani Aku!

    “Ngapain kita kesini, Pak?” tanya Selena heran ketika mobil yang dikemudikan oleh Haris bukan ke arah tempat meeting yang disebutkan.“Gapapa.”“Bapak bohong ada meeting diluar?” tanya Selena.Bos nya ini benar-benar penuh kejutan, tadi melarang sopir mengantarkan, sekarang malah mengubah arah.“Gak, meetingnya satu jam lagi, diundur.”“Terus ngapain kesini?” tanya Selena penasaran.Saat ini mereka berada parkiran sebuah mall, entah apa yang ingin dilakukan oleh Haris. Jadwal meeting yang awalnya jam sepuluh, diundur menjadi jam sebelas. Memang masih ada waktu satu jam lagi.“Ke salon.”“Hah? Bapak mau ke salon?” tanya Selena heran.“Kamu.”“Kenapa saya?”“Wajah kamu masih pucat.”Sontak Selena melihat penampilannya di kaca mobil, hanya dilapisi bedak tipis. Tadi, dia memang lupa membawa concealer dan foundation. Jadi, setelah dihapus tadi pagi dia hanya melapisinya dengan bedak tipis.“Saya jelek ya, Pak?” tanya Selena pelan.“Gk, kamu sangat cantik. Tapi, kalau untuk bertemu orang l

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 14. Kunci Pintunya

    “Kamu ini apa-apaan sih? Jangan menuduh sembarangan!” kesal Anton sambil berdiri dan meninggalkan Selena dalam diam.“Aku tidak menuduh. Memang semalam kamu menyebut namanya,” jawab Selena.“Jangan melibatkan orang lain dalam rumah tangga kita!”Anton pergi meninggalkan rumah tanpa pamit.Saat Selena tiba di kantor, dia melihat Anton dan Citra sudah bersiap berangkat meninjau material di proyek dalam kota, sesuai dengan hasil meeting beberapa hari lalu kalau beberapa complain masuk tentan material yang kurang.“Pagi, Bu Selena,” sapa Citra dengan ramah.“Pagi,” jawab Selena dengan senyum lembutnya.Meskipun hatinya hancur berkeping-keping melihat adegan itu, tapi dia akan tetap professional.Di kejauhan Haris menunggunya di depan lift.“Muka kamu kenapa?” tanya Haris.Selena yang sejak tadi berjalan menunduk, menahan air mata agar tidak menampakkan diri. Ini di kantor, dia tidak akan membawa masalah pribadinya ke kantor. Begitupun sebaliknya, dia akan berusaha bersikap profesional.“P

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 13. Nama Wanita Lain Di Bibirmu

    “Mas, aku perlu ngomong,” ujar Selena.Selena baru saja keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Rasa lapar di perutnya sudah hilang begitu saja. Tapi, ada hal yang harus Selena bahas. Dia ingin Anton jujur, mengapa dia berbohong pada keluarganya mengatakan Selena yang bermasalah untuk hamil?Tapi…ZZzzz! Zzzz!Saat Selena menoleh ke atas tempat tidur, suaminya sudah terlelap. Anton sama sekali tidak merasa bersalah. “Padahal tadi aku sudah bilang, jangan tidur dulu,” gumam Selena sembari mengeringkan rambutnya.Hilang sudah kesempatan untuk berbicara. Di hari kerja, Anton pasti akan pulang terlambat. Apalagi semenjak naik jabatan, selalu alasan kalau sekarang dia semakin sibuk.Saat weekend?Tidak akan ada waktu. Anton akan bermain ke rumah orang tua nya seharian. Bahkan mungkin itu hanya alasan saja. Mungkin dia menghabiskan waktu bersama Citra.“Kenapa rumah tanggaku jadi seperti ini?” tanya Selena pada dirinya sendiri.Tidak ada pilihan lain, selain merebahkan diri di sam

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 12. Kamu Mandul?

    “Mas Anton yang ngizinin aku kerja, Ma,” ujar Selena mencoba membela diri.“Atau jangan-jangan kamu mandul?” tanya Susan.Deg!Selena yang mendengar itu langsung menoleh. Hatinya sakit, siapa sih yang tidak ingin punya anak. Tapi, kalau belum rezekinya, mau bagaimana lagi?“Aku sudah periksa dan sehat, Kak,” jawab Selena tegas.Mata Selena melirik kearah Anton yang sedang sibuk memberikan keponakannya beberapa lembar uang seratus ribuan. Aldi minta uang, katanya untuk membeli game playstation empat.Dan sebenarnya yang bermasalah adalah Anton, menurut dokter dari hasil tes yang mereka lakukan bahwa sperma Anton mayoritas abnormal dan sangat lemah, kemampuan pergerakannya untuk membuahi itu sangat lamban.Bahkan dokter mengatakan kalau kemungkinan Selena bisa hamil itu dibawah dua persen. Tapi, bukan hal yang mustahil.Dan kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa diburu-buru.“Alasan saja. Kamu mau bilang Anton yang mandul?” tanya Susan sinis.“Aku tidak bilang begitu, kak.”“Anton sudah c

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 11. Tanda Merah

    “Mas, aku…”“Apa? Katakan sekarang apa maumu, hah?” tanya Anton dengan mata menatap tajam kearah Selena.“Tidak ada, Mas.”Anton berdecak kesal, dia menepis wajah Selena dengan kasar. “Tidak ada perayaan apapun, aku sibuk!”“Iya, Mas.”Mobil Anton berlalu dengan meninggalkan suara decitan ban. Selena menghapus air matanya dan merapikan kembali make upnya.“Pagi, Bu Selena.” Beberapa karyawan yang datang bersamaan dengannya menyapa ketika Selena tiba di kantor.Masih setia dengan ojek online, Selena selalu menyunggingkan senyuman ramahnya pada setiap karyawan yang dijumpainya.“Bu Selena itu ramah ya,” bisik beberapa karyawan.“Cantik lagi.”“Cocok kalau jadian sama Pak Bos.”Selena yang mendengar itu hanya menghela nafas berat. Seandainya mereka tahu kalau Selena adalah istri Anton, entah apa tanggapan mereka.Suasana di dalam lift cukup ramai, maklumlah sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Semua orang terburu-buru masuk. Termasuk Selena yang ikut di dalam lift itu.Dan seperti hal u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status