Perlahan Cahaya melangkah meninggalkan Raja. Setelah dirasa cukup jauh melangkah, hati Cahaya berbisik agar dia menoleh. Dia hanya ingin memastikan apa Raja masih memperhatikannya, atau tidak.
Jantungnya kembali berdebar, saat melihat Raja masih berdiri di sana.
'Ah ... a Raja, kamu tidak berubah,' batin Cahaya.
Cahaya pun terus menyusuri koridor menuju ke tempat kerjanya.
Saat sampai, Alya yang sedang duduk ditemani Andri dan Adrian, langsung menggoda begitu dia mendekat.
"Ciee yang sudah ketemu mantan!"
"Kayaknya, bakalan ada yang CLBK nih!"
"Baguslah, jangan jomblo terus!"
Ketiganya bergantian menggoda Cahaya. Dia risih dan mulai merasakan wajah semakin menghangat.
"Apaan sih kalian ini?" Cahaya mencoba menghindar.
"Lama amat, Neng … makan siangnya? Kangen ya?" tanya Alya yang semakin bersemangat menggoda Cahaya, apalagi melihat wajah Cahaya yang merona.
"Ngobrolin apa aja tadi?" Andri menimpali, ternyata dia juga sama penasarannya.
"Bisa aku minta tolong pada kalian?" tanya Cahaya sambil menatap trio A bergantian.
"Apa?" tanya Alya, yang dianggukki oleh Andri dan Adrian.
"Kalian ... jangan bilang, kalau aku belum nikah sama Aa Raja!"
"Apaaaa?"
"Loh, kenapa, Ya?" Alya dan yang lain tampak terkejut dengan permintaan Cahaya.
Akhirnya, Cahaya mengaku, "Aa Raja pikir kalau aku sudah menikah ... sama Kim oppa, dan LDR-an."
"APA?" kali ini ketiganya kompak berteriak, membuat Cahaya memejamkan mata.
"Nggak ... nggak! Itu salah. Kenapa harus bohong sih, Ya? Aku tidak setuju!" protes Alya sambil mengangkat telunjuknya, begitu juga dengan Adrian dan Andri yang tidak menyetujui kebohongan yang Cahaya buat.
"Iya, Ya. Salah itu!" Andri menimpali perkataan Istrinya.
"Aneh aja kamu, Ya!" tambah Adrian yang semakin menyudutkan Cahaya .
"Tolonglah!" pinta Cahaya meminta pengertian sahabatnya.
"Aku tadi sudah mengiyakan perkataan Raja. Jadi, biarlah dia dengan keyakinannya itu. Kalian mau kan? Demi aku!" Ketiganya kompak menggeleng, tanda tidak setuju dengan pemikiran Cahaya.
"Please!" bujuk Cahaya.
"Kalau Pak Raja sendiri, apa dia sudah menikah, Ya?" tanya Adrian ingin mengetahui apa penyebab Cahaya memilih berbohong.
"Katanya sih ... belum, Yan."
"Nah!" Cahaya terkejut saat Alya berteriak. Gadis itu mengusap dada menetralkan degupan jantungnya kembali.
"Al!" geram Cahaya kesal, namun tak ditanggapi sama sekali oleh Alya.
"Berarti, kalian jodoh, Ya! Buktinya, sampai sekarang Aa Raja juga belum nikah. Apa kamu belum bisa lupain Oppa? Buat apa coba? Dia aja mungkin sudah menikah, terus dia bahagia sama istrinya. Lah, kamu? Malah bohong saat cinta lama kamu datang lagi? Jangan berbuat bodoh, Ya!"
"Alya benar. Salah kalau kamu bohong," kata Andri lagi.
"Sudahlah. Pokoknya, aku minta kalian menutupi saja kalau Raja mencoba bertanya tentang kehidupan pribadiku, ya? Tapi, sepertinya dia nggak bakalan nanya lagi kok sama kalian."
"Terserah kamu, Ya. Tapi, kamu jangan sampai menyesal aja kalau nanti Aa Raja malah menikah sama orang lain." Ada rasa sakit di hati Cahaya saat mendengar Alya mengatakan itu.
Benar, kalau sampai hal itu terjadi, apa aku tidak akan menyesal? Sementara bukti yang aku lihat tadi, setidaknya mengatakan kalau Aa Raja masih mencintaiku. Tidak, ini sudah benar. Aku harus tetap berbohong untuk sementara waktu.
"Aku akan bilang kalau waktunya tepat nanti. Yang penting, kalian tutup mulut saja, ya?" putus Cahaya.
"Terserah kamu saja, Ya!" kata Alya, dia tampak kesal dengan keputusan Cahaya, yang menurutnya tidak masuk akal. Sedang Andri dan Adrian, keduanya hanya bisa diam dan tak ingin terlalu banyak bicara. Mereka yakin Cahaya punya alasan sendiri, kenapa melakukan itu.
Cahaya merasa beruntung punya sahabat seperti mereka. Mereka selalu ada di belakangnya, mendukungnya, menjadikannya kuat, dengan semua kejadian yang menimpa hidupnya.
Bel masuk sudah berbunyi. Cahaya kembali berkeliling memeriksa semua hasil kerja di departemen yang dipimpinnya. Rutinitas harian dalam mencari lembaran Rupiah."Aya!" Sebuah suara mengalihkan perhatiannya dari barang yang sedang di-check. Doni--Kepala Personalia-- datang menghampiri. Cahaya langsung memantung saat melihat siapa yang berdiri tak jauh dari Doni."Ya, kenalin. Ini manajer pemasaran yang baru. Namanya Pak Raja." "Kami sudah kenal, Pak Doni," kata Raja tersenyum pada Cahaya yang menatapnya malu-malu. 'Andai saja kamu bukan milik dia, Ya!' lirih hati kecil Raja terus menghiba, meratapi cinta yang tak berpihak padanya. "Emm, iya, Pak. Kami sudah saling kenal," ujar Cahaya menimpali kata-kata Raja. "Begitu? Kenal di mana?" Doni melihat ke arah Cahaya dan Raja bergantian. Cahaya berusaha bersikap biasa, padahal hatinya berdebar tak tenang. Jantungnya berdegup kencang.'Kenapa aku jadi grogi begini berhadapan dengan A Raja?'"Kami kenal di Korea, Pak. Tiga tahun yang lalu
"Lepas, Aa! Malu!" protes Cahaya yang merasa risih dengan tatapan para karyawan yang memandangnya heran. Bahkan, beberapa menatap iri karena dia sedang bersama idola baru di perusahaan.Sesampainya di mobil berwarna silver, Raja langsung menekan kunci mobil dan membukakan pintu mobil untuk Cahaya."Masuk!" katanya tegas. Cahaya menatap Raja yang tampak marah?"Aa!""Masuk, Aya!" ulang Raja. Pria itu mendorong pelan agar Cahaya masuk ke dalam mobil.Sebelum masuk, Cahaya menoleh ke arah bis jemputan. Alya tampak sedang tersenyum penuh kemenangan. Cahaya pun membulatkan mata dan mengancam Alya yang malah tertawa. Raja yang mengikuti arah pandang Cahaya, melihat Alya yang melambai ke arah mereka."Aku mau pulang, Aa!" Cahaya mencoba menghiba."Aku antar!""Aku pake jemputan saja, sebentar lagi bisnya berangkat. Ya?!" Cahaya mulai panik, saat terdengar supir bus mulai menghidupkan mesinnya."Kamu pulang bareng aku. Sekarang masuk. Kamu nggak malu jadi tontonan gratis?" kata Raja yang memb
Raja mendekat, menarik lembut tangan Cahaya yang menutupi wajahnya. "Aku sayang kamu, Ya. Rasa itu masih sama dengan yang dulu. Tak berubah sedikitpun. Bahkan kini setelah tahu kamu masih sendiri, rasa itu semakin besar. Semakin dalam. Bukankah ini satu pertanda, kalau kita memang tercipta untuk satu sama lain? Bukankah aku pernah berjanji, kalau aku akan membawamu pulang, Ya? Kamu tidak melupakan itu kan?"Raja menatap wajah Cahaya yang basah oleh air mata, mengusap pelan pipinya yang masih diluncuri air mata."Aku hanya merasa tidak pantas untukmu, A. Kamu layak bahagia, dengan orang yang tulus mencintaimu. Bukan aku yang selalu menyakiti dan memberi harapan yang tak pasti," elak Cahaya masih dengan pemikirannya, kalau dia bukan yang terbaik untuk Raja.Raja menatap Cahaya dengan tatapan kecewa, entah bagaimana menyakinkan gadis di depannya kalau bahagianya adalah dia."Aku ingin bahagia denganmu, Ya. Bersamamu. Bisakah kita mewujudkannya sekarang? Bisakah aku menjadi satu-satunya d
Senyum terus menghiasi bibir Raja, bahkan dia seolah tak peduli pada Cahaya yang diam-diam memperhatikannya. Hatinya kini tengah berbahagia, cintanya telah kembali. Dia semakin tampan! Cahaya menggelengkan kepala, dengan wajah merona malu sendiri. "Kenapa? Aku cakep kan?" kata Raja yang membuat Cahaya langsung mencebik, mengingkari kebenaran yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Kekasih? Debaran jantungnya mengencang, tak menyangka status itu kembali disandangnya, kekasih dari Rajendra Subrata. Kekasih yang pernah dia beri perih luka, namun tetap setia menjaga rasa. Beruntung sekali bukan? "Ish, sejak kapan Aa jadi kepedean gitu?""Dari dulu. Kamu aja yang nggak tahu, soalnya dari kenal yang kamu perhatikan cuma Kim doang, aku dianggurin terus!" Raja terkekeh mengingat masa lalu, tak sadar kalau perkataannya mengungkit luka lama yang ingin Cahaya balut bahagia. "Kenapa sih, harus bawa nama Kim?" Raja tersentak kaget, baru menyadari kalau perkataan membuat kekasih hati tersinggung.
"Masih jauh tempat kostnya?" tanya Raja saat mereka sudah melewati perbatasan. "Nanti aku kasih tahu kalau sudah dekat, A," jawab Cahaya melihat ke arah Raja yang menoleh sekilas, Raja mengangguk."A!""Ya?" Raja melihat sebentar, lalu fokus lagi ke depan."Boleh nanya?""Apa?""Kenapa Aa belum nikah?""Nunggu kamu!" Jawab Raja enteng tanpa menoleh, sedang Cahaya jadi sedikit kesal mendengar jawaban yang menurutnya hanya bercanda."Yang serius jawabnya, A!""Aku serius banget, Sayang!""Tahu, ah!" "Emangnya, aku kelihatan lagi bercanda?" "Nggak tahu!" Raja terkekeh mendengar Cahaya yang terus menjawab dengan ketus."Jangan marah, jelek! Aku belum nemuin yang bisa membuka hati aku sejak perpisahan kita dulu, Ya." Cahaya menatap Raja yang tetap fokus mengendarai mobil. Lelaki itu siap melanjutkan kata-katanya. "Berkali-kali aku mencoba memberi kesempatan, pada wanita yang ingin menjadi pacar, bahkan Ibuku pernah mengenalkan pada beberapa gadis anak temannya, tapi aku selalu menolak k
Cahaya mengelak untuk menghindar, sambil tersenyum puas bisa membuat sahabatnya itu penasaran dengan ceritanya."Kami ... sudah balikan lagi, Al," jawab Cahaya malu-malu, saat harus mengakui hubungannya kembali dengan Raja. "Apa? Beneran? Selamat ya, Ya?! Aku seneng banget dengarnya. Terus gimana lagi?" pekik Alya girang dengan wajah terlihat antusias mendengarkan cerita Cahaya. "Apanya yang gimana? Ya udah, gitu aja.""Maksud aku, kapan kalian nikah? Kan udah balikan," kata Alya semakin gemas, karena Cahaya seakan tidak mengerti pertanyaannya. Cahaya tersenyum, "Tidak semudah itu, Alya. Aku harus memikirkan langkah kami selanjutnya. Pernikahankan bukan hanya sekedar saling cinta aja.""Tumben kamu mau ngakuin, kalau kamu juga cinta sama dia? Biasanya nyangkal terus?!" Alya mengejek Cahaya yang mengendikkan bahu acuh. "Serah deh.""Lagian perlu waktu buat apalagi sih, Ya? Tiga tahun emang belum cukup buat ngebuktiin kalau Raja beneran cinta sama kamu? Sampai-sampai dia belum nikah
"Kamu lama amat sih, Yang?" Andri yang menunggu Alya di depan pintu masuk swalayan, langsung menyambut kedatangan Alya dan Cahaya. Tangannya memeluk pundak istrinya dengan lembut memberi perlindungan."Maaf, Yang. Ini nih, bujukin Neng Geulis, susah banget!" jawab Alya sambil menunjuk Cahaya yang melangkah di sisinya, tangannya memeluk pinggang Andri dengan manja."Mulai deh ... nyesel aku ikut kalau cuma buat lihatin kemesraan kalian. Hargain dikit napa yang jomblo? Hayati juga pengen kan dipeluk!" Cahaya merajuk sambil berjalan mendahului mereka."Dih, ngaku jomblo! Udah taken juga sekarang!" seru Alya, yang dibalas kibasan tangan Cahaya di udara. "Taken? Sama siapa? Kok, nggak bilang-bilang?" tanya Andri penasaran dengan perkataan Alya. "Iya, udah taken. Sama Aa Raja, mereka balikan tadi." "Wah, syukur deh. Emang kayaknya mereka berjodoh sih, Yang." Andri ikut senang dengan kabar yang disampaikan oleh Alya. "Aamiin, mudah-mudahan. Ayo, masuk! Tuh, Cahaya udah nyelonong aja, tad
Alya berkali-kali menelepon Cahaya, tapi gadis itu tidak menjawab panggilannya sama sekali, Alya mulai bingung dengan tidak adanya respon dari Cahaya. Saat ini Alya dan Andri tengah berjalan ke arah kasir, dengan Andri mendorong troli yang penuh dengan belanjaan mereka. "Alya?!" suara panggilan menghentikan langkah mereka, keduanya menoleh ke arah sumber suara. Alya dan Andri langsung tertegun melihat seorang lelaki yang sangat mereka kenal, tengah menggendong seorang anak perempuan dengan wanita berhijab tengah hamil besar di sampingnya. Pertanyaan muncul di benak keduanya. Terlebih Alya, bukankah dia belum menikah? Bahkan Cahaya dengan yakin mengatakan itu padanya tadi. Lalu, siapa mereka yang saat ini bersamanya? Atau ... Raja telah berbohong dengan statusnya? "Pak Raja?" Guman keduanya, lalu saling pandang penuh tanda tanya. Raja dan wanita itu semakin mendekat, senyum mengembang di wajah keduanya, tapi tidak dengan Alya. Entah kenapa dia merasa Raja sudah berbohong. Unt