Raka berbalik, sinar matahari sore menyinari di tubuhnya, tetapi tetap tidak mampu mengusir aura dingin dan jarak yang dia pancarkan.Saat itu, Gavin mengetuk pintu dan masuk. "Pak Raka, waktu rapat sudah tiba."Devina tertegun sejenak, sementara Raka melangkah keluar dari ruang kantornya.Gavin menghampiri Devina. "Bu Devina mau menunggu Pak Raka di ruang istirahat?""Nggak perlu, aku harus pulang sebentar." Devina mengambil tasnya, lalu pergi.Di rumah Keluarga Datau.Mendengar perkataan Devina, Declan berkata dengan tidak rela, "Semuanya salah Brielle! Kalau bukan karena dia ikut campur, mana mungkin aku jatuh sampai seperti ini?"Menyebut Brielle, hati Devina juga dipenuhi amarah. Dia merasa Brielle sengaja menargetkan Keluarga Datau. "Ayah, kali ini dengarkan saja Raka."Begitu mendengar bahwa Raka punya proyek lain untuknya, wajah Declan baru sedikit membaik. Dia menoleh pada putri sulungnya. "Kudengar Raka sudah cerai, apa dia menceraikan istrinya demi kamu?""Sepertinya Ayah be
Brielle juga sudah memperhatikan konferensi itu. Itu adalah sebuah forum diskusi ilmiah yang diikuti banyak lembaga riset dalam negeri. Dia pun mengangguk. "Oke, setelah aku mengatur urusan anakku, kita bisa ikut bersama."....Grup Pramudita.Setelah mendapat kabar bahwa pemasok harus diganti dan kerja sama dengannya diputus, Declan langsung panik bukan main. Dia kini sangat ingin bertemu dengan Raka, agar bisa menegosiasikan ulang proyek itu.Gavin berjalan melewati lobi lift dan melihat Declan yang sedang menunggu di area lounge. Dia berkata dengan sopan, "Pak Declan, Pak Raka sedang sibuk dan nggak bisa menemui Anda. Silakan datang lagi di lain waktu."Hati Declan langsung mencelos. Apa Raka memang berniat membiarkannya jatuh begitu saja?"Aku nggak akan mengganggu lama. Sepuluh menit saja, cukup sepuluh menit." Selama dia bisa bertemu Raka, dia yakin mampu membujuknya untuk membantu melewati krisis ini.Meski wajah Gavin tetap tersenyum, sikapnya tetap tegas. "Pak Declan, Pak Raka
Siang hari.Di sebuah restoran mewah, duduk dua pasang ibu dan putri.Ibu Devina bernama Ivony, usianya baru 50-an. Pesonanya masih terlihat menawan, meski dulunya hanya aktris kelas pinggiran. Saat mengandung, dia memilih menetap di luar negeri dan menjalani hidup susah selama 18 tahun. Namun pada usia 18 sang putri, kehidupan mereka berubah total dalam semalam.Sejak saat itu, dia yang dulunya hanya pekerja cuci piring, tiba-tiba menjelma menjadi ibu dari seorang pianis internasional. Banyak tatapan iri sekaligus kagum menghampirinya.Kini setelah delapan tahun hidup berkecukupan, gaya hidupnya pun berubah. Setiap gerak-geriknya sudah penuh dengan aura nyonya kaya raya.Di meja seberang, ibu Faye yang bernama Flora, mendengus kesal. "Beberapa hari ini wanita jalang itu memang agak tenang, tapi benar-benar membuatku sebal sampai pusing.""Jangan khawatir, soal Declan biar aku yang urus. Kamu cuma perlu menunjukkan wibawamu sebagai Nyonya Datau, biar wanita jalang itu tahu diri." Ivony
Tatapan Raka menyelidik seolah bertanya apakah Brielle sudah memberi tahu putri mereka soal perceraian. Brielle menatapnya beberapa detik. Enam tahun menjadi suami istri, sorot matanya tetap bisa terbaca dengan mudah oleh Raka."Mama sedang sibuk dengan pekerjaannya belakangan ini, biarkan Mama beristirahat ya!" Raka berkata lembut pada Anya."Baiklah!" Meski masih kecil, Anya sudah mulai merasakan kalau belakangan ini Papa dan Mama jarang bersama menemaninya.....Malam itu, Brielle sedang sibuk menulis makalah ketika sekolah putrinya mengirimkan sebuah pemberitahuan. Dia mengambil ponselnya dan membaca sekilas. Sekolah mengumumkan telah mengundang seorang pianis internasional untuk menjadi guru pembimbing piano selama satu semester penuh.Tak lama kemudian, sebuah kabar gembira dikirimkan oleh sekolah. Begitu Brielle membukanya, wajahnya langsung berubah.Ternyata Devina yang ditunjuk sebagai guru penasihat seni sekolah?Beberapa menit kemudian, grup orang tua murid di sekolah pun he
Ekspresi Brielle semakin dingin. "Nggak ada waktu.""Aku ke toilet sebentar, kalian lanjutkan saja bicara." Jared yang memahami situasi, segera mencari alasan untuk menghilang.Raka mengerutkan kening. "Kudengar mantan wakil direktur Grup Seraphine, Frederick, sekarang bekerja di bawahmu."Brielle balik bertanya dengan ekspresi datar, "Lalu kenapa?""Dia cukup kompeten. Orang yang bisa dipercaya." Raka hanya memberi penilaian.Brielle mengerutkan alis. Jadi ini yang ingin dia bicarakan?"Akhir pekan ini, ibuku dan nenekku ingin bertemu Anya. Jumat sore aku akan menjemputnya," timpal Raka lagi.Brielle mengingat pembicaraan Meira lewat telepon sebelumnya. Dia pun mengangguk. "Oke."Raka masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponselnya berdering. Dia melirik sekilas, lalu berkata, "Aku harus pergi dulu."....Brielle berdiri di depan kantor Jared menunggu. Sepuluh menit kemudian, Jared baru kembali. Melihat hanya ada Brielle, dia tersenyum ramah. "Pak Raka sudah pulang?""Ya. Jared, ada
Kasus Brielle di internet akhirnya berbalik arah. Publik kini melihat keteguhan dan kemampuan di balik kelembutannya, sekaligus menyaksikan sikap protektif Raka terhadap mantan istrinya.Hal itu juga membuktikan bahwa pembagian delapan perusahaan adalah hasil kesepakatan bersama keduanya.Kurang dari tiga hari, nama Brielle pun berhasil dibersihkan.....Setelah berdiam diri selama seminggu, Brielle muncul di ruang rapat Hotel Martin, industri terbesar yang kini berada di bawah namanya.Di sisinya, Frederick dan Farel mendampinginya. Brielle duduk di kursi utama direktur eksekutif.Frederick tersenyum sambil melapor, "Bu Brielle, jadwal hari ini adalah penandatanganan kontrak kerja sama dengan satu kafe dan dua restoran luar negeri yang akan bergabung. Siang nanti dijadwalkan sesi mencicipi menu baru dan anggur merah."Manajer Umum hotel ini adalah seorang ekspatriat dari Negara Frensis. Dia sudah mengabdi di hotel itu selama sepuluh tahun, dengan pengelolaan yang teliti dan pencapaian