Share

Status baru

Author: Indri hasrun
last update Last Updated: 2025-08-26 23:05:04

Sesuai kesepakatan bersama, pernikahan Ashana dan Gibran dirahasiakan. Gibran tidak ingin membuat berita negatif untuk 2 keluarga jika tau mempelainya tiba-tiba diganti.

Ashana tidak masalah sama sekali karena ke depannya ia masih bebas bermain tanpa harus pusing dengan status istri seorang CEO. Selama Ashana merasa diuntungkan, dia sama sekali tidak keberatan soal persyaratan yang diajukan Gibran.

Hari pertama menjalani kehidupan menjadi seorang istri. Ashana belum melakukan apa-apa karena di rumah Gibran belum ada bahan makanan.

Sekitar jam 6 pagi, Ashana sudah rapi dengan pakaian magangnya. Sementara itu Gibran baru bangun dan sedikit kaget melihat ada perempuan di dalam kamarnya.

"Kenapa ekspresi wajah Bapak seperti itu melihatku? Lupa kalau sudah punya istri?" tanya Ashana kala tengah menyisir rambutnya dan melihat Gibran dari pantulan cermin meja rias.

"Tidak, saya hanya kaget melihat kamu sudah rapi jam segini," elak Gibran.

"Harus dong karena nanti saya telat kalau berangkatnya agak siang dan berakhir di omeli sama Bos saya," sindir Ashana dengan ekspresi wajah mengejek.

"Mau berangkat bareng?" tanya Gibran mengalihkan pembicaraan.

"No! Saya mau naik motor sendiri. Katanya mau menyembunyikan status, malah ngajak berangkat bareng. Gimana si Pak?"

"Terserah kamu kalau begitu," ujar Gibran cuek lalu beranjak dari atas kasur menuju kamar mandi.

"Saya berangkat duluan ya, takut telat dan di omeli sama Bos galak," teriak Ashana dari luar kamar mandi dengan sedikit cekikikan.

Gibran hanya diam sambil geleng-geleng kepala mendengar sindiran istrinya itu. Ia kemudian melanjutkan ritual mandinya karena dia juga akan berangkat ke kantor.

Ashana tiba di kantor sebelum setengah 8, ia langsung bisa berjalan santai memasuki gedung pencakar langit itu karena masih punya banyak waktu.  Saat di lobby ia baru teringat sesuatu, ia langsung memukul pelan jidatnya.

Pak Bos Sedeng :

Pak,maaf saya belum sempat buat sarapan tadi pagi karena belum ada persediaan di dapur.

Setelah mengirim pesan ke suaminya, Ashana lanjut berjalan menuju lantai 14 dimana ia tinggal. Ternyata masih sedikit temannya yang datang sehingga ia langsung duduk santai sambil bermain ponsel.

"Dasar Bos sedeng, di kirimi pesan tapi tidak ada balasan apapun. Minimal bilang Iya kek atau apa gitu," batin Ashana.

"Woi," tegur seseorang sambil merangkul Ashana.

"Tumben kamu baru datang," ucap Ashana.

"Ban motor kang ojek tiba-tiba kempes pas di jalan makanya harus cari ojek lain lagi. Makanya aku sedikit lambat datangnya."

"Kenapa nggak hubungi aku saja si De? Kan aku bisa jemput kamu."

Dea mendekatkan dirinya ke Ashana dan bersiap untuk berbisik,"memangnya kamu tidak berangkat sama suami?"

Ashana langsung menyikut pelan Dea dan meminta dia untuk diam. "Jangan sebut-sebut suami kalau kita lagi di kantor," bisik Ashana.

"Kenapa? Kalian menyembunyikan status kalian?" tanya Dea kaget masih sambil berbisik, bahkan posisi mereka sudah semakin dekat dan sedikit miring sambil bercerita.

"Iya, demi kebaikan bersama. Kita tidak mau keluar berita buruk untuk keluarga kita masing-masing kalau orang lain tau aku sebagai pengganti."

"Ini ide siapa?"

"Berdua."

"Selamat pagi Pak Gibran, selamat pagi Pak Rio," ujar teman magang Ashana yang sudah datang.

Ashana dan Dea sontak berdiri ikut menyapa sang bos yang ternyata sudah datang. Gibran dan Rio melintasi tempat anak magang berada.

"Pak Gibran sangat pekerja keras sekali ya. Kemarin baru habis nikah, sekarang sudah masuk kerja," ujar teman magang Ashana.

"Iya, apa istrinya tidak protes? Masa mereka tidak melakukan bulan madu si."

"Soal istri Pak Gibran, katanya kemarin tidak ada yang melihat bagaimana wajahnya saat proses ijab kabul."

"Masa si? Mereka juga katanya tidak melakukan resepsi. Tidak mungkin dong mereka terkendala biaya."

"Nggak mungkinlah, seorang Gibran cakrawala tidak bisa buat resepsi pernikahan? Pasti ada alasan lain selain soal dana."

"Betul tapi yang jelas pasti istri Pak Bos, cantik, putih, pokoknya bodynya kayak model lah. Nggak mungkin istri Pak Bos seperti kita."

Ashana hanya mengatur emosinya saat teman-temannya terang-terangan sedang menggosipi dirinya dan sang suami. Dea hanya mengelus dada sang sahabat agar bisa sabar.

"Ini resikonya kalian menutupi pernikahan kalian," bisik Dea.

"Sudahlah, biarkan mereka mau berasumsi apapun. Aku mah biasa saja."

"Betul, jangan terpengaruh. Fokus saja menyelesaikan magang ini."

Kedua sahabat itu saling menguatkan menjalani magang ini. Mereka semua pun kembali bekerja karena ada sebuah proyek yang sedang mereka jalankan saat ini.

Sementara itu di ruangannya, Gibran tengah sibuk membaca laporan karyawannya. Rio sedang mengetik pekerjaan di tempatnya.

Hari pertama jadi suami istri tidak membuat mereka berubah. Mereka tetap sama seperti sebelum menikah.

Tak terasa jam makan siang pun tiba, Ashana, Dea dan teman magangnya yang lain berjalan bersama menuju kantin perusahaan. Sudah banyak karyawan yang memenuhi ruangan tersebut.

Kini hanya tersisa 2 tempat kosong. Ashana dan 1 temannya yang lain berlari untuk mengisi tempat itu. Sementara yang lain memesan makan siang mereka.

Setelah menunggu beberapa waktu, pesanan mereka datang. Mereka pun makan siang bersama dengan karyawan lain.

Uhuk-uhuk-uhuk

Dea dengan cepat memberikan air putih ke Ashana karena sahabatnya itu malah tersendak. "Makanya pelan-pelan makannya Ca. Jam istirahat masih lama kok, kamu seperti orang yang belum makan saja," ujar Dea.

"Emang belum makan Deaku sayang,makanya aku sudah kelaparan begini," jawab Ashana.

"Pak Gib, tidak memberikan kamu makanan?" tanya Dea sedikit berbisik karena temannya yang lain duduk di meja sebelah. Hanya Ashana dan Dea duduk bersama di meja ini.

"Bukan tapi di rumahnya belum ada persediaan makanan makanya aku belum sempat sarapan tadi," bisik Ashana balik.

"Oh, kirain dia melupakan tanggung jawabnya. Hmm bagaimana soal tanggung jawab yang itu?" tanya Dea lagi dengan muka menggoda Ashana.

"Tanggung jawab yang mana?" tanya Ashana balik. Mereka makan sambil bisik-bisik.

"Itu loh masalah ranjang."

Ashana kembali tersendak ludahnya kala mendengar ucapan frontal Dea. Ashana langsung melotot ke sahabatnya itu.

"Boleh ikut bergabung?" tanya seseorang dari arah belakang Dea dan Ashana.

Ashana dan Dea langsung balik badan mendengar sumber suara yang tidak asing. Mereka berdua langsung kaget kala melihat Gibran dan Rio tengaj berdiri di belakangnya dengan memegang nampan yang sama dengan mereka.

"Boleh kami ikut bergabung Nona-Nona? Semua tempat sudah kosong dan hanya tersisa 2 kursi di tempat ini," ujar Rio dengan ekspresi wajah penuh harap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Pengantin Pilihan   Model cantik

    "Kenapa Kak Al, tidak ingin pulang? Tidak merindukan Ayah dan Ibu?" tanya Ashana lagi.Aliyah langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan begitu Dek tapi untuk saat ini Kakak belum bisa pulang, pasti suasana hati Ayah dan Ibu masih belum stabil. Tunggu semua mereda, Kakak pasti akan pulang ke rumah.""Tapi mereka sudah sangat merindukan Kak Al.""Iya aku tau tapi beri Kakak waktu ya Dek, biar semua tenang dulu. Kak lagi berjuang sama Dewa, setelah itu Kakak akan bawa Dewa ketemu dengan kalian."Ashana menghela nafas lelah, ia tau kakaknya sangat keras kepala. "Baiklah kalau itu mau Kakak tapi setelah ini jangan kabur lagi ya. Kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Ashana dengan mengancam.Aliyah terkekeh melihat sikap adiknya itu. "Iya beres tapi Kakak minta tolong pertemuan kita hari ini jangan sampai bocor ya," ujar Aliyah memohon.Ashana pun mengangguk setuju dengan permohonan kakaknya. Terpaksa obrolan mereka terputus karena Ashana harus pulang agar tidak dicurigai oleh Gi

  • Bukan Pengantin Pilihan   Menemukannya

    Setelah membuat alasan main dengan Dea setelah pulang magang, akhirnya Ashana terlepas dari cecaran Gibran. Entah suaminya percaya beneran atau pura-pura yang jelas ia bisa segera pergi dari hadapan Gibran saat ini. Ashana pun melakukan bersih-bersih sebelum istirahat. Sekitar jam 10 malam, Ashana pun memutuskan untuk tidur karena takut bangun telat kalau ia begadang.Sampai Ashana mau tidur, Gibran belum menampakan wajahnya lagi. Entah suaminya kemana, Ashana tidak terlalu peduli juga.***Pagi-pagi Ashana sudah siap berangkat untuk magang lagi, saat keluar kamar ia kaget dengan kehadiran seorang ibu-ibu. Ibu itu tengah menyajikan makanan di atas meja."Selamat pagi Nyonya," sapa ibu itu membuat Ashana sedikit kaget."Eh-panggil Ashana saja Bu," ujar Ashana sambil garuk-garuk kepala."Tidak Nyonya, saya adalah pelayan yang Tuan Gibran pilih. Anda adalah istrinya jadi anda adalah majikan saya," jawab Art itu dengan sopan."Baiklah tapi jangan panggil Nyonya juga, terdengar saya sudah

  • Bukan Pengantin Pilihan   Mencari seseorang

    "Ssillahkan Pak," jawab Dea sedikit gugup.Gibran dan Rio tanpa bicara lagi langsung duduk berhadapan dengan Ashana dan Dea. Mereka seakan dua pasangan sejoli yang lagi double date."Tumben Pak Gibran dan Pak Rio makan di kantin ya," bisik beberapa karyawan yang hadir di kantin dan menyaksikan pemandangan langkah ini."Mau pesan apa Bos? Biar saya pesankan," tanya Rio ke Gibran."Saya mau kopi hitam saja.""Makanannya apa?""Tidak usah."Rio hanya menurut saja perintah sang bos dan berangkat untuk memesan makan siang. Sementara itu Ashana pura-pura tidak peduli omongan suaminya dengan sibuk menyuapi dirinya gado-gado.Pak Rio asisten CEO :Pak, tolong belikan Pak Gibran makanan karena sepertinya dia belum pernah makan sampai saat ini sejak semalam. Belikan yang ia sukai walau ia tidak mau.Ashana mengirimkan pesan secara diam-diam ke Rio. Tanpa Ashana sadari, Gibran diam-diam memperhatikan gerak-gerik istrinya."Ca, aku ke toilet bentar ya," ujar Dea."Aku temenin ya," ucap Ashana den

  • Bukan Pengantin Pilihan   Status baru

    Sesuai kesepakatan bersama, pernikahan Ashana dan Gibran dirahasiakan. Gibran tidak ingin membuat berita negatif untuk 2 keluarga jika tau mempelainya tiba-tiba diganti.Ashana tidak masalah sama sekali karena ke depannya ia masih bebas bermain tanpa harus pusing dengan status istri seorang CEO. Selama Ashana merasa diuntungkan, dia sama sekali tidak keberatan soal persyaratan yang diajukan Gibran.Hari pertama menjalani kehidupan menjadi seorang istri. Ashana belum melakukan apa-apa karena di rumah Gibran belum ada bahan makanan.Sekitar jam 6 pagi, Ashana sudah rapi dengan pakaian magangnya. Sementara itu Gibran baru bangun dan sedikit kaget melihat ada perempuan di dalam kamarnya."Kenapa ekspresi wajah Bapak seperti itu melihatku? Lupa kalau sudah punya istri?" tanya Ashana kala tengah menyisir rambutnya dan melihat Gibran dari pantulan cermin meja rias."Tidak, saya hanya kaget melihat kamu sudah rapi jam segini," elak Gibran."Harus dong karena nanti saya telat kalau berangkatny

  • Bukan Pengantin Pilihan   Pasutri baru

    2 keluarga itu baru tau kalau ternyata, Ashana dan Gibran sudah saling kenal. Mereka ternyata bos dan anak magang di kantor setelah mengintrogasi sebentar.Setelah introgasi mendadak selesai, baru akan dilakukan pemasangan cincin nikah. Kedua keluarga inti sudah berada di dalam kamar untuk menyaksikan momen ini.Pengantin baru ini duduk berhadapan diatas tempat tidur. Gibran, sudah menjulurkan tangannya karena Ashana akan menyematkan cincin nikah dijari manisnya.Setelah menyematkan cincin di jari Gibran, Ashana diminta mencium tangan sang suami. Ashana menurut saja dan Gibran hanya diam tanpa ekspresi saat Ashana mencium tangannya."Sekarang giliran kamu Bang, yang menyematkan cincin di jari istrimu," titah bu Ratna, mama Gibran."Maaf Ma, aku tidak bisa," ujar Gibran akhirnya berbicara."Apa maksud kamu bicara begitu?" tanya pak Esa dengan suara sedikit meninggi.Sementara orang tua Ashana saling menggenggam memberi kekuatan satu sama lain karena takut putri bungsunya dipermainkan.

  • Bukan Pengantin Pilihan   Pengantin pengganti

    Subuh-subuh Ashana, sudah bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi, ia bersiap menuju kamar kakaknya untuk melihat persiapan sang kakak.Namun, langkah kakinya terhenti kala melihat orang tuanya, om dan tantenya kini duduk melingkar di ruang keluarga lantai 2. Ashana dengan ceria dan semangat menghampiri mereka."Selamat subuh semuanya," sapa Ashana dengan ceria.Mereka langsung menoleh menatap Ashana yang tampak bahagia itu. Ashana kaget kala melihat wajah murung mereka khususnya sang ayah."Kalian kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Ashana mulai khawatir melihat raut wajah keluarganya."Duduk dulu Cha," titah sang ibu."Ada apa Bu? MUAnya belum datang atau Kak Al belum bangun?" tanya Ashana.Ibunya menggelengkan kepalanya pelan. Ashana mulai semakin bingung sekaligus khawatir."Calon suami Kak Al kabur?" tanya Ashana lagi."Bukan tapi Aliyah lah yang kabur," ujar Effendy, om Ashana sekaligus kakak pak Aris." Apa Om? Kak Al kabur?" tanya Ashana kaget sampai intonasinya meninggi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status