Share

14. Ada Yang Berbeda

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-09-24 16:30:31
Kini semua mata tertuju pada Serayu. Gadis itu tampak bingung, menatap balik pasang mata yang menyorotinya tanpa berkedip.

“Ada yang bisa saya bantu, Dok?” tanya Serayu hati-hati pada Abra.

Seketika, perhatian mereka kembali beralih pada Abra yang sempat terdiam sejenak.

“Saya mau lihat rangkuman kamu… dan kamu.” Abra menunjuk rekan koas Serayu yang juga bertugas di polinya.

Keduanya cepat mengangguk, mengiyakan dengan sopan.

“Tolong antar ke ruangan pribadi saya,” lanjutnya.

Sebelum melangkah pergi, Abra kembali menoleh ketika gerombolan perawat mulai berbisik-bisik lagi. “Saya pesan snack untuk kalian. Nanti driver saya antar langsung ke sini,” ucapnya datar, kembali dengan wibawanya yang khas.

Ia pun berlalu begitu saja, meninggalkan nurse station dalam keheningan. Semua yang ada di sana terdiam beberapa saat, lalu saling pandang, seolah masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

“Yang tadi itu… dokter Abra, kan?” gumam seorang perawat. Rekannya cepat mengangguk membenarkan.
Dinis Selmara

Rayu ceunah. Nggak mau kalah bet sama yang onoh 'twin' hahaha ...

| 14
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (21)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Boleh gak sih kalau sedayu semakin dekat dengan Serayu biar Abra makin kepanasan dan menyadari hatinya udah terpaut sama Serayu
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Siapa sih yang mengawasi ketenangan dan juga kebahagiaan semata antara Abra dan juga Serayu heran banyak banget mata-mata kayak bisa Kak itu matanya dipakai untuk melihat hal-hal yang bagus bukannya melihat sekaligus kepo dengan kehidupan Abra dan juga Serayu
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
Aw Aw apa apaan ini bisa-bisanya sikap dan perilakunya berubah secara drastis kenapa Ih kenapa Abra bukan sandiwara kan ini tulus kan Abra? mana dia manggil Serayu dengan sebutan rayu bukan kamu lagi Aw Aw bener-bener ya kelakuannya dokter Abra sih paling cuek itu bikin orang terkejut-kejut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   53. Bertemu Kembali

    Gelisah kian membuncah, Abra akhirnya meminta seseorang untuk melacak keberadaan sang istri. Namun ponsel Serayu selalu dalam keadaan mati, membuat pelacakan menjadi sulit. Hingga akhirnya, angin segar datang saat orang suruhannya memberi kabar terbaru tentang lokasi Serayu. Abra yang saat itu berada di ujung desa terpencil, tak mengenal lelah. Ia langsung mengemudi kembali menuju kota. Pertemuan Abra dengan kedua mertuanya memang singkat, namun meninggalkan jejak hangat di hatinya. Berbagai pesan dan nasihat ia kantongi—termasuk harapan pasangan itu agar Abra menjaga dan memperhatikan anak semata wayang mereka. Kedua orang tua itu tak tahu saja kalau hubungan putri mereka dan sang menantu sebenarnya sedang berada di ujung tanduk. Dan kini, di sinilah ia berdiri—di hadapan Serayu yang tampak pucat dan kelelahan. “Mas Abra?” lirih Serayu, melangkah mundur spontan saat Abra masuk ke dalam kamar. Tak sempat memperhitungkan jaraknya, tubuh Serayu tersentak saat punggungnya membentur

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   52. Berteman Sepi #2

    Hari ini, Serayu masih belum juga terlihat batang hidungnya. Kabar bahwa wanita itu sedang sakit membuat Abra kelimpungan.Entah apa yang mendorong Abra, hingga ia datang ke kampung terpencil ini. Ia masih betah duduk di dalam mobil, menatap bangunan kecil di hadapannya. Jujur saja, ia merasa serba salah untuk turun. Bagaimana jika sang istri tak ingin menemuinya? Atau bahkan, jika Serayu memang tidak ada di sini?Segala kemungkinan sudah ia pikirkan. Abra tersentak ketika melihat seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah, memasukkan barang-barang ke dalam mobil tuanya. Ia pun akhirnya turun dari mobilnya.Melihat Abra berjalan mendekat, lelaki itu mengerutkan kening, sempat melirik sekeliling sebelum bersuara, “Dokter Abra?”Dengan raut wajah yang berusaha terlihat senatural mungkin, Abra tersenyum lalu menyalami lelaki di hadapannya.“Dokter datang sendiri? Serayu?”Pertanyaan itu saja sudah cukup menjawab gundah di hati Abra yang semakin tak karuan. Kini ia menyesal datang ke sini

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   51. Berteman Sepi #1

    Pagi itu Abra langsung berangkat ke rumah sakit, tetapi ia tidak menemukan Serayu. Hingga jam poli berakhir, wanita itu tak juga terlihat. Ponselnya pun tak bisa dihubungi. Beberapa rekan Serayu juga sempat mencarinya, sampai akhirnya menjelang siang, Serayu baru menghubungi salah seorang rekan kerja. Ia mengaku seluruh tubuhnya sakit dan demam tinggi. Serayu meminta izin untuk beristirahat di kos.“Kesian banget tuh anak,” ujar salah satu rekannya.“Dia kecapekan. Kapan hari lanjut jaga dua hari, gila, mana full day. Kita kan hectic seharian. Serayu… Serayu…” sahut rekan lain.Kedua wanita itu tersentak saat langkah salah satu dari mereka tertahan karena ujung lengan seragamnya ditarik seseorang dari belakang. Mereka kompak menoleh, mendapati Abra berdiri dengan wajah datar.“Ke mana Serayu?” tanyanya datar, ia sempat mendengar penggalan cerita keduanyanya—membuat dua wanita itu saling pandang, panik.“Se—Serayu sakit, Dok. Barusan telepon, izin nggak masuk hari ini,” jawab salah satu

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   50. Ruang Tenang

    Mendengar kalimat Serayu, entah mengapa hati Abra terasa tercubit. Ia berbalik menatap punggung Serayu yang mantap melangkah keluar dari ruangannya tanpa sedikit pun menoleh.Begitu tiba di luar, Serayu menekan dadanya. Ada rasa sesak yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meski hubungan mereka singkat, Abra selalu memperlakukannya dengan baik. Namun, kini ia sadar—semua itu tidak lepas dari sebuah kepentingan.Serayu cepat mengusap pipinya, menghapus jejak air mata yang sempat jatuh, lalu melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju IGD. Dari kejauhan, ia melihat seorang lelaki berdiri sambil merentangkan tangan seolah hendak memeluknya.“Rugi sekali nggak mau dipeluk,” goda Sedanu saat Serayu hanya berdiri di hadapannya. “Are you okay?” tanyanya, kali ini dengan nada khawatir melihat mata Serayu yang sembap. Serayu hanya mengangguk. “Kamu sudah lihat fotonya? Mau lihat dulu sebelum pulang?” tanya Sedanu sambil menyamakan langkah.“Saya mau ambil yang itu saja, Dok. Sekarang,” jaw

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   49. Tidak Cinta

    Sejak kembali tidur bersama malam itu. Kini giliran Abra yang menghindar dari Serayu. Lelaki itu menyibukkan diri seolah tak pernah kehabisan pekerjaan dari hari ke hari. Siang itu, Serayu melihat Abra keluar dari ruang operasi. Belum sempat ia menyapanya, Aileen sudah lebih dulu berlari mendekat, membawa rantang berisi makanan–memamerkannya. “Bagaimana operasinya lancar?” tanya Aileen berusaha menyamakan langkah Abra. Lelaki itu hanya mengangguk membenarkan. “Aku masak lho hari ini. Kita makan siang bareng, ya,” katanya riang. Tapi Abra hanya menatap sekilas, lalu melangkah pergi tanpa sepatah kata pun. Saat Abra menjauh, Aileen menghentak kesal kakinya. Melihat arah langkah Abra menuju ruang pribadi, Serayu pun berniat menyusul. Sudah beberapa hari ini mereka tidak berbicara dan ia ingin tahu sejauh mana Abra memproses perceraian mereka. Namun baru saja ia hendak memegang gagang pintu, seseorang menarik lengannya kasar. Serayu tersentak. Aileen berdiri di hadapannya dengan ta

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   48. Mendapat Dukungan

    Serayu masih di depan meja belajarnya, tumpukan laporan menutupi hampir separuh permukaan meja. Lampu meja yang redup hanya menerangi wajah lelahnya yang tertunduk di atas kertas. Ia sempat berniat menyelesaikan satu berkas lagi, tapi matanya tak kuat menahan kantuk. Pulpen masih tergenggam di tangannya sementara kepalanya sudah bersandar di lengan dan ia pun tertidur. Sesaat kemudian, Abra keluar dari kamarnya. Ia berencana mengambil air di dapur, tapi langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Serayu terbuka sedikit. Ia mengetuk perlahan. “Rayu?” panggilnya. Tak ada jawaban. Ia mendorong pintu pelan, lalu menemukan Serayu tertidur di kursi dengan posisi yang tampak tak nyaman. Rambutnya berantakan, menutupi sebagian wajahnya. Abra mendekat, menatap lama wajah lelah itu. Ada sesuatu yang menyesak di dadanya—perasaan yang bahkan tak ia pahami. Ia akhirnya menunduk, lalu dengan hati-hati mengangkat tubuh Serayu ke pelukannya. Ia membaringkan Serayu di atas kasur, merapikan se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status