Share

Part. 6

Happy Reading...

Dan satu nama yang menarik perhatianku, yaitu seorang staff gudang dengan low profile nya.

Terbukti dari kepekaannya membaca kondisi. dia bisa langsung mengerti jika aku sedang tersiksa karena panas waktu itu. aku suka sikap manisnya. dan wajahnya lumayan. mampu membuatku tak bisa berpaling saat itu. aku terpesona.

***

Ah ternyata dia juga disini, lumayanlah untuk menghalau sedikit kemalasanku. perutku sudah terlalu lapar jika aku harus pergi jauh meninggalkan pabrik hanya untuk makan siang.

Diam-diam ku amati wajah itu. wajah teduh yang baru pertama kali kulihat. sama sekali tak membuat jenuh. sangat terpancar aura kecerdasan di sana.

Jika saja ia adalah seorang CEO seperti mantan suamiku, mungkin aku akan langsung jatuh cinta padanya. apa yang aku pikirkan ini.

Tidak Aurel, kegilaan mu tidak boleh di teruskan. hentikan sekarang atau kau akan menyesal.

"Siang Honey." Aku terlonjak kaget dan hampir tersedak mendengar suara itu. suara orang yang sangat aku cintai.

"Kak Edwin, kau disini?" tanyaku pada sosok pria yang menjadi pelabuhan hatiku.

Tiba-tiba saja dia berada disini, mungkin dia terlalu merindukanku. ah, sebetulnya aku juga merindukannya. seperti ABG yang baru pertama kali jatuh cinta.

Ya, setelah malam pertemuan kami di pesta itu, kami lebih sering bertemu. hanya untuk sekedar makan bersama atau hanya untuk nongkrong saja.

Hingga pada akhirnya kami sama-sama saling membuka diri kembali. menceritakan segala kegiatan kami selama kami berpisah setelah perceraian itu.

Tak dapat aku pungkiri jika memang aku masih sangat mencintainya. dan malam itu kami menyadari bahwa kami terlalu terburu-buru memutuskan perceraian. meski sebenarnya aku yang paling bersalah karena tak mengerti keadaannya.

Hanya karena menuruti nafsu aku mengesampingkan kisah kami. ah aku menyesalinya.

"Aku tau kau akan di sini sampai beberapa hari ke depan, aku tak sabar menunggumu pulang untuk mengatakan ini." Dia berhenti berucap. membuatku menebak-nebak.

"Apa?" tanyaku semakin gusar.

"Besok aku akan pergi ke Cina. dan sesuai dengan yang ku janjikan bahwa aku akan menjadi orang seperti yang kau inginkan." Ucapnya tersenyum.

Aku tersenyum sumringah. jika tak ingat sedang berada di kantin perusahaan, pasti aku akan langsung memeluknya.

"Baiklah, pergilah dan segera kembali."

"Dan aku ingin kau segera melaksanakan syarat agar kita bisa segera kembali bersama." pintanya.

Kami segera melangkah meninggalkan Kantin yang mulai sepi karena sudah waktunya kembali bekerja.

Ku lirik pria berwajah bule itu, wajahnya masih datar. sama sekali tak melirik sedikitpun pada ku. apakah aku kurang cantik sehingga sama sekali tak menarik perhatiannya. padahal yang ku tahu semua orang menatap kagum padaku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki ku di tempat ini.

Aku mengantarkan kak Edwin sampai ke pintu mobil. dan memandang kepergian hingga mobilnya menghilang di balik gerbang besar perusahaan. lantas aku kembali ke tempatku. sebuah ruang yang akan aku tempati untuk beberapa tahun ke depan. atau mungkin sampai aku tak mampu lagi mengemban tugas sebagai seorang Direktur.

Lalu aku kembali berkutat dengan tugas harian ku. bercengkerama dengan dokumen-dokumen yang tak pernah lelah untuk mengangguku.

Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. menit telah berlalu hingga jam berdentang memaksaku untuk bangkit dan pergi meninggalkan ruang kerjaku.

Aku pergi meninggalkan perusahaan dengan mengendarai mobil yang ku supiri sendiri.

Sama sekali aku tak mengenal jalanan ini, sesekali aku mengedarkan pandangan. jujur aku takut tak mengenali jalan yang tadi pagi aku lewati.

Ku lihat di sana ada gerobak nasi goreng, aku mulai lapar karena memang sudah malam dan menunjukkan waktuku untuk makan malam.

Dan pandanganku jatuh pada sosok yang sedang bertengger di atas motor sport berwarna merah menyala. dialah si staff gudang itu.

Lalu aku turun dari mobil dan menghampiri tukang nasi goreng tersebut.

"Nasi goreng satu porsi pak pakai telor dan sayur yang banyak." Pesanku lalu aku kembali masuk ke dalam mobil sambil bersandar mendengarkan lagu kesukaanku. dan sesekali aku mencuri pandang ke arahnya. dan sepertinya ia tak menyadari keberadaan ku. ah kenapa tiba-tiba saja aku merasakan seperti ini. Wajahnya mengkontaminasi otakku.

Pesanan nasi goreng ku telah di buat, dan seorang gadis muda yang sepertinya putri tukang nasi goreng itu mengantarkannya padaku.

"Ini pesanan anda nona." ucapnya setelah aku membuka kaca mobil yang di ketuknya dan ia menyebutkan nominalnya. lalu ku ulurkan dua lembar uang berwarna merah.

"Tunggu nona, aku ambil kembaliannya dulu." ucap gadis itu.

"Tidak perlu dek, itu untuk membayar nasi goreng tiga pemuda itu." tunjuk ku pada tiga pemuda yang sedang mengobrol itu. "Dan sisanya buat adek."

"Ah iya mbak, terima kasih." ucapnya sambil tersenyum.

Lalu aku melakukan mobil melewati tiga pemuda itu. dan saat ku lihat dari spion, sepertinya si pemuda berwajah bule itu mengikuti mobilku dengan pandangannya. mungkin ia mengenali mobil ini. dan entah mengapa aku senang.

Dan saat aku tiba di rumah, aku mendapati mama dan papa masih terjaga.

"Ma.. pa.."

"Kenapa kau baru pulang Aurel?" tanya mama padaku.

"Ada banyak yang harus aku pelajari dan aku sampai tidak sadar waktu. hingga malam begini aku baru pulang." Aku terkekeh sambil nyengir.

"Apa kau menyukai tempat barumu?" tanya papa yang duduk di hadapanku bersebelahan dengan mama.

"Sepertinya begitu. semua bagian terkoordinir dengan baik." ucapku sambil memijit belakang leherku. aku sedikit kecapek an mungkin.

"Apa kau sudah makan? biar mama siapkan." tawar mama.

"Gak usah ma, ini tadi Aurel beli nasi goreng tapi cuma satu. aku pikir mama sama papa belum balik." sambil mengangkat plastik warna putih yang kupegang.

"Tidak pa pa sayang, Mama Sama papa sudah makan tadi. sini biar mama siapkan. kamu pergilah membersihkan diri." aku mengangguk.

Segera ku langkahkan kaki menuju kamar dan segera ku bersihkan diri. dan sepertinya aku ingin berendam sebentar dalam air hangat agar otot-otot ku sedikit rileks.

Dan setelah itu aku segera turun dan memakan makan malam ku. di temani mama dan papa. dan sepertinya ada yang ingin mereka bicarakan.

"Aurel, apa kau sudah menemukan pria yang akan bersedia menikahi mu untuk beberapa waktu?" Tanya papa padaku.

"Menikahi? untuk apa? bukankah aku akan kembali rujuk bersama kak Edwin?" tanyaku bingung.

"Salah satu dari kalian harus menikah dan bercerai. itu salah satu syarat agar kamu bisa rujuk dengan mantan suamimu." mama menjelaskan.

"Apa memang harus seperti itu?" tanyaku lagi. rasanya akan sangat aneh jika aku menikah dengan orang lain sebelum aku rujuk dengan mantan suamiku.

"Itu syarat yang harus kau jalani. jika tidak, kalian tidak boleh bersama. haram hukumnya. dan pernikahanmu dengan orang yang akan menceraikan mu akan menghalalkan mu dengan Edwin." jelas mama lebih terperinci.

"Entahlah, aku tak mengerti tentang semua itu. kalian aturlah." putus ku akhirnya.

"Kalau begitu nikah kontrak saja." tiba-tiba saja otak cerdas ku menemukan ide yang tidak terlalu keren itu.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status