Share

Berbohong?

last update Last Updated: 2022-05-04 17:04:10

"Aa, kerja di sini?" Cahaya coba mencairkan suasana dengan membuka percakapan terlebih dahulu walau pertanyaan itu sepertinya tidak penting.

"Iya, Ya. Hari ini mulainya. Aku pikir nggak bakalan diterima. Ini perusahaan anak cabang yang di Korea, 'kan? Soalnya, waktu itu aku nggak tau. Sepulangnya dari Korea, aku kan langsung resign."

"Iya, Aa. Emm, kenapa Aa resign waktu itu?" tanya Cahaya ingin tau alasan Raja keluar dari perusahaan saat karirnya sedang menanjak. Pria itu bahkan sering bolak-balik dikirim ke luar negeri.

"Aku ... takut dikirim ke Korea lagi! Nanti, ketemu kamu sama Kim lagi. Takut sakit hati." Raja terkekeh, menertawakan alasan dia dulu berhenti kerja.

'Deg!' Kata-kata Raja menohok hati Cahaya. Sebegitu sakit hatikah Raja, hingga harus mengorbankan pekerjaannya agar tidak bertemu dengannya lagi?

Cahaya tersenyum getir, "Tapi sekarang malah ketemu lagi ya, Aa? Apa Aa juga akan mengundurkan diri setelah tau aku kerja di sini, Aa?" tanya Cahaya, yang langsung dijawab kekehan kembali oleh Raja.

"Nggak lah, Ya. Aku bukan anak kecil. Lagian kan itu sudah lama berlalu. Aku senang kamu akhirnya bisa berjodoh dengan Kim. Berarti, pengorbananku tidak sia-sia. Kamu bahagia kan, Ya?" Raja semakin dalam menatap Cahaya.

Penampilan baru gadis yang kini mewarnai rambutnya itu membuat Raja harus terus menyadarkan dirinya bahwa Cahaya milik orang. Istri Kim.

'Seandainya itu yang terjadi, A. Sayangnya itu tidak pernah terjadi.'

"I-iya, A. Aku ... bahagia!" entah kenapa Cahaya masih berbohong. Benar kata orang, sekali berbohong maka kita akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Tapi, Cahaya tidak perduli, biarlah.

"Syukurlah." Raja tersenyum tulus, "Terus, kenapa kamu tidak tinggal di Korea, Ya? Apa Kim tidak kasihan kalian harus LDR-an? Nggak kangen gitu?"

"Tentu saja, tapi ini yang terbaik"

"Sudah punya anak?"

"Uhuk!" Cahaya tersedak saat minum, mendengar pertanyaan Raja.

"Hati-hati, Ya!" Raja menepuk punggung Cahaya pelan.

Cahaya mengusap bibirnya dengan punggung tangan, sebelum mengeluarkan sapu tangan dari saku baju seragamnya. Dia berusaha mengatur napas yang mendadak sesak karena tersedak tadi.

Mata Raja menatap tajam pada sapu tangan yang dipakai Cahaya. Dia tau betul sapu tangan itu. Itu miliknya yang dulu pernah diberikan pada Cahaya. Hatinya berdesir mengenang saat pertama pertemuan mereka. Dia senang Cahaya masih menyimpan sapu tangan itu, meskipun sekedar untuk kenangan saja.

"Belum, Aa!"

Drama berlanjut, Cahaya sedang mempermainkan hatinya sendiri. Gadis itu merutuk dalam hati karena tidak berani mengatakan yang sebenarnya.

'Loh, memang belum punya anak kan? Nikah aja belum, bagaimana mau punya anak?' batin Cahaya menenangkan diri.

 "Oh, maaf, Ya." Raja pikir Cahaya tersedak tadi karena tersinggung oleh ucapannya. Jadi, Raja merasa perlu minta maaf, "Sabar, ya? Mungkin, belum saatnya punya."

"Nggak pa-pa, Aa. Kalau Aa sendiri, sudah nikah?" tanya Cahaya mengalihkan pembicaraan yang dari tadi seakan memojokkannya. 

"Belum, Ya."

Cahaya tersentak kaget walau senang saat mendengar pengakuan Raja.

"Kenapa?" Cahaya semakin ingin tahu tentang kehidupan Raja setelah mereka berpisah begitu lama.

"Belum ketemu yang cocok saja."

Mendengar itu, hati Cahaya semakin senang walau ada penyesalan karena tadi sudah berbohong jika sudah menikah dengan Kim. Tapi … sudah terlanjur.

Cahaya melihat sekeliling kantin yang makin sepi. Tiga puluh menit lagi, mereka harus kembali bekerja.

"Em, waktu istirahat setengah jam lagi, Aa. Aku belum sholat juga," ucap Cahaya bangun dan mendorong kursi yang diduduki ke belakang. Raja pun mengikuti tanpa menjawab.

"Boleh minta nomor ponselnya, Ya?" tanya Raja, saat mereka melangkah keluar dari kantin.

"Boleh."

Mendengar jawaban Cahaya, Raja merogoh ponselnya di saku kemeja, lalu mengulurkan pada Cahaya.

Cahaya membelalak saat melihat tampilan wallpaper ponsel Raja. Dia tidak salah lihat. Wallpaper ponsel Raja, seperti ... fotonya? Benarkah?

Tapi, belum sempat Cahaya bertanya, Raja mengambil mengambil kembali ponselnya dengan tergesa karena menyadari apa yang sudah Cahaya lihat di sana.

 "Itu-"

 "Maaf, kamu ... sebutkan saja nomornya!" Raja tampak gugup, sesuatu yang berusaha dia tutupi terbuka begitu saja. Kenapa dia bisa lupa?

 "Itu ... seperti…."

"Berapa, Cahaya?" Raja memotong perkataan Cahaya, wajahnya terlihat merona.

Tak ingin bertanya kembali setelah melihat kegusaran di wajah Raja, Cahaya menyebutkan satu persatu nomor ponselnya.

 "Makasih, Say--ah ... Ya, sesekali aku bolehkan menghubungi kamu?" tanya Raja setelah nomor Cahaya disimpannya.

 "Tentu, Aa. Baiklah, aku ke departemenku dulu."

Di ujung kantin Cahaya langsung pamit, karena jalan menuju ke kantor, dan tempatnya kerja berbeda.

 "Iya, Ya. Aku--aku senang bisa ketemu kamu lagi,"

'Walau statusmu sudah berubah, Sayang. Ternyata ... Allah tidak mendengar do'aku.' Raja mengeluh dalam hati, akhir penantiannya tentang cinta Cahaya, sudah dia dapatkan jawabannya. Dirinya kalah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Aku Tak Setia    Akhir Kisah Kita

    Kim tak menyembunyikan kehancurannya. Di depan Raja dia menceritakan semua cerita hidupnya. Terpaksa menikahi wanita pilihan orang tuanya, mengabaikan semua perasaannya untuk menemui Cahaya, yang dia yakin pasti menunggunya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pernah berpikir untuk melupakan gadis itu, saat pernikahannya terberkati oleh kehamilan istrinya. Memilih tetap hidup dengan rasa yang sudah mati. Dia bagai tak memiliki tujuan pasti, hanya diam dan menuruti semua keinginan ayahnya. Hingga asa itu hidup lagi, saat istrinya harus menyerah dalam perjuangan meraih cintanya, meninggal setelah memberinya seorang putri yang kemudian diberinya nama, sesuai dengan nama sang pujaan seperti keinginan Su Ni. Kim merangkai mimpi lagi, berharap Cahaya masih sendiri dan sudi menerimanya kembali. Datang ke Indonesia dengan harapan yang bertumbuh besar. Bahagia, saat alamat yang tertulis dalam kertas yang mulai memudar, bisa dia temukan. Bertemu Rosita yang dengan jelas mengatakan, kalau

  • Bukan Aku Tak Setia    Meminta Kesempatan

    Taksi yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan gerbang apartemen. Setelah membayar, Raja meminta Cahaya untuk menunggunya membukakan pintu. Tak ada penolakan, Cahaya biarkan suaminya melakukan apapun yang dikehendaki. Tangan keduanya bergandengan memasuki area apartemen. Baju yang kemarin dipakai Cahaya kerja, kali ini pun kembali dipakainya. Karena memang kemarin, jangankan berganti pakaian, masuk ke apartemennya saja Cahaya tidak sempat, karena langsung dibawa Raja yang dalam keadaan cemburu, melihatnya datang bersama Kim. Langkah Cahaya terlihat berbeda, sisa serangan Raja di malam pertama mereka yang tertunda, membuat Cahaya masih merasakan sakit di setiap langkahnya. Sedang si pelaku utama, dengan sabar mengimbangi langkah istrinya dengan tatapan iba. Meski tak ada lagi kata maaf yang dia katakan, karena memang seperti itu prosesnya. Nanti setelah terbiasa, sakit itupun tak lagi terasa. Ah, biasa … bagaimana akan terbiasa? Sedang dia tak lama berada di sana, rasanya Raja

  • Bukan Aku Tak Setia    Aku Menunggu, Mereka Bercumbu

    Semalaman dia di sana. Menghabiskan setiap detik yang membuatnya bagai dicekik, bahkan setiap oksigen yang dihirup, membuat dadanya sesak disetiap hembusan. Jangan tanya rasa hatinya. Hampa. Tak berdaya. Ingin mati saja, bersama dengan cintanya yang kini telah kandas. Lepas. Hancur tak tersisa. Bayangan semua hal yang bisa dilewati dengan semua kehangatan, oleh gadis pujaan dengan seseorang yang pernah begitu dekat dengannya, semakin membuatnya enggan memejamkan mata. Berharap dan menunggu, mungkin saja pasangan yang sudah dinyatakan sebagai suami istri itu, kembali meski malam telah larut, atau di saat pagi siap menjelang. Meski dia tahu, itu tentu saja pemikiran yang salah, karena dua orang yang terus memenuhi pikirannya, tengah panas menghabiskan malam. Memadu kasih, melebur kerinduan. Sedang dia membeku, bersama serpihan salju yang turun dengan lebat di luar. Mereka sepasang pengantin baru, terpisah karena tugas yang tidak bisa ditolak, tentu saja saat bertemu, mereka akan ter

  • Bukan Aku Tak Setia    Indah Bersamamu

    Mata yang tadi terpejam rapat itu perlahan terbuka, mengumpulkan kesadaran yang beberapa saat lalu terseret oleh alam mimpi yang sekejap dikunjungi. Kehangatan yang sempat membuatnya lelap beberapa saat lalu, membuatnya menduga kalau kehangatan tadi hanyalah mimpi, saat tak mendapati sosok yang tadi merengkuhnya dalam nikmat, kini tak ada di sisi. Mimpi? Cahaya semakin menegaskan pandangan, melihat keseluruhan tempat di mana dia berada kini. Ini bukan kamarnya di apartemen, yang sudah menjadi tempat tinggal sementara tiga bulan terakhir. Jelas ini bukan mimpi. Bahkan rasa sakit dan perih yang menyengatnya di bawah sana, adalah bukti nyata kalau dia tidak bermimpi, suaminya ada di Korea. Tapi kemana dia? "Sayang?!" Mata Cahaya terpaku pada pintu kamar mandi di sudut ruangan. Berharap Raja keluar dari sana, setelah mendengar panggilannya. Tak ada jawaban. Apa Raja meninggalkannya sendirian di sana? Apa suaminya itu masih marah, tentang kejadian tak diharapkan mengawali pertemuan me

  • Bukan Aku Tak Setia    Pengobat Rindu

    Drttt … drttt … Getaran ponsel yang beradu dengan nakas disamping tempat tidur, mengalihkan perhatian Raja dari menatap wajah damai Cahaya. Beberapa saat setelah penyatuan mereka, istrinya itu langsung tertidur dengan nyaman dalam pelukannya, mengabaikan desakan gairah Raja yang kembali bangkit, saat kulit tubuh mereka kembali bergesekan, dia biarkan istrinya lelap. Bahkan napas yang terhembus belum sepenuhnya normal, namun lagi Raja mengharap bisa mengulang kenikmatan yang baru saja berlalu. Menarik pelan lengannya yang dijadikan bantal oleh cahaya, Raja berusaha agar gerakannya tidak mengganggu lelap tidur istrinya yang nampak kelelahan, meski mereka hanya melakukan dalam waktu yang sebentar, tapi istrinya langsung kalah dalam sekali serangan, sama sepertinya yang juga menyerah di awal pertempuran. Mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya, Raja melihat nama Khadi juga Mukta di layar, memintanya melakukan panggilan grup. Menepuk keningnya pelan, Raja melihat pe

  • Bukan Aku Tak Setia    Yang Tak Termiliki

    Young Nam hanya diam menanggapi perkataan Hana, apalagi kata yang selanjutnya terlontar, memang sanggup membuatnya menyalahkan dirinya seperti yang dikatakan Hana tadi. Anaknya menderita karena dia. Dialah yang empat tahun ini menciptakan luka dan sakit di hati anaknya. Merubah anaknya yang dulu sangat ceria setelah bertemu dengan Cahaya, menjadi pendiam setelah keegoisannya menjodohkan Kim dengan anak kakaknya. Meski kata maaf sudah dia sampaikan, restu sudah diberikan, ternyata kisah mereka memang harus terhenti begitu saja, saat dia mengucap kata tidak untuk hubungan mereka dulu.Sesal. Itu yang Young Nam rasakan sekarang. Apalagi ketiga anak muda itu masih berputar dalam lingkaran yang sama. Rasa traumanya atas penghianatan sahabat dan tunangannya, harus dia limpahkan dengan memberikan duka pada anaknya. Padahal kasus untuk Kim, Cahaya, dan Raja jelas beda. Tapi dia sudah tidak memberikan ruang restu untuk Cahaya, saat tahu kalau gadis yang dicintai anaknya adalah kekasih dari Raj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status