Share

9. Konfrontasi Elara

Author: SayaNi
last update Last Updated: 2025-05-03 23:14:39

Di balik dinding kaca toko, Elara melihat Daris menerima sebuah gelang bertabur permata dari pegawai.

Lalu, dengan senyum yang bahkan tak ia kenal, Daris memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan wanita di sampingnya.

Perlahan. Lembut. Seolah-olah... mereka pasangan yang telah lama saling mencinta.

Tangan Elara gemetar. Pandangannya mulai kabur oleh air mata yang mendesak. Ia ingin berlari masuk, menuntut, mengguncang kenyataan yang ada di depannya—tapi kakinya tak bergerak. Jiwanya menolak.

Dengan sisa keberanian yang hampir habis, Elara memalingkan wajah. Ia berbalik, melangkah dengan lutut goyah meninggalkan pemandangan yang mencabik-cabik hatinya.

Langkahnya kembali menuju lantai taman bermain. Barusan ia merasa beruntung karena mendapat diskon besar. Sekarang? Semua kebahagiaan itu... terasa seperti lelucon yang kejam.

Dari balik pagar, ia melihat Arka masih tertawa, menyelam di lautan bola, tertawa lepas seperti tak ada yang salah di dunia ini.

Elara duduk di kursi tunggu. Tub
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   10. Terusir

    Rahayu melangkah masuk, mendekati Elara. “Jika kau pandai menjaga suami, ini tak akan terjadi.” Ia menunjuk ke dapur. “Cepat sana siapkan sarapan!”Elara memperhatikan Rahayu dalam diamnya. Bahkan napasnya pun terasa berat. Ucapan Rahayu seperti duri yang menyadarkannya. Yang selama ini ia banggakan sebagai bentuk bakti seorang istri... ternyata hanyalah kedunguan.Ia membiarkan dirinya diperlakukan seperti sampah, diam demi status istri, demi gelar menantu.Melihat Elara yang masih duduk diam, Rahayu menggertakkan gigi, emosinya tak terbendung. Ia meraih tangan Elara, menyeretnya dengan kasar dari tempat tidur. Elara meringis. Dengan tenaga yang kuat, Rahayu menariknya hingga ke luar kamar, lalu terus menyeretnya ke luar rumah. “Coba saja pergi!” bentaknya. “Lihat, seberapa lama kau bisa bertahan tanpa kami!”Elara tidak melawan. Tidak juga menangis. Ia hanya berdiri di depan pintu rumah, diam, seperti tubuh tanpa nyawa. Rahayu lekas menutup dan mengunci pintu itu.Di dalam rumah,

    Last Updated : 2025-05-04
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   11. Wanita Bersuami

    Mobil Ryota memasuki halaman sebuah masjid kecil di pinggir kota. Dari dalam mobilnya, matanya langsung menangkap sosok Elara yang duduk diam di teras mesjid. Kepalanya tertunduk sedikit, dan tangan mungilnya terlipat di pangkuan. Seolah dunia di sekelilingnya menghilang, hanya menyisakan dirinya yang tenggelam dalam pikiran yang tak bisa ditebak.Ryota melirik arlojinya. Belum waktunya sholat. Maka dia memilih menunggu di dalam mobil.Ketika azan berkumandang, orang-orang mulai berdatangan ke masjid. Para pria tua dan muda melangkah masuk dengan langkah tenang. Beberapa di antaranya melirik mobil mewah milik Ryota yang terpakir di halaman mesjid.Ryota turun dari mobilnya dan ikut berjalan menuju tempat wudhu, mengikuti para lelaki lainnya. Saat air menyentuh wajahnya, ada sensasi dingin yang terasa menusuk hingga ke dalam pikirannya. Dia bukan pria religius. Mesjid, doa, ibadah, semua itu terasa begitu asing baginya. Namun, entah kenapa, dia tetap melangkah masuk. Ia duduk diam mem

    Last Updated : 2025-05-05
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   12. Ganti Suami

    Ryota tertawa kecil, “Wanita bersuami? Bukankah pria yang Anda sebut suami itu telah mengusir Anda?” tebaknya "Jika bukan, mengapa Anda masih mengenakan pakaian semalam dan duduk di teras masjid?" sindir Ryota kemudian. Elara tertegun, dan menyilangkan tangannya, memeluk bahunya sendiri, lalu buru-buru mengendus bajunya. Apakah pakaiannya mulai berbau? Malu membanjiri dirinya. Pria itu masih mengingat pakaian yang dikenakannya saat mereka bertemu semalam.Elara menggenggam tangannya. Benar. Telah jatuh talak padanya. "Apakah tidak ada pekerjaan lain?" tanyanya pelan, hampir seperti harapan terakhir.Ryota menatapnya tajam. "Tidak ada.""Saya bisa menjadi asisten rumah tangga, atau pengasuh Anya. Mengapa Anda menawarkan pernikahan?" tanya Elara. "Karena Anya memerlukan seorang ibu yang selalu ada bersamanya setiap saat," jawab Ryota jujur apa adanya. Elara mengangguk pelan. “Kalau begitu...Saya bisa menjadi ibu... yang dibayar. Tidak harus menjadi istri Anda, Tuan.”Ryota menyanda

    Last Updated : 2025-05-05
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   1. Kotor

    “Elara! Kenapa lantai ruang makan masih kotor?!” Suara itu memecah pagi seperti sirene. Elara Maheswari tersentak, tangannya yang tengah mengaduk sayur hampir menjatuhkan sendok. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena sudah terlalu sering dibentak seperti itu, dan tetap saja tubuhnya belum kebal. Rahayu berdiri di ambang pintu dapur. Wajah wanita paruh baya itu masam, matanya menyapu ruangan seolah mencari celah kesalahan. “Baru saja Elara pel, Ma,” sahut Elara pelan. “Jangan banyak alasan!” potong Rahayu tajam. “Ini juga, kenapa masaknya lama? Kau mau bikin suamimu dan adik-adiknya telat ke kantor dan kampus, hah?” Elara menunduk. “S-sebentar lagi, Ma…” Tanpa diminta, tangannya langsung bergerak lebih cepat. Menyendok nasi, mengaduk tumisan, memeriksa ayam di penggorengan. Semuanya dilakukan dengan napas yang tersengal. Sejak dini hari ia belum berhenti. Menyapu, mencuci, menyiapkan sarapan. Dan sekarang, dimarahi seolah ia belum melakukan apa-apa.

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   2. Dikira Pembantu

    “Tidak mungkin…” gumam Elara, nyaris tak terdengar. Ia mencondongkan tubuh, mencoba melihat lebih jelas ke arah mobil hitam di seberangnya. Kaca film yang gelap memang menyamarkan. Siapa wanita itu? Kenapa ada di sana? Jantung Elara berdegup kencang. Ia belum bisa mengalihkan pandangannya saat lampu hijau menyala di sisi mobil itu. Mobil Daris perlahan bergerak maju. Elara hanya bisa menatap saat kendaraan itu menjauh. Haruskah ia mengejar? Haruskah ia tahu lebih jauh? Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya bergetar di saku jaket. Getaran itu terasa seperti cengkeraman yang menariknya kembali ke kenyataan. Ia tak perlu melihat layar. Sudah tahu siapa yang menelepon. Ibu mertuanya. “Elara! Ke mana saja?! Belanja kok lama? Jangan-jangan kau malah keluyuran dulu?!” Suara itu menghantam seperti tamparan. Kasar. Langsung. Tanpa jeda. Tanpa peduli. “Elara… udah di jalan, Ma,” jawabnya pelan. Tapi Rahayu tidak berhenti mengomel. Suaranya terus mengalir di telinga

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   3. Hilang

    Elara seketika mematung mendengarnya. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Ia tidak sengaja melirik ke arah ibu mertuanya yang sekarang berwajah masam dan mendelik ke arahnya. “Bukannya dia Elara? Menantu Bu Rahayu?” kata salah satu tamu yang lain. Wanita yang tadi menyapanya itu tampak salah tingkah. “Oh! Maaf ya, aku salah mengira,” katanya. “Aku nggak tahu kalau kamu Elara.” Elara memaksakan seulas senyum tipis. “Nggak apa-apa, Bu.” Untuk sejenak, suasana terasa sangat canggung. “Kamu nggak kerja?” Kemudian, pertanyaan itu meluncur dengan nada ringan, sekadar berbasa-basi. Elara hampir membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ibu Rahayu sudah lebih dulu menimpali. “Elara ini memang di rumah saja. Tanggung jawab Daris yang cari uang sebagai kepala keluarga.” Tamu itu terkekeh. “Wah, iya juga. Apalagi kalau suaminya sukses, buat apa repot-repot kerja?” Obrolan berlanjut dengan canda tawa, sementara Elara hanya bisa diam, menyelesaikan tugasnya sebelum kembali ke

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   4. Pria Misterius yang Menakutkan

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur b

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   5. Pelakor

    Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom. Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya. Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya. Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan. "Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian. Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. "Dia adalah Daris Hamit dari As

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   12. Ganti Suami

    Ryota tertawa kecil, “Wanita bersuami? Bukankah pria yang Anda sebut suami itu telah mengusir Anda?” tebaknya "Jika bukan, mengapa Anda masih mengenakan pakaian semalam dan duduk di teras masjid?" sindir Ryota kemudian. Elara tertegun, dan menyilangkan tangannya, memeluk bahunya sendiri, lalu buru-buru mengendus bajunya. Apakah pakaiannya mulai berbau? Malu membanjiri dirinya. Pria itu masih mengingat pakaian yang dikenakannya saat mereka bertemu semalam.Elara menggenggam tangannya. Benar. Telah jatuh talak padanya. "Apakah tidak ada pekerjaan lain?" tanyanya pelan, hampir seperti harapan terakhir.Ryota menatapnya tajam. "Tidak ada.""Saya bisa menjadi asisten rumah tangga, atau pengasuh Anya. Mengapa Anda menawarkan pernikahan?" tanya Elara. "Karena Anya memerlukan seorang ibu yang selalu ada bersamanya setiap saat," jawab Ryota jujur apa adanya. Elara mengangguk pelan. “Kalau begitu...Saya bisa menjadi ibu... yang dibayar. Tidak harus menjadi istri Anda, Tuan.”Ryota menyanda

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   11. Wanita Bersuami

    Mobil Ryota memasuki halaman sebuah masjid kecil di pinggir kota. Dari dalam mobilnya, matanya langsung menangkap sosok Elara yang duduk diam di teras mesjid. Kepalanya tertunduk sedikit, dan tangan mungilnya terlipat di pangkuan. Seolah dunia di sekelilingnya menghilang, hanya menyisakan dirinya yang tenggelam dalam pikiran yang tak bisa ditebak.Ryota melirik arlojinya. Belum waktunya sholat. Maka dia memilih menunggu di dalam mobil.Ketika azan berkumandang, orang-orang mulai berdatangan ke masjid. Para pria tua dan muda melangkah masuk dengan langkah tenang. Beberapa di antaranya melirik mobil mewah milik Ryota yang terpakir di halaman mesjid.Ryota turun dari mobilnya dan ikut berjalan menuju tempat wudhu, mengikuti para lelaki lainnya. Saat air menyentuh wajahnya, ada sensasi dingin yang terasa menusuk hingga ke dalam pikirannya. Dia bukan pria religius. Mesjid, doa, ibadah, semua itu terasa begitu asing baginya. Namun, entah kenapa, dia tetap melangkah masuk. Ia duduk diam mem

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   10. Terusir

    Rahayu melangkah masuk, mendekati Elara. “Jika kau pandai menjaga suami, ini tak akan terjadi.” Ia menunjuk ke dapur. “Cepat sana siapkan sarapan!”Elara memperhatikan Rahayu dalam diamnya. Bahkan napasnya pun terasa berat. Ucapan Rahayu seperti duri yang menyadarkannya. Yang selama ini ia banggakan sebagai bentuk bakti seorang istri... ternyata hanyalah kedunguan.Ia membiarkan dirinya diperlakukan seperti sampah, diam demi status istri, demi gelar menantu.Melihat Elara yang masih duduk diam, Rahayu menggertakkan gigi, emosinya tak terbendung. Ia meraih tangan Elara, menyeretnya dengan kasar dari tempat tidur. Elara meringis. Dengan tenaga yang kuat, Rahayu menariknya hingga ke luar kamar, lalu terus menyeretnya ke luar rumah. “Coba saja pergi!” bentaknya. “Lihat, seberapa lama kau bisa bertahan tanpa kami!”Elara tidak melawan. Tidak juga menangis. Ia hanya berdiri di depan pintu rumah, diam, seperti tubuh tanpa nyawa. Rahayu lekas menutup dan mengunci pintu itu.Di dalam rumah,

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   9. Konfrontasi Elara

    Di balik dinding kaca toko, Elara melihat Daris menerima sebuah gelang bertabur permata dari pegawai.Lalu, dengan senyum yang bahkan tak ia kenal, Daris memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan wanita di sampingnya.Perlahan. Lembut. Seolah-olah... mereka pasangan yang telah lama saling mencinta.Tangan Elara gemetar. Pandangannya mulai kabur oleh air mata yang mendesak. Ia ingin berlari masuk, menuntut, mengguncang kenyataan yang ada di depannya—tapi kakinya tak bergerak. Jiwanya menolak.Dengan sisa keberanian yang hampir habis, Elara memalingkan wajah. Ia berbalik, melangkah dengan lutut goyah meninggalkan pemandangan yang mencabik-cabik hatinya.Langkahnya kembali menuju lantai taman bermain. Barusan ia merasa beruntung karena mendapat diskon besar. Sekarang? Semua kebahagiaan itu... terasa seperti lelucon yang kejam.Dari balik pagar, ia melihat Arka masih tertawa, menyelam di lautan bola, tertawa lepas seperti tak ada yang salah di dunia ini.Elara duduk di kursi tunggu. Tub

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   8. Penghianatan

    Tiga hari kemudian. Ryota muncul di halaman TK tempat putrinya bersekolah, menjelang pulang. Di antara deretan mobil mewah dan anak-anak berseragam rapi, para ibu muda berpenampilan glamor berbincang santai—dengan tas bermerek, sepatu hak tinggi, dan senyum yang lebih sering dibuat-buat. Namun, suasana itu sedikit berubah saat Ryota melangkah keluar dari mobil hitamnya. Pria itu langsung menyedot perhatian. Beberapa ibu muda menoleh, sebagian melirik dari balik kacamata hitam mereka, saling berbisik pelan di antara rasa penasaran dan kekaguman. Beberapa guru perempuan pun tak bisa menahan pandang, meski kemudian pura-pura sibuk mengatur anak-anak. Tapi Ryota tak memperhatikan siapa pun. Tatapannya tajam, langsung tertuju pada satu sosok yang baru saja memarkirkan motornya. Elara Wanita itu turun dari motornya dengan gerakan cepat dan tenang. Helm masih menutupi kepalanya, tapi Ryota sudah mengenal siluet itu. Langkahnya mantap saat mendekat. Baru saja Elara hendak melep

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   7. Akal Bulus

    Amanda segera bangkit dari sofa dan menghampiri Ryota dengan senyum manis, sementara kedua pengasuh Anya langsung pergi keluar. "Kak Ryo, Anya masih tidak mau tidur. Aku sudah mencoba berbagai cara membujuknya," ucap Amanda dengan suara rendah, seperti desahan halus yang disengaja. Ryota tidak menanggapi. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya. “Sudah malam,” katanya pada Amanda akhirnya “Kau sebaiknya pulang.” Amanda tersenyum menggoda. Matanya tak lepas dari wajah Ryota. Ia menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya menggulung rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih. “Aku bisa menginap,” Gadis itu terlalu sering mencari-cari alasan untuk berlama-lama di rumah Ryota. Meski samar, ia berusaha menggoda—lewat gerak tubuhnya, intonasi suaranya, cara ia menatap dan berbicara. Namun semua itu tak membangkitkan apa pun dalam diri Ryota. Tak sedikit pun. "Kau tak perlu repot lebih jauh," ucap Ryota, nadanya sedikit menu

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   6.KDRT

    Daris pulang ke rumahnya, setelah menghabiskan dua malam bersama Vanessa. Ia langsung melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa dengan asal. Elara, yang masih duduk di lantai menemani Arka membaca ensiklopedia anak, mendongak sesaat. Bau parfum asing samar tercium saat Daris melewati mereka. Tapi Elara tidak bertanya. Seperti biasa, ia memilih diam. Daris membuka kancing atas kemejanya, lalu menoleh ke arah Elara dengan ekspresi datar. “Ambil tas pakaian kotorku di mobil.” Elara meletakkan buku di pangkuannya, bersiap bangkit. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Arka sudah lebih dulu berbicara. “Kenapa Ibu yang ambil?” protes bocah kecil itu dengan wajah cemberut. Elara terkejut. Biasanya Arka tidak pernah berkata seperti itu. Anak itu hanya berusia empat tahun, tapi kini matanya menatap ayahnya dengan ketidaksetujuan. Daris menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam ke arah putranya. “Apa?” desisnya. “Ibu capek...” lanjutnya lirih, tangannya menggenggam ujung bajunya send

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   5. Pelakor

    Pagi harinya, Ryota Kenneth duduk di belakang meja besar berbahan kayu mahal, ruang kerjanya luas dan minimalis, didominasi warna monokrom. Tangannya yang kokoh membolak-balik beberapa dokumen, matanya tajam membaca angka-angka di layar laptopnya. Bagi Ryota Kenneth yang memiliki Ryota Energy Corp., sebuah perusahaan energi terbarukan dan distribusi listrik, efisiensi adalah segalanya. Ketukan di pintu besar yang menghubungkan ruangannya dengan ruang sekretaris sedikit mengusik konsentrasinya. Erol, asistennya, masuk dengan langkah mantap. Di tangannya, sebuah tablet menyala, menampilkan informasi yang telah ia kumpulkan. "Ini informasi yang Anda minta," kata Erol sambil menekan layar, memperbesar foto yang muncul. "Elara Maheswari, istri dari Daris Hamit. Mereka memiliki seorang anak dari pernikahan Daris sebelumnya,” terangnya kemudian. Sebelah alis Ryota terangkat ketika meneliti wajah Daris di layar. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. "Dia adalah Daris Hamit dari As

  • Bukan Pilihan Suami, Tapi Jadi Idaman Presdir   4. Pria Misterius yang Menakutkan

    Elara hanya diam, terlalu terkejut karena tiba-tiba dicecar. “Ibu, kenapa tante itu marah-marah?” tanya Arka ketakutan. Bu Rina mencoba menenangkan, "Bu Amanda, tolong tenang dulu—" "Tidak, Bu Rina! Wanita miskin ini berani-beraninya menyentuh Anya!" Amanda—wali Anya itu—kembali menyerang Elara dengan kasar. "Aku tahu maksudmu! Kau mau menjilat keluarga kaya biar dapat imbalan, kan?" Alih-alih membalas, Elara memilih menenangkan mental putranya dari orang dewasa yang berteriak kepada ibunya. Ia menatap Arka dengan lembut. "Arka, tante itu menjadi seperti itu karena sakit dan tidak mau minum obatnya. Ssst, ayo kita pergi," bisiknya pada Arka. Arka menatapnya dengan tatapan penuh mengerti. Jika dia sakit, maka dia harus minum obat. Kalau tidak, akan menjadi orang dewasa yang gila seperti tantenya Anya. Di sisi lain, meski hanya sekilas, Elara sempat melihat Anya tertawa karena ucapannya barusan. Ketika Elara berbalik untuk pergi, langkahnya mendadak berhenti dan mundur b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status