Share

Kenapa Menikahiku?

Bab 3

Angel hanya bisa menghela napas panjang sambil menahan perasaan sedih kala menyaksikan bagaimana perusahaan peninggalan orang tuanya serta aset-asetnya berpindah ke tangan Ben. Sebagaimana surat wasiat tersebut, maka hari ini Ben menandatangani surat pengalihan aset atas namanya disaksikan oleh notaris dan pihak-pihak terkait.

“Selamat Pak Ben, mulai hari ini Bapak resmi menjadi CEO PT. Galaxy.”

Senyum samar terukir di bibir Ben. Mulai hari ini ia mendapat kuasa penuh tidak hanya atas Angel namun juga seluruh harta bendanya. Orang tuanya benar. Jika ia menikah dengan Angel maka ia dengan mudah menguasai perusahaan milik Angel yang sudah begitu besar dan memiliki cabang di beberapa daerah. Hanya saja Ben tidak menyangka jika langkahnya akan secepat dan semulus ini. Ia tidak perlu menanti bertahun-tahun untuk menjadi pemimpin Galaxy Group. Ia juga tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Malah ia bisa menyelamatkan perusahaan orang tuanya yang sedang mengalami krisis finansial.

Setelah penandantanganan dilakukan Ben dikenalkan secara resmi kepada seluruh karyawan perusahaan sebagai CEO Galaxy Group yang baru. Mereka menyambut dengan gembira pemimpin baru mereka. Selain masih muda Ben juga sangat gagah dan begitu memesona. Membuat siapa saja yang memandang tidak mampu melepaskan tatapan darinya.

Dengan menahan sesak di dada Angel meninggalkan kantor. Perasaan sedih merayapi hatinya mengingat peninggalan orang tuanya sudah berpindah tangan. Tidak akan menjadi masalah jika Ben yang memegangnya andai lelaki itu bisa bersikap baik padanya. Yang terjadi adalah selama seminggu mereka menikah Ben tidak pernah menganggapnya sebagai istri. Lelaki itu kasar padanya. Ucapan yang keluar dari mulutnya selalu bernada ketus dan sinis hingga membuat perasaannya yang halus tergores. Namun, yang membuat Angel tidak habis pikir kenapa orang tuanya dengan begitu mudah percaya pada Ben. Andai saja keduanya tahu apa yang pria itu lakukan pada putri tunggal kesayangan mereka, Angel berani memberi garansi orang tuanya akan sangat menyesal. Dan juga, entah kapan surat wasiat itu dibuat Angel tidak pernah tahu.

Angel berbelok memasuki kawasan elit yang dulu merupakan tempat tinggalnya. Rumah orang tuanya ada di sana. Sejak menikah dengan Ben, Angel tinggal bersama lelaki itu di apartemennya.

Menepikan mobil, Angel berhenti tepat di depan sebuah rumah berwarna putih gading. Perempuan itu keluar dari dalam kendaraannya. Langkah kakinya terhenti di depan pagar. Tidak hanya karena pagar tersebut dikunci, namun juga karena ia melihat tulisan “RUMAH INI DIJUAL” di depannya.

Angel menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang bisa memberinya informasi, tapi tidak satu pun manusia ada di sekitarnya. Lalu otaknya mengirim perintah agar ia menelepon pengacaranya yang segera ia lakukan.

“Halo, selamat siang, Bu Angel.” Terdengar sapaan Candra di ujung telepon sana.

“Selamat siang, Pak. Ini kenapa ada tulisan “RUMAH INI DIJUAL” di depan rumah orang tua saya? Maksudnya apa ya?” buru Angel tidak sabar.

Candra tak seketika menjawab. Pria itu mencerna perkataan kliennya. Lalu setelah ia paham pria itu pun memberi jawaban.

“Bu Angel di mana sekarang?”

“Saya di depan rumah orang tua saya. Tapi saya kaget melihat tulisan itu, Pak. Siapa yang menyuruh menjualnya?”

“Bu Angel, maaf. Saya pikir Ibu sudah tahu. Pak Ben yang meminta saya menjualnya.”

“Ben?”

“Benar sekali, Bu. Pak Ben suami iBu.”

Seketika perasaan kesal datang, membuat Angel ingin ngamuk pada Ben. Apa tidak cukup laki-laki itu menguasai harta orang tuanya? Apa masih kurang sehingga harus menjual rumah peninggalan mereka?

“Tapi kenapa harus dijual, Pak? Apa alasannya?” Angel menjaga nada suaranya agar tidak terdengar emosi.

“Menurut Pak Ben rumah itu sebaiknya dijual, Bu, karena tidak ada yang menghuninya.”

“Saya akan tinggal di sana, Pak, saya akan menghuninya!” sahut Angel cepat.

“Maaf sekali, Bu Angel, tapi sudah ada yang tertarik membeli rumah itu dan sudah membayar tanda jadi. Hanya saja saya belum sempat menurunkan tulisan di pagar.”

“Batalkan, Pak! Saya nggak mau rumah itu dijual. Rumah itu peninggalan orang tua saya. Banyak kenangan di sana.”

“Sekali lagi saya mohon maaf, Bu Angel. Saya tidak dapat berbuat apa-apa. Keputusan ada di tangan Pak Ben. Saya hanya menjalankan perintah. Sebaiknya Ibu berbicara dengan Pak Ben.”

Kali ini Angel benar-benar tidak dapat menahan emosi. Perempuan itu hampir menangis saking kesalnya.

Setelah memutus sambungan dengan sang pengacara, Angel langsung menghubungi Ben. Tapi ternyata pria itu tidak menjawab panggilan darinya sampai berkali-kali Angel meneleponnya.

Membawa kemarahan bercampur dengan isakan, Angel kembali ke kantor. Setibanya di sana Angel langsung menerobos masuk ke ruangan Ben.

Pria itu terlihat kaget atas gerakan keras Angel, namun terlalu piawai untuk menyembunyikannya. Ia memasang wajah datar dan sorot dinginnya yang khas.

"Ben, jelaskan padaku kenapa kamu menjual rumah orang tuaku?" sembur Angel atas perbuatan semena-mena suaminya.

"Aku nggak berkewajiban menjelaskan apa pun padamu," jawab Ben enteng yang membuat darah Angel sontak mendidih.

"Aku berhak tahu apa pun yang kamu lakukan atas harta orang tuaku termasuk rumah itu!" Rasa-rasanya baru kali ini Angel bicara dengan suara keras pada orang lain. Dan orang pertama itu adalah suaminya.

Ben menegakkan duduk mendengar ucapan penuh protes yang dilayangkan wanita di hadapannya. Wanita yang bagi orang-orang adalah istrinya, namun bagi Ben status itu tetap hanya sebuah status.

"Mungkin aku perlu ingatkan lagi kalau rumah itu sudah menjadi milikku. Aku nggak perlu persetujuan dari siapapun untuk menjualnya."

Benar-benar lelaki tidak punya perasaan. Egois. Otoriter. Semua umpatan itu Angel tujukan pada Ben di dalam hatinya.

"Tapi aku istri kamu, Ben, aku berhak tahu apa pun yang kamu lakukan, terlebih rumah itu adalah rumah orang tuaku yang artinya adalah rumahku juga."

Angel salah kalau menyangka Ben akan melunak. Lelaki itu mempertegas tatapannya pada Angel.

"Harus berapa kali aku katakan kalau rumah orang tuamu itu sekarang sudah menjadi milikku? Dan apa pun yang menjadi milikku berada di bawah kekuasaanku. Aku berhak melakukan apa saja pada apa pun yang menjadi milikku tanpa pertimbangan atau izin dari siapapun. Dan tentang istri yang kamu gaung-gaungkan jangan pernah menggunakannya untuk menekanku. Bagiku itu hanya status. Kamu nggak lebih dari istri di atas kertas. Untuk kesekian kalinya aku katakan, aku nggak pernah mencintai kamu, Angel!"

"Kalau memang begitu kenapa kamu mau menikahiku, Ben?" tatap Angel dengan perasaan terluka. Ia menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata di depan laki-laki itu. Ia tidak ingin terlihat rapuh sehingga membuat Ben menjadi leluasa untuk mengintimidasinya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status