Share

part. 4

Happy Reading...

Di tempat lain, di sebuah perusahaan pembutan sepatu.

"Sat!" Panggil Heru salah satu teman se-department ku.

Aku yang saat itu sedang mencatat barang keluar dan masuk ke dalam list pun menoleh sebentar.

"He, lu tau gak besok Direktur yang baru akan datang buat sidak" Ucap Heru menggebu.

Aku tak menanggapi serius ucapan Heru. jika memang akan di adakan sidak, lalu kenapa Heru sampai tahu. itu artinya sudah ada pemberitahuan dari kantor pusat agar kami bisa bersiap-siap saat Direktur memeriksa sistem kerja kami.

"Lu dengar gue kan?" Heru menyenggol bahuku hingga pulpen yang sedang ku gunakan untuk menulis terjatuh.

"Sorry!" cengirnya sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Segitu takutnya sama Direktur. pikirku.

"Fan!" panggilku pada lelaki yang sedang mendorong Hand truck trolley yang bernama Taufan.

"Tolong kamu kirim 30 liter Latex, 3 drum kotak lem 201 dan 1 liter Tiner A ke department stiching sekarang." titahku sambil memberikan cash bon dan surat jalan padanya.

"Baik mas."

"Ke Assembling sekalian. ini notanya. minta barang sama salinan ke Dito dan bawa kesini." Titahku lagi.

Lalu Tofan pun mengerjakan apa yang ku perintahkan. dan aku hendak menimpali ucapan Heru tentang Direktur yang hendak berkunjung itu. namun aku urungkan karena melihat Tofan yang berlari menghampiriku.

"Apa lagi, kenapa kembali?" Ucapku garang. bagaimanapun aku harus profesional pada anak buahku meski kami tinggal bersama dalam satu kos-kosan.

"Itu mas Kepala Line 2 yang mukanya tidak terlalu cantik namun sangat cerewet na'udzubillah memintaku mengambil spunbon, katanya buat syok karena harus lembur." ucapnya tergopo.

Bisa aku maklumi karena memang Kepala Line yang di maksud adalah manusia tercerewet di departementnya. dan aku semakin ingin tertawa karena ia juga mengatakan wajahnya yang tidak terlalu cantik. tapi aku harus tetap menjaga wibawa ku saat bekerja.

"Ambil saja, dan bilang padanya jangan terlalu boros karena mereka udah over Minggu ini" Aku harus ekstra menjaga setiap detail barang yang keluar dari gudang ini. jika tidak, sudah pasti aku yang terkena damprat jika kebutuhan tidak sesuai dengan hasil yang di capai.

Sebenarnya pekerjaanku lebih pada capek hati dan fikiran. jika aku terlalu pelit maka mereka akan menCapku sebagai babu pabrik sejati. antek perusahaan atau apalah.

Namun jika aku membebaskan mereka tanpa pengawasan, mereka tidak akan bertanggung jawab. dan sisa perlengkapan produksi yang mereka pakai akan berakhir di tempat sampah.

Dan sumpah demi ayam jago yang berkokok di pagi hari, kami semua personel gudang akan menanggung akibatnya. Dan yang lebih parah mereka akan marah besar jika sampai stok gudang menipis namun pengiriman barang masih jauh hari.

Apa kalian percaya jika aku bilang, bahwa harga yang harus di keluarkan untuk stok kerusakan jarum di departmen Stiching selama seminggu bisa untuk membeli satu unit motor baru. dan kalian bisa menghitung berapa perbulannya. Dan itu cukup menyusahkan kami jika gudang harus tekor, maka gaji kami akan di potong. meski itu belum pernah terjadi. anggaplah itu hanya ancaman dari perusahaan agar kami bisa lebih disiplin saat bekerja.

"Emang lu tau jam berapa mereka sampai disini?" tanyaku pada Heru mengenai inspeksi mendadak yang akan di lakukan Direktur besok.

"Bukan sidak namanya jika mereka kasih woro-woro Romeo!" bentaknya membuatku tertawa.

Bayangkan dia memanggilku Romeo, sedang dia tahu bahwa aku jomblo akut yang gak pernah laku di pasaran.membuatku ingin mengumpat.

"Lah elu tau dari siapa kabar sidak itu Armando?" balasku kesal.

"Dari grub anak admin." cengirnya tanpa merasa bersalah karena memberi kabar burung pada kami.

Tak tahukah dia jika Departmen gudang adalah sasaran empuk bagi para petinggi perusahaan. membayangkan kami terkena sidak karena gudang berantakan membuatku bergidik. apalagi mengingat Direktur sebelumnya yang sangat tegas. namun entah dengan penggantinya.

Kudengar dering telpon di atas meja. sudah dapat di pastikan itu dari pos depan. jika seperti itu pastilah akan ada tamu yang datang. dan kami harus bersiap.

"Gak perlu nunggu sampai besok karena mereka udah ada di basement kantor." ucapku pada Heru. seolah mengerti wajahnya langsung memerah.

"Serius lu?"Aku mengangguk meninggalkannya.

"Satria! tolongin gue!" pintanya yang tak ku hiraukan.

Melihatnya kalang kabut sendiri untuk membereskan pekerjaannya yang berantakan membuatku ingin tertawa dan kasihan di saat bersamaan.

Dia memang sedikit cuek terhadap kerapian. berbeda denganku yang sangat menjaga kebersihan dan kerapian. aku akan sangat malas jika pekerjaan terlalu menumpuk. lebih baik mendisiplinkan diri dari pada menunda-nunda pekerjaan yang akhirnya membuatku susah sendiri.

Waktu sudah menunjukkan hampir makan siang saat mobil mewah itu terparkir di basement kantor tepat berseberangan dengan pintu gudang. pintu besar yang di buat dari besi agar Kokok dan tak mudah diterobos maling yang di poles warna biru laut. konon waran biru laut melambangkan kesuksesan. di padu warna

merah yang melambangkan semangat.

Ku lihat sosok cantik keluar dari sedan hitam mengkilap hingga nampak seperti kaca. bisa kubayangkan berapa nominal harga mobil itu. ah, aku juga ingin yang seperti itu namun sayang itu tak akan terbeli. bismillah sajalah.

Jangan mimpi satria! suara itu menggema di telingaku. tapi batinku lah yang meneriakkannya.

Wanita dengan celana hitam dan kemeja putih terbungkus cardigan itu nampak berjalan tegap masuk ke dalam kantor, hells hitam yang menopang kaki jenjangnya melangkah tanpa ragu tanpa takut terjatuh itu semakin membuat aura kepemimpinannya terpancar.

Langkah tegasnya dengan dagu terangkat semakin menunjukkan betapa angkuh dan arogannya sang Direktur baru.

"Mereka sudah datang Sat?" tanya Heru yang sudah membereskan mejanya. aku mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku.

"Cantik dan berkelas." gumamku. namun ku yakin Heru dapat mengengarnya.

"Udah, gaet Sono! masak bule gak laku-laku." Olok Heru padaku.

Memang menurut teman-temanku aku berwajah bule. dan itu juga yang membuatku bingung. bagaimana mungkin aku yang dari kampung ini mirip bule. entah dulu emak ngidam apa. sedang yang ku tahu emak bapak ku juga asli Jawa.

"Do'a in ya Her!" timpalku menanggapi candaannya.

"Siaap! neng Hana buat aku ya?" Hana adalah gadis manis tetanggaku di kampung. kami berteman sejak kecil. dia adalah muslimah yang taat. dan berprofesi sebagai guru TK.

Aku menatap Heru tajam. pura-,pura marah. aku tau dia menyukai Hana sejak dia ikut pulang ke kampung bersamaku.

"Elah, maruk amat bang!"

Aku memandang Heru datar tanpa membalas komentarnya. dan tanpa kusadari bahwa Direktur baru itu melintasi pintu gudang dan melewatiku. dan berdiri membelakangi ku tanpa melepas kaca mata hitamnya sambil mengedarkan pandangannya ke seantero gedung.

Cantik, sayangnya sombong. batinku.

Hawa panas yang terbawa angin dari luar membuat pelipisnya mengeluarkan cairan bening. segera kunyalakan kipas angin besar. dan ku turunkan tuas untuk menghidupkan penyedot panas dari dalam ruang agar udara sedikit sejuk.

Besarnya angin yang di hasilkan oleh perputaran kipas menerbangkan surai-Surai nya. membuatnya semakin mempesona.

Aku seperti melihat adegan film Bollywood secara live saat ini. jari lentiknya melepas dan menaikkan kacamata hitamnya ke atas kepala untuk menyugar rambutnya. dan seperti adegan slowmotion dia berbalik menghadapku, tepat di depanku tanpa penghalang berdiri dengan jarak beberapa meter.

Aku melihatnya intens. kami saling mengunci pandangan. bahkan dia tak tersenyum sedikitpun. hanya keangkuhan yang terpancar dari wajah cantiknya.

Mataku membulat sempurna saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku.

"Dia!!!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status