Share

36. Ketabahan

Tiga hari lamanya Mas Rayyan tak sadarkan diri. Aku menginap di rumah kenalan Papah, rumahnya dekat dengan Orthopedi. Percuma aku bersikukuh menunggu Mas Rayyan di rumah sakit. Karena seluruh keluarga pasti menolaknya. Terlebih lagi ada si kembar dalam perutku. Aku tak boleh egois. Jadi aku hanya menunggunya ketika pagi hingga sore hari.

Seperti hari ini, dengan setia aku menemaninya di ruang ICU. Aku menggenggam tangan kanannya. Sesekali mengecup mesra.

"Lihatlah Mas, bahkan si kembar tahu kalau aku sedang bersama Ayahnya. Bangunlah Mas, aku merindukanmu, jahili aku seperti biasanya, cubit pipiku, peluk diriku, tolong jangan tinggalkan aku," ucapku lirih disamping telinganya. Air mata terus menetes di pipiku, kuusap lembut kepalanya, kucium mesra pipinya. 

"Kenapa kamu diam Mas? Bahkan sedikit suara atau gerakan saja kamu akan terbangun. Kenapa sekarang tidak? Hiks... Hiks..." sekali lagi kuelus kepalanya dan kucium mesra keningnya.

Tak bosan aku bersuara.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status