Share

39. Mrs. Abra

Penulis: Dinis Selmara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-11 01:14:29
“Mrs. Abra, istri yang tidak dianggap,” ujarnya dengan nada sinis. “Saya tidak menyangka, selera Abra serendah ini.”

Aileen mundur selangkah, menelisik Serayu dari atas hingga bawah, seolah menilai setiap detail penampilannya.

Sejak malam di restoran itu—saat ia melihat Abra bersama wanita lain—Aileen tak bisa tenang. Ia terus mencari tahu siapa perempuan yang kini berada di sisi lelaki itu. Selama ini, Aileen mengira Abra akan menunggunya. Ia benar-benar patah hati ketika mengetahui Abra ternyata sudah menikah.

Tak pernah terbayang olehnya bahwa Abra benar-benar menjadi milik orang lain. Dulu, lelaki itu begitu memujanya. Ia mencoba mencari tahu melalui keluarga Abra, tapi tak pernah mendapat jawaban jelas. Kini ia paham, keluarga Wijaya sengaja menyembunyikan identitas menantu mereka—karena menantu itu hanyalah perempuan miskin yang tak sengaja mujur saja.

Beberapa kali Aileen melihat Serayu diam-diam naik ke mobil Abra—kadang di parkiran rumah sakit, kadang di halte. Namun waktu itu
Dinis Selmara

Selamanya atau pas acara aja, Mas Abra? hihi ... followw innstaggram aku yaa ... dengan nama dinis selmara. See you ...

| 19
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
lebih tepatnya bukan hantu sih tapi iblis yang membawa hawa panas kalau misalkan ada dia di sisinya Abra dan juga Serayu. sekarang gini aja deh dokter Aileen yang terhormat kalau misalkan kamu tidak terima dengan pernikahan Abra dan juga Serayu Ya udah itu mah urusanmu yang penting Abra It's fine
goodnovel comment avatar
Adelia Chubby2499
never mind Oke mungkin menurut si Abra Ya udahlah kalau misalkan udah tahu ya udah gitu cuman nih ya Abra kamu Tolong jelasin ke mantan pacar kamu itu kalau Serayu tidak serendah yang seperti dia pikirkan. kalau Serayu rendah Mana mungkin kamu mau menjadikan istri ya kan Abra
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Idih, Serayu udah panik dokter aileen tahu malah Abra enteng banget jawabnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   59. Jangan Minta Pergi Lagi

    Serayu melangkah cepat di lorong rumah sakit. Hari ini rasanya panjang sekali dan ia hanya ingin segera pulang. Langkahnya semakin cepat, hampir tergesa.Namun, saat tengah terburu—sesuatu menghalangi jalannya. Kaki Aileen tiba-tiba terulur di depan, membuat Serayu tersandung. Tubuhnya oleng, hampir saja terjatuh kalau saja tidak ada tangan kuat yang spontan menahannya dari arah berlawanan.“Ups, maaf,” ucap Aileen santai, menyeringai tanpa rasa bersalah sedikit pun sebelum berlalu, meninggalkan Serayu begitu saja—yang berada dalam pelukan Sedanu.Serayu cepat berdiri tegak. Sementara tatapan Sedanu terlihat khawatir.“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya pelan.“Nggak apa-apa, Dok. Cuma kaget. Terima kasih, ya.”Serayu pun pamit undur diri mengaku ingin segera pulang dan Sedanu mempersilakan.***Serayu berdiri di depan kamar unit di tower sebelah. Ia mengetuk pintu, lalu menutup lubang intip di pintu dengan telapak tangannya.“Siapa?” Suara dari dalam membuatnya mendengus kesal. Alih-alih m

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   58. Tak Ada Kabar

    Pagi harinya, saat hendak berangkat, Serayu melihat gantungan paperbag di depan pintu kamarnya. Di dalamnya ada roti isi, sebotol susu, dan selembar catatan kecil berisi pesan singkat untuk tidak melewatkan vitamin.Tidak ada tertulis dari siapa, tapi Serayu tahu betul tulisan itu milik Abra.Sayang, ia sudah sarapan. Namun, Serayu tetap membawa paperbag itu bersamanya.Begitu keluar dari kos, sebuah mobil membunyikan klakson pelan menyita perhatian Serayu.“Nona Serayu?” sapa seorang pria muda keluar dari balik kemudi.Lelaki itu memperkenalkan diri sebagai sopir yang diutus Abra untuk mengantarnya ke rumah sakit. Serayu sempat menolak, tapi si sopir memohon dengan wajah sungguh-sungguh. Katanya, ia tidak akan dibayar jika Serayu tidak ikut bersamanya. Lihatlah, betapa semena-menanya Abra menekan dirinya. Dengan napas berat, akhirnya Serayu menyerah dan masuk ke mobil itu.Siang menjelang, jam istirahat tiba. Serayu memberanikan diri mendatangi ruang pribadi Abra. Dua kali ia menget

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   57. Layu Sebelum Berkembang

    Abra menatap wajah yang terlelap di hadapannya. Ia bersimpuh, jemarinya terulur merapikan helaian rambut yang menutupi wajah mungil itu.Ia memang mengaku tak mencintai wanita ini, tapi mengapa rasanya tak rela berpisah? Gundah setiap jauh, takut kehilangan setiap kali bayangan perpisahan melintas di benak.Wanita ini terlalu berisik bagi dirinya yang terbiasa tenang. Terlalu manja untuk seseorang sekeras dirinya.Namun, Abra bertanya-tanya. Seperti apa cinta yang membuat wanita ini bisa bertahan di sisinya? Karena dulu, saat ia mengira telah memeluk cinta, ia justru tertampar oleh pengkhianatan.Ia tak sanggup membayangkan kehilangan wanita ini, terlebih melihatnya bersama lelaki lain. Abra menunduk, senyum tipis terbit di bibirnya saat jemarinya mengelus pipi Serayu, wanita itu justru semakin terlelap.Salah satu hal yang ia takutkan, Serayu akan terbiasa tanpa dirinya. Nyaman bersama orang lain. Tidak boleh. Tak seorang pun boleh menyentuh apa yang menjadi miliknya.Pandangan Abra j

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   56. Pengakuan Abra

    Di sebuah kafe, Aileen duduk berhadapan dengan Riani. Di antara piring yang sudah setengah kosong, Aileen mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya dibuat serendah mungkin. “Tante, waktu Serayu menikah dengan Abra… maaf … pihak keluarga nggak cari tahu dulu soal bibit, bebet, bobotnya?” tanyanya pelan. Pertanyaan ini sudah lama ia pendam. “Dari status sosial saja sudah jelas timpang, kan?” Riani meletakkan sendoknya, menatap Aileen sejenak sebelum menjawab. “Tante sempat minta papa Abra mencari tahu,” katanya akhirnya. “Tapi waktu itu Abra menjamin dirinya untuk Serayu.” Aileen menahan kesal, mendengarnya. “Karena punya latar belakang pendidikan yang sama dengan Abra, papanya juga nggak banyak nuntut,” lanjut Riani, menyeruput minumannya pelan. “Kamu tahu sendiri kan, Abra itu orangnya seperti apa. Kalau dia sudah bilang A, nggak ada ruang buat nego. Papanya juga seyakin itu sama anak sulungnya. Abra tidak pernah mengecewakan papanya. Makanya percaya banget orang tua itu.” Aileen men

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   55. Istri Dokter Abra

    Serayu memilih tidak menjawab. Tidak ada gunanya juga ‘kan? Mau apa memangnya tanya-tanya. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah berakhir baik. Lagipula, toh, mereka akan segera berpisah. “Rayu,” panggil Abra. “Kembali saja pada rencana awal Mas … berpisah,” ucap Serayu akhirnya. Namun pelukan Abra justru mengerat, seolah menolak setiap kata yang baru saja diucapkannya. Pagi harinya, ketika Serayu membuka mata, Abra sudah tidak ada di sisinya. Hangatnya malam tadi terasa seperti mimpi. Ada setitik kecewa yang sempat menelusup di hatinya karena Abra tidak ada saat ia membuka mata, tapi cepat ia tepis. Pandangan Serayu jatuh pada meja makan kecil di dapur mungilnya. Di atasnya tersaji sarapan, wadah berisi obat, dan segelas air yang sudah disiapkan. Di sampingnya, selembar kertas kecil bertuliskan ucapan selamat pagi. Abra pamit untuk bekerja. Lelaki itu menulis pesan agar Serayu menghabiskan sarapannya dan kembali beristirahat. Membaca itu, Serayu memeriksa dirinya sendiri—tubu

  • (Bukan) Istri Kontrak Dokter Arogan   54. Tidak Akan Pergi

    Abra tidak menyukai sikap Serayu yang tiba-tiba pergi hanya karena menerima telepon—entah dari siapa. Dirinya saja berulang kali mencoba menghubungi sejak kemarin, tapi tak digubris.Begitu ia mendekat, suara Sedanu terdengar. Seketika rahang Abra menegang. Tanpa berpikir panjang, Abra memeluk Serayu dari belakang. Niatnya hanya ingin menghentikan percakapan itu, tapi seketika ia terpaku. Aroma tubuh Serayu yang lembut, yang kemarin hanya ia hirup dari yang tersisa samar di kamarnya, kini ia mencium aroma tubuh itu dengan rakus.Serayu buru-buru menenangkan keresahan Sedanu, mengatakan kalau kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia baru saja akan menutup percakapan, tapi belum sempat, Abra tiba-tiba mengambil alih ponselnya dan memutus sambungan itu–membaca nama yang tertera di layar—memastikan.“Sejak kapan kamu memanggil residen itu ‘Mas’?” suaranya datar, tapi tajam.“Memangnya penting, ya?” sahut Serayu kesal, merebut kembali ponselnya dari tangan Abra.“Panggil saja di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status