Share

Part 2 Kesalahan Besar

Ketakutan Arum ketika tatapan mereka bertemu seolah menjawab semuanya. Kini ia bisa menduga jika itu adalah salah satu alasan Arum resign dari Perusahaan Pradipta. Karir gadis itu sudah cemerlang. Bahkan dia menjadi salah satu karyawan favorit dan panutan di perusahaan itu karena kinerjanya yang totalitas. Lantas apa yang membuat Arum harus rela melepaskan pekerjaannya di perusahaan bonafit itu? 

Mengapa Arum terus menggeleng dan melangkah mundur menjauhinya? Berlari pergi bahkan meninggalkan kantong belanjaannya yang terjatuh ketika refleks memeluk perutnya. Dering ponselnya sejak tadi diabaikan Akram. Tidak peduli siapa yang sedang menghubunginya. Saat ini hanya satu nama yang memenuhi pikirannya, Arumi Liliana. 

Akram masih memiliki rasa takut akan dosa dan karma. Tentu saja ia tidak ingin jika hal itu menimpa adik kandungnya Adina dan Aylana adik sepupunya. Dirinya memang seorang pengecut. Tapi ia tidak ingin terus terjebak dalam kubangan dosa dan penyesalan yang akan menggerogoti hidupnya.

Akram tahu jika Arum adalah gadis baik-baik. Meskipun sejak kecil sudah menjadi yatim piatu, gadis itu jelas terdidik. Bisa ia lihat bagaimana kebiasaan Arum menjaga dan membatasi pergaulannya. Bibir kecilnya yang sedikit tipis itu sangat irit bicara, hanya seperlunya. Sekali bicara panjang lebar hanya akan membahas pekerjaan atau mengemukakan pendapatnya jika tidak menyukai sesuatu. 

Satu hal yang pasti tentang Arum. Dia bukan gadis munafik dan bukan pula gadis yang suka tebar pesona. Salah satu di antara banyak karyawan yang menaruh hati pada Arum pernah ia dengar sedang mengungkapkan kekagumannya pada sosok gadis dingin itu. Tegas karena tidak ingin ditindas.

Ucapan Arum memang terdengar pedas di telinganya. Tapi itu juga karena ulahnya yang suka mencoba menggodanya. Akram suka berdebat dengan gadis itu karena harus ia akui jika jawaban Arum seringkali terdengar realistis. Meski begitu sikapnya tetap elegan dan jangan lupakan aura gadis itu. Aura dan pembawaan yang tenang sehingga orang asing yang bertemu dengannya tidak akan meremehkan dirinya.

Mengadu nasib di Kota metropolitan Jakarta. Kemudian pindah ke Makassar atas permintaan atasannya yang dulu, Darwenda Pradipta. Setelah bekerja sebagai sekretaris di Pradipta Foundation, Arum kemudian dipindahkan ke kota ini. Gadis itu fokus menjadi sekretaris dari Fadlan Agustamin, Direktur Utama Pradipta Land Zona Timur (PLZT) yang merupakan teman tantenya Hastuti.

Tapi sejak beberapa bulan ini, Akram memang tidak pernah lagi bertemu dengannya. Sejak kejadian malam itu, Arum selalu saja menolak telponnya. Gadis itu bahkan menghindarinya atau kadang tidak menganggap keberadaannya saat berada di ruangan yang sama. 

Ingin sekali ia meminta maaf pada Arum. Tapi Arum selalu acuh tak acuh padanya. Belum lagi masalahnya dengan sang papa yang terus saja membuatnya kehilangan kesempatan. Bukan sekali, Arum beberapa kali menghindarinya dan menganggap dirinya seperti tembok. Tidak dianggap atau mungkin menjijikan di matanya. siapa juga yang akan bersikap baik pada orang sudah merenggut keperawanannya dengan paksa? Mungkin hanya gadis gila. 

Saat ke kantor PLZT karena urusan pekerjaan. Akram pun menyempatkan diri untuk bertemu Arum. Tapi yang didapatinya adalah seorang sekretaris pria, bukan lagi Arum. Kekecewaan hadir namun coba ia tepis. Tadinya ia pikir, ucapan Arum malam itu benar-benar tidak ada pengaruhnya. Tersentil karena egonya terluka, Akram memilih melupakannya.

Sebuah fakta baru membuat tubuhnya bergeming. Rungunya disapa hening dan kepalanya pening. Gadis yang dicarinya sudah resign dua bulan yang lalu dengan alasan sedang sakit dan ingin berobat. Saat itu ketika ingin memasuki lift, Akram bertemu dengan Pak Fadlan. Rasa penasaran akan Arum mendesak batinnya yang resah. 

Akram mulai berbasa-basi mengatakan cukup terkejut mengetahui jika salah satu sahabat tantenya itu sudah berganti sekretaris. Pak Fadlan pun mengungkapkan jika Arumi sakit. Beberapa waktu sebelum mengajukan resign karena seringkali pingsan dan pucat. Pihak perusahaan menyetujui, terlebih akan dilakukan pergantian direktur.

Sakit? Tapi sakit apa? Kemungkinan yang ada dalam benaknya sekarang, sama sekali tidak terlintas kala itu. Dulu ia berpikir Arum benar-benar menjauhinya.

Arum memang memiliki tubuh yang sedikit kurus dan pipinya sedikit tirus. Namun yang dilihatnya tadi bukanlah Arumi Liliana yang dulu. Tubuhnya sudah sedikit berisi dan pipinya mulai chubby. Hal yang membuatnya tertegun karena tidak menyangka jika Arumi terlihat berbeda dengan penampilannya selama ini. Terlihat jauh lebih cantik dan menarik.

Kini mobilnya sudah terparkir dan langkah panjangnya menuju ke pos security. Ingin melihat Arum dari rekaman cctv. Setidaknya mengetahui plat kendaraan taksi yang ditumpangi Arum. Seorang security pun mengingat dirinya dan mengatakan jika tadi melihat Akram memanggil wanita itu dan menarik perhatiannya. Akram akui jika teriakannya tadi memang cukup keras.

Pria itu beranjak ke dalam ruangan dan mengulurkan sebuah kantong plastik berisi beberapa belanjaan. Mengatakan pada Akram jika itu milik wanita yang ada di cctv yang tadi dipanggilnya. Akram seketika merasakan dadanya berdenyut nyeri. Sesak melihat sekotak susu rasa vanilla khusus ibu hamil. 

Dugaannya tidak meleset. Arum sedang hamil dan kini wanita itu meninggalkan belanjaannya begitu saja setelah melihatnya. Tapi mengapa Arum pergi menjauh? Harusnya Arum menghampiri dan menamparnya. Memintanya bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya.

Akram baru saja menghubungi perusahaan taksi yang dilihatnya tadi. Dirinya terhubung dengan supir taksi tersebut dengan alasan mencari barangnya yang mungkin terjatuh dalam taksi. Sampai akhirnya ia bertanya tentang wanita dengan ciri-ciri Arum tadi. Supir taksi itu mengingatnya.

Penumpang yang dikonfirmasinya sesuai dengan ciri-ciri Arum turun sekitar satu kilometer dari minimarket. Tepat di depan gerbang sebuah pasar tradisional. Setelah kembali duduk di dalam mobilnya, Akram menghela berat. Sesak? Tentu saja. Malu? Pasti!

Mencoba peruntungannya dengan menghubungi salah satu rekan sekretaris Arum di PLZT, ia bertanya di mana Arum tinggal? Tapi tidak ada yang tahu karena Arum sudah tidak tinggal lagi di apartemen khusus karyawan Perusahaan Pradipta. Ke mana dirinya harus mencari Arum? Nomor ponselnya juga sudah tidak aktif. 

Mencoba menghubungi beberapa rumah sakit dengan bertanya pasien atas nama Arum juga tidak ada. Akram baru sadar setelah beberapa saat. Mengingat penampilan Arum tadi, wanita itu tidak mungkin sedang dirawat inap. Alasan sakit yang dikemukakan Arum untuk resign mungkin hanya kamuflase.

Sekarang... pada siapa dirinya harus meminta tolong? Akram tidak ingin bertindak gegabah lagi kali ini. Apalagi papanya sedang mencalonkan diri sebagai walikota.

###

"Ada apa denganmu sepupu?" tanya Riswan yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. 

Di sinilah Akram duduk merenungi kesalahannya. Di apartemen milik Riswan di Kawasan PLZT ini dirinya memang bebas melenggang masuk kapan pun dirinya mau. Terkadang apartemen itu menjadi tempatnya bersembunyi dari kecaman papa dan mamanya yang selalu memintanya pulang. Kadang pula menjadi tempatnya bersembunyi karena kabur dari kencan buta yang diatur mamanya.

Penampilan Riswan yang segar setelah mandi berbanding terbalik dengan Akram saat ini. Aroma mint dari sabun yang digunakannya menggelitik penciuman Akram. Keduanya saling tatap sesaat hingga akhirnya Akram yang lebih dulu memalingkan wajahnya. Saat ini hanya sepupunya yang satu ini yang bisa diandalkannya. 

Akram sudah membulatkan tekad untuk mengungkapkan masalahnya. Ia tidak bisa terus menyembunyikan masalah sebesar ini. Harus ada yang membantunya, secepatnya. Terutama menemukan keberadaan Arum. Sosok yang menjadi pilihannya adalah... kakak sepupunya, Riswan Arvin Latiefiransyah.

Ketika mengingat Riswan dulu yang membulatkan tekad untuk keluar dari aturan keluarga yang jujur saja bisa dikatakan sudah mencekik. Akhirnya ia sendiri pun ikut mengambil tindakan. Menentang keinginan orang tuanya untuk terjun ke dunia politik dan memilih membantu om dan tantenya. Ketika merasakan pundaknya dilempari batu salak, Akram menoleh.

"Aku tanya ada apa?" geram Riswan duduk di sampingnya sambil mengulurkan sebotol minuman dingin rasa jeruk yang sudah dibuka tutup ulirnya. 

Akram mencebik karena sepupunya mendengus kesal menatapnya. Tapi ia juga sadar jika sepupunya seakan tahu jika dirinya saat ini tidak punya tenaga untuk berdebat. Mungkin tenaga untuk sekedar membuka tutup ulir botol itu pun ia tidak sanggup. Bahunya sudah merosot dan tatapannya hanya lurus ke acara gosip salah satu stasiun televisi swasta.

Riswan kembali buka mulut dan mencibir, "Pulang saja kalau kau tidak mau cerita!"

"Aku membuat kesalahan besar. Dosa yang sangat besar sampai aku sesak dan tidak bisa menanggungnya," lirih Akram.

"Sebesar apa?" tanya Riswan diiringi kekehan melihat wajah murung sepupunya.

"Gunung Bromo atau mungkin Gunung Kerinci. Sampai aku membenci diriku sendiri," aku Akram yang membuat Riswan kembali meletakkan botol minuman miliknya. Posisi duduknya ia ubah menjadi menyamping.

"Apa kau menyakiti hati Tante Uti?" tanya Riswan yang tahu jika sepupunya ini sangat menyayangi tante mereka yang satu itu. Dugaannya kali ini terkait masalah pekerjaan. Penampilan Akram seperti karyawan yang baru saja kena PHK tanpa pesangon.

Hastuti dan Haslanuddin adalah tante dan om mereka yang tegas namun paling pengertian. Mau saling bertukar pikiran dan pandangan dengan mereka yang masih muda tanpa memaksa. Tanpa menekan dan selalu memberi mereka petunjuk saat ada masalah. Berbeda dengan orang tua mereka berdua yang terkesan otoriter.

Riswan jelas saja merasa bingung. Jika sepupunya ini tidak datang pada suami istri itu dan malah menemuinya, maka bisa saja masalah itu berkaitan dengan keduanya. Atau mungkin karena Akram malu mengungkapkan masalahnya pada mereka. Sudah mengenal Akram sejak kecil, Riswan tahu kali ini masalah yang dihadapi sepupunya itu pasti benar-benar berat.

"Aku menyakiti dan mengecewakannya. Mengecewakan semua orang yang menyayangiku. Aku belum mengatakan masalah ini pada siapa pun. Tapi aku yakin Tante Uti dan Om Udin akan sangat kecewa. Mungkin mereka tidak mau melihat wajahku lagi. Mungkin mereka tidak akan mengakuiku lagi. Mungkin mereka akan melaporkan aku ke polisi. Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Akram bertubi mencengkram kuat rambutnya.

"Harus cerita. Aku tidak tahu apa masalahmu? Dari tadi kau meracau tidak jelas," sindir Riswan yang akhirnya memilih menenggak minuman botolnya dan mengabaikan Akram. Meraih remot televisi dan mulai memilih tayangan menarik sambil menunggu pesanan makanannya tiba.

"Aku...."

Terdengar helaan napas yang begitu berat. Diam meragu memupuk penat. Lidah yang biasanya lugas berucap untuk mencibir atau menggoda, kini kelu. Tapi Akram sadar, demi menyelesaikan masalahnya ini, ia harus bisa menepis malu.

"Aku apa? Kau seperti gadis yang ketakutan ingin dijodohkan dengan lansia saja," ledek Riswan seraya menggelengkan kepala. Melirik sekilas pada layar ponselnya yang berkedip. Driver yang membawakan pesanannya baru saja meninggalkan resto.

"Wan, aku…."

###

Bersambung....

Rat!hka saja

Aku juga buat kesalahan besar karena baru update cerita ini untuk kalian baca. Maaf ya, yang baca di pf sebelah sekarang bisa baca sampai tuntas. Aku tunggu komentar dan sarannya.... Yang penasaran ceritanyanBang Riswan boleh tambahkan dulu dimpustakanya, judul: JANDA TANGGUH DIKEJAR MANTAN SUAMI

| Sukai
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Lisani
asik asik bacanya, soalnya isi bab-nya panjaaaang
goodnovel comment avatar
babyblack
Kukira bercanda Thor, ternyata muncul beneran si Akram di sini
goodnovel comment avatar
akuram2000
aku aku aku bingung,,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status