Share

51. Sesion 2 : 9. Semanis Vanila

Aku menoleh kearah Fiqa, raut mukanya memerah ketika melihat Elang dan Ayana berpelukan. Dia seperti ingin meremukkan sesuatu. Apa dia seperti aku, merasa ... cemburu. Oh tidak. Fiqa juga tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Kamu cemburu?" lirihku.

"Enggak." Fiqa memalingkan mukanya terlihat sebal.

"Kamu kok disini? Eyang Aditya nyari-nyari kamu terus loh. Sampai sakit juga." Kudengar Elang mulai bicara.

"Habis Eyang nyebelin, main jodohin aku segala. Mana calonnya buaya cap kadal buntung juga," sungut Ayana.

"Tapi gak maen kabur gini juga kali Ayana." 

"Tau ah. Kok Mas El disini?"

"Kamu lupa ya, Purwokerto itu tanah kelahiranku, Papahku, sama Eyang kamu."

"Ooo. Apa?!" pekik Ayana.

"Jadi?" Ayana melihat ke arah Elang dengan tatapan tak percaya.

"Jadi kamu itu punya darah Purwokerto tahu."

"Hah? Jadi kampungnya Eyang Aditya sama Eyang Adinata itu Purwokerto?"

"Iya betul sekali."

Elang kemudian baru menyada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status