Share

Bab 2

Author: Daniza
Keesokan siang, Stuart membawa Kate makan siang di rumah keluarganya. Ibu Stuart tidak menyukai Kate. Bahkan saat pernikahan mereka, dia sama sekali tidak hadir.Setelah menikah, Stuart langsung mengajaknya pindah dari rumah dan hanya pulang ke rumah keluarga setiap akhir bulan.

"Sayang, nanti apa pun yang Ibu katakan, jangan dimasukkan ke hati ya. Suamimu ini selalu di pihakmu. Kita makan sebentar, lalu pulang," pesan Stuart sambil menggenggam tangan Kate.

Begitu masuk ke rumah, Kate sudah mendengar tawa ibu Stuart. "Bayinya imut sekali, tangan dan kaki mungilnya itu bikin hati meleleh."

Wajah Kate langsung pucat, langkahnya terhenti di tempat. Orang yang duduk di sebelah ibu Stuart adalah perempuan yang sama di foto maternity itu.

"Dia anak temanku, Winter. Dia sedang hamil, keluarganya di luar negeri. Jadi, temanku minta aku untuk menjaganya. Tadi pagi, aku baru temani dia periksa kehamilan."

Ibu Stuart menggandeng Winter mendekat, lalu menyodorkan hasil USG ke Stuart dengan tatapan penuh makna. "Cepat lihat, bayi ini mirip nggak sama ayah ibunya?"

Tatapan Stuart seketika menunjukkan kepanikan, nada suaranya pun terdengar seperti memberi peringatan. "Jangan bercanda, Bu. Mana mungkin aku tahu? Aku baru pertama kali ketemu Winter hari ini."

Ibu Stuart melirik ke arah Kate, lalu mendorong Winter ke depan. "Kalau begitu, aku perkenalkan dulu ke kamu. Winter, ini Stuart. Panggil Kak Stuart."

Pipi Winter memerah. "Kak Stuart ...."

Stuart mengangguk, lalu langsung merangkul Kate. "Ini kakak iparmu, Kate."

"Halo, Kak Kate."

Hati Kate benar-benar hancur. Tangan yang terkulai di sisi tubuhnya mulai gemetar. Ternyata seluruh keluarga ini tahu tentang Winter, hanya dia satu-satunya yang dibohongi.

"Kenapa, Sayang?" Stuart langsung panik. "Gula darahmu turun lagi ya?"

Dia buru-buru mengeluarkan permen dari sakunya, membuka bungkusnya, dan menyodorkannya ke bibir Kate.

Kate membuka mulut dengan kaku. Itu jelas-jelas adalah permen, tetapi rasanya begitu pahit di lidah.

Stuart meminta pelayan menyajikan makanan, lalu menggandengnya duduk. "Tadi kamu belum sarapan, sekarang makan lebih banyak ya."

Saat melihat Kate memegang gelas, Stuart langsung menggantinya dengan air hangat. "Kamu sebentar lagi mens, jangan minum yang dingin. Nanti perutmu sakit lagi. Udangnya segar banget hari ini, aku kupasin buat kamu."

Sepanjang makan, Stuart hampir tidak makan apa pun, fokusnya hanya pada piring Kate yang selalu penuh.

"Kak Stuart baik banget sama istrinya. Aku sampai iri sama Kak Kate." Tiba-tiba, Winter bersuara, "Aku juga suka udang, Kak Stuart bisa kupasin buat aku juga nggak?"

Dia mendorong piringnya ke arah Stuart, tetapi Stuart sama sekali tidak peduli. "Kalau mau makan, kupas sendiri. Aku cuma kupasin udang buat istriku."

Kate meneguk air hangat, menahan rasa mual yang menyerang. "Kasih dia saja. Aku nggak ingin makan."

Stuart terdiam, lalu memanyunkan bibirnya seperti anak kecil. "Kalau begitu, aku makan sendiri deh. Masa kamu kasih udang yang aku kupasin ke orang lain sih ...."

Tatapan Kate dipenuhi sindiran. Sudah tidur bareng, tetapi masih berpura-pura seperti ini?

Ibu Stuart meletakkan sendok dengan wajah masam. "Kate, program bayi tabungmu sudah gagal enam kali, 'kan? Pas banget ada Winter di sini, coba tanya-tanya sama dia."

"Bibi, aku nggak punya pengalaman apa-apa. Aku sama pacarku langsung hamil di percobaan pertama. Kebetulan hari itu juga ulang tahunku, mungkin suasana hati juga berpengaruh." Winter menggeleng dengan malu-malu.

"Ya jelas. Menantuku ini sepuluh tahun lebih tua darimu, jelas nggak bisa dibandingkan," sindir ibu Stuart. "Aku berencana mengajak Winter tinggal di rumah, biar lebih mudah dijaga. Siapa tahu bisa ikut kecipratan rezeki dan cepat dapat cucu."

Begitu ucapan itu dilontarkan, Stuart langsung menolak dengan tegas, "Aku nggak setuju."

Tatapan ibu Stuart ke arah Kate semakin dingin. "Kenapa? Karena kamu nggak bisa punya anak, jadi orang lain juga nggak boleh punya?"

"Sudah cukup?" Suara Stuart rendah dan dingin. "Kalau Ibu terus begini, aku nggak akan pernah kembali ke rumah ini lagi."

"Maaf, aku nggak akan ganggu kalian." Winter berdiri dengan mata memerah, lalu cepat-cepat pergi.

Stuart secara refleks bangkit untuk mengejarnya, tetapi langsung sadar dan berhenti di tempat.

"Aku sudah selesai makan," ujar Kate dengan dingin sambil menyaksikan seluruh drama, lalu langsung pergi.

Begitu keluar dari rumah itu, Kate menerima permintaan pertemanan dari Winter.

[ Tanggal 5 Maret itu ulang tahunku, juga pertama kalinya kami bercinta. Dia nggak membiarkanku turun dari ranjang seharian penuh. ]

Hari itu, Kate gagal untuk kelima kalinya dalam program bayi tabung. Dia tidak makan, tidak minum, mengurung diri di kamar selama sehari semalam.

Saat suasana hatinya akhirnya stabil dan dia membuka pintu kamar, dia mendapati Stuart duduk di luar kamar dengan pakaian berantakan. Dia bahkan merasa kasihan dan berusaha menghiburnya.

Ternyata, saat itu Stuart baru saja selesai bercinta dengan Winter. Betapa menyedihkan, betapa menyakitkan.

Selama lima tahun, meskipun telah menerima begitu banyak suntikan, dia tidak merasa sakit. Namun, kali ini dadanya terasa sakit luar biasa, napasnya pun sesak.

"Sayang, kenapa kamu nangis?" Stuart menyusul ke luar. Melihat air mata yang membanjiri wajah Kate, dia langsung panik dan refleks melirik layar ponsel Kate.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status