Share

Bab 4

Author: Daniza
Kartu berobat Kate terdaftar atas nomor Stuart, jadi pesan pengambilan obatnya juga langsung masuk ke ponsel pria itu."Sayang, tolong bicara dong. Aku cemas banget."

Kate menyerahkan kantong obat itu kepadanya. "Dokter menyarankanku coba obat baru. Katanya mungkin bisa meningkatkan peluang keberhasilan bayi tabung berikutnya."

"Yang penting kamu nggak kenapa-napa, aku hampir mati ketakutan," ucap Stuart sambil menaruh kantong obat begitu saja di meja tanpa melihat isinya.

Kate tertawa dingin. Dulu, apa pun obat yang dia minum, Stuart pasti membaca dengan saksama karena takut ada efek samping.

Dia selalu bilang, dia memang tidak bisa menggantikan rasa sakit karena program bayi tabung, tetapi setidaknya dia bisa selalu mengingatkan diri sendiri bahwa Kate menderita demi dirinya.

Sekarang, Kate sendiri yang menyerahkan obat perawatan sebelum aborsi ke tangan Stuart, tetapi Stuart bahkan tidak sudi untuk meliriknya.

Aroma parfum asing bercampur dengan wangi mawar di tubuh Stuart membuat Kate ingin muntah. Sakit di perutnya pun ikut kambuh. Dia menahan sakit sambil memegang perut bagian bawah.

"Kamu masuk angin pas lagi mens ya?" Stuart mendekat, mencoba menghangatkan perutnya.

Kate langsung menepis tangannya. "Bau badan kamu menjijikkan sekali."

Stuart mencium dirinya sendiri, lalu tertawa. "Wangi mawar ya? Aku terus mikirin ulang tahun pernikahan kita yang kelima. Karena takut persiapannya kurang, aku bolak-balik ke taman mawar seharian. Aku mandi dulu ya sekalian ganti baju."

Padahal sebelumnya, Stuart mengatakan dia pergi ke kantor. Kate malas membongkar kebohongannya, jadi hanya menjawab datar, "Ya."

Begitu Stuart pergi, Kate mengambil ponselnya. Selama lima tahun terakhir, kehidupan sosial Kate hanya berputar di sekitar Stuart. Dia bahkan tidak punya satu pun teman dekat sendiri. Jadi, jika harus pergi, tak banyak orang yang perlu dia kabari.

Kecuali adik kandungnya, satu-satunya keluarga yang tersisa, Ken. Namun, saat dia membuka kontak Ken, jarinya tak kunjung menekan tombol panggil.

Ken sangat menghormati Stuart sebagai kakak ipar. Kate takut semuanya menjadi lebih rumit. Mungkin lebih baik menunggu sampai hari keberangkatannya tiba.

Malam hari, Stuart tidur di sebelahnya, memijat perutnya dengan lembut. "Sayang, aku sudah alihkan semua pekerjaan untuk dua hari ke depan. Dua hari pertama menstruasimu biasanya yang paling sakit. Aku nggak tenang kalau kamu sendirian di rumah."

Kate hanya menjawab asal, tak terlalu peduli.

Tengah malam, Kate terbangun karena suara notifikasi ponsel.

"Maaf ya, kebangun ya? Masih ada beberapa kerjaan yang harus kuatur. Aku aktifkan mode hening ya. Ayo, tidur lagi."

Kate tetap memejamkan mata, tetapi tak bisa tidur lagi. Tangan kiri Stuart memijat perutnya, tetapi tangan kanannya masih sibuk membalas pesan.

Kehangatan dari ujung jarinya, ditambah sesekali tawa pelan yang tak bisa dia tahan, rasanya seperti disayat perlahan dengan pisau tumpul.

"Sayang?" Suara Stuart terdengar hati-hati. Seperti harapannya, Kate tidak menjawab. Stuart menarik tangannya perlahan, lalu keluar kamar dengan langkah pelan tetapi penuh antusiasme.

"Berani sekali kamu kirim foto itu. Tunggu saja, besok aku bikin kamu nggak bisa turun dari ranjang."

Setelah pintu tertutup, ponsel Kate bergetar beberapa kali. Pesan-pesan dari Winter masuk.

[ Kakak sudah tua dan nggak menarik lagi ya? Kak Stuart sampai stres menahan diri. Dia tetap nggak puas setelah melakukannya sepanjang sore sama aku. Dia bahkan bilang malam ini mau coba gaya baru sama aku. Sama sekali nggak kasihan sama aku yang lagi hamil. ]

[ Kakak benaran kasihan. Aku hamil setelah bercinta dengan Kak Stuart, tapi kamu cuma bisa harapin mesin tabung dingin dan tetap nggak berhasil juga. ]

Di kamar yang pemanasnya menyala, tubuh Kate malah terasa beku. Dia bangkit, mengambil kantong air hangat, lalu kembali berbaring.

Lima tahun terakhir, Kate selalu merasa pertemuannya dengan Stuart terlalu terlambat, sementara hidup terlalu singkat. Namun, sekarang hanya tersisa lima hari dan rasanya lima hari itu terlalu panjang untuk dilewati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status