Share

Bab 4. Kejutan Buat Ibu Mertua

“Lho, kok, dia manggil ‘Ma’? Eh, Bik! Panggil dengan sebutan NYONYA! Kok pinter-pinteran manggil Ma! Gini, nih, kalau orang kampung baru masuk kota,” celetuk Tatiana ikut kaget.

“Sabar, Sayang! Namanya juga masih adaptasi!” Rahayu menenangkan sang menantu sombong, sembari kembali mencekal dan menekan lengan Rinay dengan kencang.

“Hem, ya, udah, lah, Ma! Ajarin  dia etika seorang pembantu, jangan asal kepada majikan! Tian duluan, ya, mau istirahat di kamar.” Tatiana mendahului masuk. “Jangan lupa, suruh dia ke kamar kami, sikat lantai kamar mandi sampai bersih!” titahnya mengingatkan sekali lagi.

“Iya, Sayang!” sahut Rahayu  bernafas lega.  “Eh, Rinaaaay …, kenapa kamu datang? Sama siapa kamu ke sini? Kok tahu kamu alamat  rumah ini? Dapat alamat dari siapa kamu, ha?” cecarnya kemudian, sambil mengguncang-guncang lengan Rinay dengan kasar.

“Sakit, Ma!” Rinay meringis dan berusaha melepas lagi cekalan di lengannya. Wajahnya memucat. Rasa kaget dan perlakuan Rahayu padanya membuatnya kehilangan semangat. Lututnya terasa lemas. Tenaganya menghilang seketika.

“Kamu juga, Aman! Kenapa kamu mengizinkan orang asing masuk ke dalam! Untung saja Tatiana tidak curiga!” sungut Rahyu mendelik kepada  sang security.

“Maaf, Nyonya, Kakak ini mengaku kalau dia adalah  istri Pak Bagas, meskipun saya tidak percaya. Tapi tiba-tiba dia menerobos masuk. begitu saja” Aman membela diri.

“Lain kali ini tidak boleh terulang! Mau kamu dipecat?”

“Maaf, Nyonya. Lain kali saya akan lebih hati-hati. Tapi, kasihan kakak ini, Nyonya. Dia sepertinya kelelahan. Wajahnya pucat sekali. Bagaimana kalau disuruh masuk dulu, atau saya ambilkan minum untuknya, ya, Nyonya?”  usul Aman merasa iba dengan kondisi Rinay yang kian melemah.

“Tidak perlu, panggilkan saja becak yang melintas di depan! Suruh dia mengantar  perempuan ini kembali ke terminal! Dia harus balik ke kampung sekarang juga!” perintah Rahayu semakin mengagetkan Rinay.

“Tidak, Ma! Saya jauh-jauh datang dari kampung ke sini buat bertemu Mas Bagas, juga Mama dan Papa. Saya sengaja datang diam-diam tanpa ngomong dulu sama Mas Bagas. Saya mau ngasih kejutan, Ma!” tutur Rinay  memohon.

“Kejutan? Ok, saya benar-benar terkejut.  Saya sangat terkejut dengan kedatangan kamu. Bahkan hampir saja saya kena serangan jantung sangkin terkejutnya.  Cukup, ya, sekarang kamu pulang saja! Oh, iya, jangan khawatir dengan ongkos Bus dan uang saku, saya akan ngasih sangu buatmu! Kau juga harus beli oleh-oleh buat orang tuamu, kan? Sebentar, ini … ini ambil!” Rahayu mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu dari dalam saku gaunnya. Uang itu dia genggamkan di tangan sang menantu.

“Tidak, Ma! Saya tidak mau pulang! Mama harus dengar  penjelasan saya. Ada berita bagus yang ingin saya kasih tahu sama Mas Bagas, juga mama dan papa!” Rinay menepis pemberian Rahayu.

“Berita bagus? Berita bagus apa?” Tak ayal Rahayu penasaran juga dengan kalimat Rinay.

“Saya akan memberi tahu kalau Mas Bagas ada. Saya akan tunggu dia pulang kerja. Tapi, saya harus tahu siapa perempuan yang bernama Tatiana tadi, Ma! Kenapa Mama mengancam saya enggak boleh bicara apa-apa dengannya?”

“Dia bukan siapa-siapa. Enggak penting kamu tahu tentang dia! Eeem, begini saja! Kita ke luar ayo! Jangan di sini. Kita bicara di luar!” Rahayu lalu menarik lengan Rinay lagi, kali ini  keluar gerbang. “Bawa tas dia!” perintahnya kepada Aman.

“Saya nunggu Mas Bagas di kamarnya saja, Ma! Saya capek, saya merasa lemas banget. Saya mau istirahat!” pinta Rinay, langkahnya terseret mengikuti Rahayu yang menariknya secara paksa.

“Kita bicara di sini! Tutup gerbangnya, Man! Jangan sampai Tatiana tahu kalau kami di sini!” teriaknya kepada Aman.

“Baik, Nyonya. Tapi, itu, kakak itu semakin pucat saja, kasihan. Saya belikan dia air mineral di warung seberang itu, ya, Nyonya?” usulnya semakin prihatin melihat kondisi Rinay.

“Ya, sudah. Belikan sana!”

Aman bergegas menyeberang jalan sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Sengaja dia mencari kesempatan agar bisa  menelepon Bagas. 

“Sekarang, bilang, berita bagus apa yang ingin kau sampaikan, cepat!” Rahayu mengalihkan tatapan kepada Rinay.

“Nanti saja kalau suami saya sudah pulang, saya mau  istirahat, Ma! Saya mual. Saya mau muntah, ouuugh …!” Rinay menangkup mulutnya.

“Kamu? Sebenarnya kamu kenapa? Berita baik apa  yang ingin kau sampaikan sebenarnya? Jangan bilang kalau kamu ham ….”

“Ooooeg …. Oooouek …!” Rinay beringsut ke dekat selokan, mengeluarkan seluruh isi perutnya di sana.

“Kamu hamil?" teriak Rahayu dengan kedua mata membulat sempurna.

Rinay belum bisa berbicara, mual dan pusing kian mendera.

“Astaga, Rinay? Kamu ini muntah-muntah kenapa? Kamu tidak hamil, kan? Kamu cuma mabuk karena tadi naik bus dari kampung, kan?” cecar Rahayu lagi.

“Saya … saya mual  mungkin karena saya …, ooouugh …!” sahut Rinay  kembali mengeluarkan lendir dri mulutnya. Jemarinya  berusaha menekan sendiri tengkuknya. Berharap mual  dan pusing yang mendera segera reda. Wajah pucatnya kian mengapas. Peluh sebesar biji jagung bermunculan di kening, leher dan tengkuknya.

“Kamu mual karena apa? Jawab, Rinay! Mual karena apa?”

Rinay  belum menjawab. Dia menunggu  sesaat sampai  merasa sedikit lebih tenang. Wanita itu terduduk di trotoar jalan, lemas, dia tak sanggup lagi menahan bobot tubuhnya.  Isi perutnya sudah habis keluar.

“Beberapa hari ini saya memang sering  tiba-tiba  dilanda mual dan pusing. Tapi  tidak separah kali ini,”  ucapnya kemudian.

“A-apa? Kamu sering dilanda mual dan pusing tiba-tiba? Kamu … kamu udah periksa ke dokter?” Rahayu   gelisah.

“Di kampung saya enggak ada dokter, Ma. Yang ada bidan.”

“Iya, sama saja. Apa kata bidan saat kamu periksa?”

“Saya akan memberitahu kalau Mas Bagas sudah pulang.”

“Astaga, Rinay! Kenapa harus menunggu Bagas! Bilang saja apa kata Bidan!”

“Ini kejutan, Ma! Saya mau Mas Bagas adalah orang pertama yang mendengarnya. Soalnya, dia sudah lama sekali menunggu hal ini.”

“Bagas udah lama menunggu hal ini? Menunggu apa?”

“Saya akan menunggu Mas Bagas dulu.”

“Kamu … kamu, eeeeh! Habis kesabaranku kau buat!” Rahayu mengepalkan kedua tangannya yang gemetar menahan geram.

*****

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status