Share

Bukan Menantu Biasa
Bukan Menantu Biasa
Author: Ayzha

Bab 1. Rewang

Author: Ayzha
last update Last Updated: 2023-11-10 18:49:48

"Ning banyak kerjaan di belakang!"Seru Budhe Siti ketus diiringi dengan tatapan sinis kepada Ibu Mertua.

"I--iya mbak, maaf terlambat," jawab ibu mertua sambil menatapku dengan tatapan tak enak.

Tanganku yang terulur untuk bersaliman dengan budhe mengambang di udara karena Budhe menarik tangan nya dan menatapku dengan tatapan jijik.

Oh jadi ini sebabnya tadi Ibu tidak mau mengajakku rewang di sini.

Ibu langsung menggenggam tanganku erat seakan menyalurkan emosinya dengan meremas kuat tanganku.

"Ayo nduk kita ke belakang." Ibu mertua menarik tanganku lembut sambil mengusap sudut matanya dengan ujung jilbab. sepertinya Ibu menangis.

"Dasar! Kacang lupa kulit!" Masih terdengar umpatan Budhe Siti meskipun kami sudah berlalu ke dapur.

"Ibuk kenapa diam saja di perlakukan seperti itu?" Aku menelisik jawaban dari mata Ibu sambil membantu membuang bekas makanan di piring yang hendak dicuci.

"Begitulah Nduk, Ibu hanya orang miskin. budhe sudah banyak bantuin keluarga kita jadi ibu harus balas budi," jawab Ibu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bantuan semacam apa sih yang budhe Siti berikan? Sehingga mertuaku harus tunduk sama mereka dan di jadikan babu gratis oleh mereka?" Aku menerka-nerka dalam hati.

"Jangan banyak bicara cepat selesaikan pekerjaannya! Masih banyak kerjaan lain yang harus di selesaikan!" Tiba-tiba Budhe sudah muncul di belakang kami dengan tangan bersedekap di dada.

Aku masih menahan emosi yang hendak membuncah keluar. Aku tidak terima Ibu mertua di perlakukan seperti ini. Aku harus menahan diri pasalnya baru 1 minggu Aku di sini dan ini pertama kalinya aku bertemu keluarga besar suami. Jangan sampai meninggalkan kesan tidak baik di awal pertemuan. Tapi kupastikan aku akan membalas perlakuan mereka.

*

*

*

Terlihat keletihan tergambar jelas dari wajah ibu karena tidak berhenti bekerja sedari tadi.

"Buk, istirahat dulu. Ibu udah bekerja dari tadi loh." Aku menarik tangan Ibu agar berhenti bekerja.

"Iyaa nduk bentar lagi selesai. Kamu duduk dulu gih tungguin ibu nanti setelah ini kita pulang," kata ibu yang terlihat keletihan terpancar jelas dari wajahnya.

"Enak aja mau pulang bantuin keluarga kok nanggung kamu Ningsih. Kamu jangan jadi kacang yang lupa kulitnya. Aku sudah banyak bantuin kamu ya, dasar tidak tau diri." Air mata Ibu langsung luruh mendengar cacian Budhe.

"Cukup Budhe! Ibu sudah menguras tenaga sejak tadi, Ibu bukan Robot yang tidak memiliki rasa lelah biarkan ibu istirahat sejenak," jawabku yang sudah mulai emosi.

"Heh! Tahu apa kamu? Asal kamu tau ya, aku sudah banyak bantuin keluarga suami kamu yang miskin ini! Jadi harusnya tau diri dong," jawabnya dengan tatapan sinis.

"Emang bantuan semacam apa sih yang budhe berikan? Sehingga ibu harus mengabdikan dirinya untuk menjadi pembantu gratis buat kalian?"

"Udah nduk." Ibu menarik tanganku dengan wajah ketakutan.

"Ningsih! Ajarin menantumu! Jelaskan padanya hutang budi keluarga kami agar tidak seenaknya bicara," bentak budhe pada Ibu

"Hutang budi? Kalau berupa materi silahkan di totalkan nanti saya akan mengganti semua yang di berikan kepada keluarga ibu." Aku menatap tajam wajah budhe.

"Halah.. miskin aja belagu. sok-sokan mau membayar hutang hahahaha.. jangan mimpi kamu Zaf, dasar miskin!" sindir budhe sambil tertawa meremehkan.

"Biarlah kami miskin harta setidaknya kami tidak miskin etika. silahkan di total aja pasti saya bayar kok, ayo buk kita pulang! Setelah ini jangan pernah meminta ibu untuk bekerja pada kalian." Aku langsung menarik tangan ibu yang masih tampak sesenggukan.

"Hahahah.. dasar miskin! silahkan saja kalau bisa, hutang keluarga suami kamu sebanyak 50 juta. Kere aja banyak tingkah. Oh iya, satu lagi jangan pernah tampakkan wajah miskin kalian di hari pernikahan Alisya-- putriku, karena tidak ada undangan untuk kalian," ketus budhe siti dengan tatapan mengejek.

"Oke! Mana nomor rekening bude." Aku mengeluarkan ponsel dari saku gamisku.

"Nduk---." Ibu hendak berbicara.

"Suttt.. biar Zafirah yang selesaikan. Setelah ini kita pulang," ujarku menenangkan ibu.

Aku langsung mentransfer uang dengan nominal yang budhe Siti sebutkan. Kemudian memperlihatkan bukti transfer di handphoneku pada Budhe Siti.

"Sudah budhe, setelah ini tolong jangan membahas tentang hutang budi lagi. Ayo buk kita pulang," ujarku dengan senyum smirk pada budhe yang masih melongo menatap nominal yang aku transfer.

Aku langsung menarik tangan ibu untuk mengajak pulang. Aku mencoba tersenyum kepada orang-orang yang ikut rewang di rumah budhe. Sebenarnya malu sejak tadi menjadi tontonan banyak orang.

"Halahhh.. paling dari menguras semua tabungan selama bertahun-tahun." Masih terdengar suara budhe dari kejauhan.

*

*

*

"Mau kemana kamu pembantu?" Seorang wanita muda berkata pada ibu. Siapa lagi ini?

"Siapa dia buk?" bisikku pada ibu.

"Anak budhe siti Nduk, Mbak Aira," jawab Ibu lirih.

"Kenapa? Kaget? Kerjaan belum selesai kok udah mau kabur aja, mau kemana pembantu." Tidak punya etika memang perempuan yang satu ini, persis ibunya.

"Ya mau pulang lah," jawabku sekenannya.

"Enak aja main pulang-pulang aja, kerjaan belum kelar kok mau pulang,"

Males aku meladeni makhluk kayak gini lagi, aku langsung menggenggam tangan Ibu untuk mengajak pulang.

"Ayo pulang buk." Aku mengabaikan mbak Aira.

"Heyyy Pembantu.. ingat ya, kamu masih punya hutang!" Masih terdengar teriakan kesal dari nenek lampir.

"Buk Zafira, kok ada di sini?" Seketika Aku berbalik dan menatap lelaki yang mengetahui namaku dengan kening berkerut.

"Kamu siapa?" tanyaku keheranan karena ada yang mengenalku di desa ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Imran Rani
kok hilang...
goodnovel comment avatar
Yornes Xie
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Elisabeth Silaen
sangat banguss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 54

    Wanita cantik itu tersenyum menatap lelaki yang tengah asyik dengan spatula dan wajan itu. Ya, Zafira sedang ngidam pengen makan nasi goreng buatan Adnan. Lelaki yang sejak kecil sudah terbiasa mandiri itu tampak cekatan di depan peralatan masak. Sesekali menyeka peluh di dahinya. Zafira yang memperhatikan dari ambang pintu dapur menyunggingkan senyuman manis. “Sepertinya enak sekali, sudah tercium dari aromanya, sangat menggugah selera. Nak, kita makan masakan ayah ya,” ucap Zafira seraya tersenyum dan mengelus-elus perutnya yang masih tampak rata. Adnan tersenyum menatap wajah istrinya. Lelaki itu kemudian mengecup singkat pucuk kepala wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. “Anak ayah harus makan yang banyak ya, biar bundanya nggak lemes.” Adnan berucap sambil tersenyum dengan wajah bahagia. Lelaki itu masih tidak menyangka bisa mempersuntig gadis secantik Zafira. Andai ini hanya mimpi biarkan ia tidur lebih lama lagi. “ Awas, gosong masakannya, Mas!” ucapan

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 53

    Sepasang mata menatap dengan penuh kebencian dari ambang pintu. Setelah mengambil dan mengeluarkan nafas perlahan, wanita itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar yang tengah dipenuhi kebahagiaan itu. “Maaf mengganggu, tadi Bik Sum buatkan bubur untuk Zafira. Mau mengantar kesini takutnya mengganggu. Kebetulan ada berkas yang harus Zafira tanda tangani, jadi Bik Sum sekalian minta Saya bawakan buburnya,” ucap Aira yang masih berdiri disamping Buk Ningsih. “Terima kasih Mbak Aira,” ucap Zafira sambil tersenyum. “Mana berkas yang harus di tanda tangani?” tanya Zafira dengan wajah penuh senyum kebahagiaan. “Ini bubur nggak dicampur apa-apa kan?” ucap Amira dengan wajah penuh selidik. Bu Ningsih langsung menyenggol tangan Amira dengan lengannya. “Nggak boleh begitu Nduk,” bisik Bu Ningsih tepat disamping telinga putri bungsunya. Belajar dari pengalaman, Amira kini sangat over protektif terhadap kakak iparnya. “Maafkan Adikmu Nduk Aira,” ucap ningsih kepada Aira. “Nggak apa-ap

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 52

    "Jadi—." Zafira menjeda ucapannya. Menantu Ningsih itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Taraa—!" "A… apa ini Nduk?" Tanya Bu Ningsih terbata melihat testpack yang di perlihatkan Zafira. "Ini testpack namanya Buk, jadi kalau garis dua berarti positif hamil, dan kalau garis satu berarti negatif, atau nggak hamil," jelas Zafira sambil memperlihatkan testpack kepada mertuanya. "Oh, begitu," sahut bu Ningsih manggut-manggut tanda paham. "Jadi ini garis dua, tandanya Nduk Ha–mil? Ya Allah." Ningsih membekap mulutnya sendiri karena kaget. Zafira hanya mengangguk, lalu menatap Ibu mertuanya dengan tatapan nanar karena haru. "Iya, Buk. Alhamdulillah Zafira hamil, dan sudah Fira periksa ke dokter juga," sahut Zafira dengan mata berkaca-kaca namun binar bahagia terpancar jelas dari sana. "Masya Allah, Alhamdulillah, terima kasih Robb, doa-doa hamba sudah di kabulkan," ucap Ningsih lalu kemudian sujud syukur dari tempatnya berdiri. Setelah berdiri, wanita paruh baya it

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 51

    Zafirah memandang wajah lelaki dihadapannya yang tampak pucat. Lelaki yang ngamuk-ngamuk ketika masuk itu tampak mati kutu. "Hallo, Pak Gunawan," tegur Zafira sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah lelaki herpenampikan necis itu. "Anda masih mengenal saya bukan?" imbuh Zafira dengan senyum mengejek."Ma–masih," sahut lelaki itu terbata-bata. "Pa, itu orang yang sudah mwnampar Lexa tadi! Papa kok diem aja sih anaknya di perlakukan seperti ini?!" Alexa menegur Papanya yang tampak gugup. Zafira tersenyum sinis ke arah Alexa kemudian beralih menatap Pak Gunawan yang tampak salah tingkah. "Tentu Saja Anda masih mengenal saya dan tidak melupakan Saya. Lha wong tiap hari minggu menghubungi Saya melaporkan kekurangan dana ini itu di universitas ini. Rupanya uang sarana prasarana Anda akui sebagai Donasi dari Anda Pak Gunawan yang dermawan?" Zafira tersenyum sinis dengan tatapan tajam kearah Lelaki itu. "Saya minta catatan-catatan keuangan yang masuk dari donatur-donatur? Ma

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 50

    Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter

  • Bukan Menantu Biasa   Bab 49

    Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status