แชร์

Bab 3

ผู้เขียน: Daniza
Layar ponsel otomatis mati. Stuart tidak mencurigai apa pun. Dia menarik Kate ke pelukannya dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

"Sayang, jangan nangis. Aku ikut sedih lho. Ini semua salahku. Aku nggak seharusnya membawamu ke sini dan membuatmu tersakiti."

"Dia memang ibuku, tapi kamu nggak punya kewajiban untuk bersikap baik padanya demi aku. Kamu boleh memukul atau memakiku, asalkan kamu bisa lega."

Sepanjang perjalanan pulang, Stuart terus berusaha menenangkan Kate. Kate memilih menutup mata dan berpura-pura tidur.

Suara notifikasi pesan sesekali terdengar. Stuart pun terus-menerus membalas pesan.

Sesampainya di depan rumah, Stuart mengusap kepala Kate dengan lembut. "Sayang, ada urusan mendadak di kantor yang harus kutangani. Kamu tunggu di rumah ya, aku janji malam ini pulang cepat."

Kate turun dari mobil dengan tenang tanpa melontarkan sepatah kata. Setelah Stuart pergi, Kate menyetujui permintaan pertemanan dari Winter. Kemudian, dia membuka foto-fotonya.

Postingan yang disematkan ada dua foto. Foto pertama, punggung Stuart saat sedang menanam mawar. Foto kedua, hamparan lautan mawar biru.

[ Demi seseorang yang sudah menanamkan mawar biru kesukaanku, aku maafkan sekali ini. Cepat datang dan bujuk aku ya. ]

Dada Kate terasa sesak. Ternyata, yang menyukai warna biru adalah Winter. Bahkan, mawar-mawar itu bukan ditanam untuknya.

Kate langsung memesan taksi dan menuju ke vila tempat mawar itu ditanam. Begitu sampai, dia langsung melihat mobil Bentley hitam milik Stuart.

Tak jauh dari hamparan mawar biru, Stuart berdiri membelakanginya, belum menyadari kehadiran Kate.

"Kalau Kate bisa punya anak, aku nggak akan mencarimu. Dia itu batas terakhirku. Kamu muncul di hadapannya dan masih berani ngambek?" tegur Stuart.

Mata Winter berkaca-kaca. "Kalau begitu, kenapa kamu masih datang mencariku? Biarin saja aku, jangan urus aku lagi."

"Jangan nangis lagi." Suara Stuart melunak. "Selama kamu nurut, aku akan jaga kamu seumur hidup."

Winter pun langsung tersenyum dan memeluknya. "Aku bisa lebih nurut lagi kalau kamu mau."

"Aku sudah kosongin waktu sore ini khusus buat kamu, kamu rasa aku nggak mau?" Suara Stuart terdengar serak. Dia langsung menggendong Winter dan melangkah cepat ke dalam vila.

Winter sempat menoleh ke belakang dan tersenyum sinis ke arah Kate. Dia sudah sadar Kate ada di sana sejak tadi.

Bayangan dua tubuh yang saling menempel terlihat dari balik jendela, terus bergerak dalam siluet yang menyakitkan.

Di tepi jalan, Kate menyaksikan semuanya. Dia merasa tersiksa, bahkan napasnya terasa dingin. Seperti ada kail berduri yang mencabik jantungnya. Setiap tarikan menyebabkan luka berdarah.

"Kamu juga mau foto di sini ya? Hubungan Pak Stuart dan Bu Kate tetap mesra setelah bertahun-tahun, bikin iri deh," ucap seorang wanita yang sedang berfoto di dekat situ.

"Di kehidupan sebelumnya, Bu Kate mungkin adalah pahlawan galaksi. Wanita mana yang nggak ingin punya suami kayak Pak Stuart?"

Kate tersenyum sambil menangis. "Tapi, sekarang dia sudah nggak mau lagi."

Vila yang katanya hanya untuknya, ternyata juga tempat Stuart tidur dengan wanita lain.

Wanita tadi memandang Kate dengan saksama, lalu tertegun. Tak heran banyak orang bisa salah mengenali. Winter memang sangat mirip dengan dirinya saat pertama kali bertemu Stuart. Saat itu, dia baru 24 tahun.

"Ternyata semua laki-laki sama saja," gumam wanita itu dengan ekspresi sedih. "Padahal Pak Stuart termasuk baik, mungkin dia cuma benar-benar ingin punya anak. Sampai wanita simpanannya yang dicari pun mirip kamu."

"Kalau menurutku, lupakan saja. Anggap saja nggak tahu apa-apa. Pulang dan teruskan hidup kalian seperti biasa."

"Nggak mungkin kembali seperti biasa." Suara Kate terdengar ringan.

Fakta bahwa wanita itu mirip dengannya bukanlah alasan untuk bersyukur, malah membuatnya merasa semakin jijik.

Setelah keluar dari vila mawar, Kate pergi ke rumah sakit dan mengambil obat perawatan sebelum melakukan aborsi.

Obat itu diletakkannya di atas meja kecil. Dia menatapnya lama, matanya kosong, hatinya nyaris tenggelam dalam kepedihan.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Stuart masuk dengan terburu-buru. Ada dua kancing bajunya yang salah dipasang, bahkan dia sempat menabrak kursi sampai kursi itu terjatuh.

Dia memandang Kate dari atas ke bawah dengan wajah pucat. "Sayang ... kenapa kamu ke rumah sakit?"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status