Share

Bab 24

Penulis: Daniza
Suara di ujung telepon sangat sunyi.

Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada."

"Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."

Tak ada respons dari seberang.

"Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.

Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.

Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk.

"Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."

Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya.

"Gimana kalau kamu sudahi saja? Ibu mohon, jangan cari dia lagi. Pulang saja dan jalani hidup baik-baik, lupakan semua yang sudah terjadi."

"Tapi, aku nggak bisa. Aku benar-benar nggak bisa melepaskannya."

Untuk waktu yang lama, tidak ada suara dari seberang. Ibu Stuart hanya bisa mendengarkan isakan pelan anaknya. Matanya ikut memerah.

Kalau saja dulu dia tidak ikut campur, alangkah baiknya semua sekarang. Stuart dan Kate pasti menjadi pasangan paling bahagia. Cucunya pun mungkin sudah berusia 4 tahun sekarang.

"Ibu akan bantu cari dia lagi."

Namun, mencari seseorang di tengah lautan manusia bukan hal sepele, apalagi Kate memang tidak ingin ditemukan.

Sebulan kembali berlalu. Stuart terus menerus gagal menemui Kate. Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya dia harus dilarikan ke rumah sakit.

Sementara itu, setelah beberapa kali menandai topik tentang Stuart sebagai "tidak tertarik", Kate sudah tidak mendapatkan kabar tentangnya lagi.

Dia sepenuhnya tenggelam dalam perjalanannya. Bersama Adam, mereka telah mengunjungi dua negara lagi.

Malam itu, saat Kate baru selesai berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar hotel.

Yang muncul di ambang pintu adalah ibu Stuart, yang tampak sangat kurus dan lelah. Senyuman di wajah Kate langsung lenyap.

"Stuart sekarang di rumah sakit. Aku tahu kamu ada di sini, tapi aku nggak berani kasih tahu dia. Kalau dia tahu, pasti dia akan langsung ke sini tanpa peduli apa pun." Ibu Stuart tersenyum pahit. "Boleh aku ngobrol sebentar? Kamu juga pasti capek dikejar-kejar terus seperti ini, 'kan?"

Kate terdiam sejenak. Kalimat terakhir membuatnya luluh, dia akhirnya mengizinkan ibu Stuart masuk.

"Hanya lima menit, aku buru-buru."

"Kate, aku dan ayahnya Stuart sudah cerai. Dia sekarang bersama gadis muda yang wajahnya mirip aku waktu muda."

"Stuart sudah tahu soal ini. Dulu dia menyembunyikannya dariku. Sekarang aku tahu gimana rasanya disakiti, seperti yang dulu kamu rasakan. Kate, aku aku benar-benar minta maaf. Soal anak itu, soal Winter, semuanya."

Ibu Stuart membungkuk dalam-dalam. Sementara itu, tidak ada gejolak sedikit pun di hati Kate. Penyesalan yang datang terlambat hanya membuatnya semakin risih.

Usaha Stuart untuk mengejarnya, pengakuan di depan publik, semuanya hanya membuatnya semakin lelah dan muak.

Butuh waktu dua menit sampai ibu Stuart berdiri tegak kembali. "Aku menerima semua ini sebagai karma. Aku pantas mendapatkannya. Tapi aku bisa janji, ke depannya aku nggak akan mencampuri urusan kalian berdua lagi."

"Kate, tolong berikan Stuart satu kesempatan lagi ya?"

Kate menggigit bibirnya. Rambut ibu Stuart kini sudah separuh memutih. Sikapnya yang rendah diri benar-benar membuatnya terlihat sangat menyedihkan.

Dia lalu menyodorkan ponsel ke Kate, memutar sebuah video. Dalam video itu, Stuart tampak duduk setengah bersandar di ranjang rumah sakit dengan infus di tangan. Pakaian pasien yang longgar tergantung di tubuhnya yang kurus kering. Dia tak terlihat seperti dirinya yang dulu.

"Dia benar-benar sadar kalau dia salah," ujar ibu Stuart.

Kate terpaku sesaat. Dalam waktu belum sampai setengah tahun, Stuart telah berubah sampai seperti itu.

Tiba-tiba, Stuart menelepon. Ibu Stuart menyalakan pengeras suara. "Ibu, kamu ketemu Kate nggak? Dia mau kasih aku satu kesempatan lagi?"

Ibu Stuart memandang Kate dengan penuh harap, menunggu jawabannya.

Kate perlahan-lahan membuka mulut. "Stuart ...."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status