Share

Part 3 Ketakutan

"Wan, aku…."

"Hm."

"Aku menghamili seorang gadis," ucap Akram kembali terdiam dengan mata terpejam. 

"Uhuk uhuk uhuk!!" 

Riswan berusaha meredakan batuknya dan menoleh dengan syok. "APA?!!"

Akram sudah menduga akan menerima pukulan keras dari kakak sepupunya itu. Dirinya bahkan sama sekali tidak berniat mengelak. Hingga suara batuk Riswan tidak lagi terdengar, Akram perlahan membuka mata. Ia tidak berani menoleh ke samping. Sudut hatinya merasa lega dan ngilu disaat yang sama. Sejujurnya ia tidak sanggup menatap sepasang mata yang sudah seringkali menyembunyikan kesalahannya itu.

Akram tahu jika Riswan tidak akan melepaskannya kali ini. Dulu ketika Riswan memergokinya di kamar hotel dalam keadaan mabuk bersama seorang wanita, ia babak belur. Entah kali ini tangan atau kakinya yang akan patah, ia seolah tidak peduli. Saat ini... ia benar-benar butuh untuk dipukuli. 

"Ulangi!" desis Riswan yang merasa jika baru saja mendengar sepupunya itu bergurau.

"Aku... telah menghamili seorang gadis dan yakin itu darah dagingku," jawab Akram lugas. Tersirat keyakinan dalam ucapannya.

Kejujurannya di depan Riswan membuat pertahanannya runtuh. Air matanya luruh begitu saja membayangkan penderitaan Arum. Tadi ia sedang menelusuri satu kata pencarian 'kehamilan' di internet. Kata yang membuat perasaannya campur aduk antara senang dan sedih.

Akram membaca semuanya berulang-ulang dan membayangkan bagaimana kesulitan yang dialami seorang ibu hamil. Terutama dimasa-masa awal kehamilan. Menghitung mundur kini sudah empat bulan sejak malam itu. Arum bahkan menghadapi ini sendiri tanpa didampingi seorang suami.

"Siapa?" Suara Riswan terdengar lebih menakutkan dibandingkan suara papa dan omnya selama ini.

Akram kembali memejamkan mata. Bibirnya bergetar begitu sulit menyebutkan nama dari gadis yang sudah ia nodai. Bahkan rasanya menyebut namanya membuatnya seolah tidak pantas. Hukuman ini belum apa-apa. Entah hukuman apa yang menantinya karena telah berbuat sehina ini.

"Arum. Arumi Liliana," jawab Akram yang kini merasakan kerah kemejanya ditarik paksa.

Bugh! Bugh!! 

Sreeeet bugghhh!! Brakk!!!

"Beraninya kau!!!" teriak Riswan seraya mendorong tubuh sepupunya dan kembali memberikan pukulan. 

Riswan berjanji jika kali ini ia tidak akan diam saja. Ia mengenal Arum sejak dirinya bekerja di Perusahaan Pradipta Event Organizer milik putra bungsu keluarga Pradipta. Ia juga sangat mengenal tabiat sepupunya ini. Sungguh rasa kecewa itu menusuknya. Akram ingkar janji dan tatapan matanya sama sekali tidak mengelak.

"Kau memaksanya?!" tanya Riswan kembali dengan cengkraman di kerah kemeja Akram. 

Lutut kirinya bertumpu di sofa dengan posisi kepalan tangan kanan yang siap kembali melayangkan pukulannya. Selama ini ia selalu memperingatkan adik sepupunya itu agar menghentikan kebiasaan buruknya menghabiskan malam dengan wanita bayaran. Ia senang ketika Akram kembali sadar dan tidak lagi melakukannya. Katanya sudah tobat dan takut karma jika kedua adik perempuan mereka Adina dan Alyana sampai menerima akibatnya. 

Tapi mendengar nama seorang gadis yang cukup familiar dan kadang kala bertemu dengannya di PLZT membuatnya terkejut. Arum bukan gadis yang seperti wanita-wanita yang terjerumus itu. Ia tahu karena sudah seringkali berinteraksi dengan gadis berkacamata itu. 

Sekretaris Direktur Utama PLZT yang resign beberapa waktu lalu. Sempat menjadi buah bibir di perusahaan karena terkesan mendadak. Mungkinkah Akram penyebabnya? Siapa lagi?

"Kau benar, aku memaksanya. Aku mabuk dan...." Akram kembali meneteskan air matanya.

"Jangan tunjukkan air mata buayamu itu! Kali ini aku tidak akan melepaskanmu!!!" geram Riswan.

"Aku harus bagaimana sekarang? Di mana aku harus mencarinya?" tanyanya mengiba.

"Untuk apa? Kau ingin menyakitinya lagi?" desis Riswan kembali menghempaskan tubuh sepupunya itu. Kali ini bukan di sofa, melainkan di lantai. Rasanya tidak cukup dengan sekali dua pukul sehingga ia kembali melayangkan tinjunya.

"Aku sudah menyakitinya, lalu untuk apa aku harus menyakitinya lagi? Aku harus bertanggung jawab. Aku yakin itu adalah anakku. Darah dagingku," aku Akram kembali tergugu. Menangis menahan rasa sakit atas penyesalannya.

Riswan berdecih. Jujur ia muak mendengar kata-kata itu keluar dari mulut laki-laki yang terbaring di lantai apartemennya seperti orang pesakitan. Tidak bisa ia bayangkan perasaan keluarganya saat tahu kelakuan sepupunya ini. Begitu juga dengan penderitaan Arum yang hamil tanpa suami. 

Penyesalan juga menghantam dadanya. Ini juga kesalahannya karena terkesan memanjakan Akram dan menyembunyikan kelakuan buruknya selama ini. Riswan rasanya ingin kembali mandi, tidak, lebih tepatnya berendam di dalam kolam renang demi membuat pikirannya tenang.

"Dia begitu ketakutan melihatku. Memeluk perutnya dan kabur meninggalkan aku begitu saja," lirih Akram mengerang frustasi. Penyesalannya kini membukit menyeruakkan rasa sakit. Rasa sakit yang mencekik sampai bernapas saja rasanya begitu sulit.

"Tentu saja dia takut, ada iblis yang ditemuinya," sarkas Riswan mencoba meredakan emosi.

Tadinya ia berniat membantu Akram untuk duduk. Setidaknya bersandar di tembok karena terlihat begitu sulit bernapas. Tapi membayangkan penderitaan Arum, Riswan kembali menghempaskan tubuh sepupunya. Ia tidak punya banyak tenaga saat ini untuk memberikan pelajaran pada adiknya. 

Pekerjaannya sebagai Manajer Utama Pradipta Event Organizer milik Safwan Zayyan Pradipta membuatnya sangat sibuk belakang ini. Sejak kemarin ia terus terjaga. Tadi saja ia baru tidur sekitar dua jam. Terbangun karena mendengar suara pintu apartemennya dibuka seseorang. 

Tadinya ia pikir yang datang adalah sahabatnya. Tapi ternyata sepupunya yang datang dan justru membawa kabar buruk. Diliriknya Akram yang masih menagis tergugu, membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Bukan seperti tadi dengan siku yang bertumpu di lutut. Melainkan masih berbaring di lantai apartemen.

Bahunya bergetar seiring suara tangis yang perlahan memenuhi ruang bersantai apartemen yang terhubung dengan dapur. Riswan memilih beranjak, membiarkan Akram melampiaskan semua beban yang bisa dilepaskannya saat ini. Sepupunya bukan lagi anak kecil yang harus dipaksa. Setidaknya Akram sadar jika dirinya harus bertanggung jawab. 

Ia tidak harus memaksa adiknya bertanggung jawab atas kesalahannya. Memaksa seorang Akram adalah satu hal yang dihindarinya selama ini. Watak keras kepala dan nekat bukanlah hal yang mudah untuk ia hadapi dari seorang Akram Hazami Ardanuansyah. Ia hanya berharap semoga saja Akram tidak sedang menipunya dengan berpura-pura menyesal. 

Bila Akram melakukan itu padanya. Maka ia sendiri yang akan menyeret laki-laki berusia 28 tahun itu ke kantor polisi. Di sisi lain, Riswan kembali terdiam karena mengingat beberapa hari lalu mendengar nama Arum disebut oleh seseorang dan bertemu mereka di Kafe ARU. Harapannya, Arum tidak meninggalkan kota ini setelah bertemu Akram.

Riswan berjanji pada dirinya sendiri. Dirinya tidak akan membuat semua ini mudah bagi sepupunya. Akram harus diberi pelajaran. Bukan dengan sedikit pelajaran, tapi berkali-kali yang akan ia berikan. Arum juga harus mendapatkan hak dan keadilan dari derita yang dialaminya.

Ketika meraih ponselnya, Riswan terdiam. Siapa yang harus dihubunginya untuk mengatasi masalah ini? Omnya sedang mengikuti pemilihan sebagai calon walikota dan putranya Akram malah membuat ulah. Hubungan yang sebelumnya buruk malah akan menjadi semakin buruk. Ingin menghubungi Om Hasalanuddin, omnya itu juga sedang kurang sehat sejak istrinya jatuh sakit. Ingin menghubungi papanya sendiri, Riswan masih sayang lehernya.

Padahal diam-diam ia sudah menyusun rencana agar bisa menunjukkan perubahan Akram di depan keluarga besar mereka. Akram sudah tidak seegois dulu dan mau mengemban tanggung jawab untuk menangani Yayasan HAS. Tapi fakta yang baru saja didengarnya ini seakan menghancurkan harapannya. Akram justru merealisasikan ucapan para orang tua dalam keluarganya. Si keras kepala yang suka membuat malu keluarga.

### 

Dua jam sudah berlalu sejak pukulan-pukalan itu mendarat di wajahnya. Rasa sakit itu sudah terasa dan mulai berbekas. Besok pagi lebam itu akan menuai perhatian dan mengundang banyak tanya. Air matanya sudah mengering. Tapi Akram masih duduk terdiam memandang pintu kamar sepupunya. 

Dirinya kali ini sungguh diabaikan. Dulu ia seringkali mengeluh ketika Riswan datang dan menasihati dirinya. Meski gendang telinganya sakit mendengar segala ocehannya, namun hatinya merasa hangat. Sepupunya yang terpaut dua setengah tahun lebih tua darinya itu tidak mengabaikannya apalagi meninggalkannya. 

Makanan yang tadi diantarkan kurir masih ada di meja. Tidak disentuh sama sekali karena setelah makanan itu datang, Riswan memilih masuk kembali ke dalam kamarnya. Jangankan menegurnya, meliriknya saja tidak. Kini ia merasakan apa yang dirasakan sepupunya setiap kali dirinya acuh tak acuh. 

Bayangan Arum kembali muncul dalam ingatannya. Telaga bening tanpa dibingkai kacamata itu membelalak ketakutan menatapnya. Sepertinya ucapan Riswan tadi benar. Seperti itulah reaksi seseorang ketika bertemu iblis dunia. Dan... salah satunya adalah dirinya.

Ceklek!

Pintu kamar Riswan terbuka dan sang pemilik apartemen baru saja berlalu menuju dapur. Pesawat terbakar pasti akan gosong, perut lapar memang tidak bisa berbohong. Itu realita dan sulit dipungkiri.

"Berdiri dan mandilah!" Bukan pinta melainkan perintah. 

Akram mendongak menatap mata Riswan yang memandangnya lekat. Laki-laki itu masih tak sanggup berucap. Kakak sepupunya itu berdiri dengan kedua tangan berada di saku celana pendek selutut yang dikenakannya. Menghembuskan napas sejenak dari mulutnya seiring gerak bahunya yang jatuh. 

Tidak ada sorot sendu yang menyentuh. Tidak ada senyum yang membuat luluh. Tidak ada gerak alis yang menukik dengan tuntutan penuh. Yang ada hanya hampa dan pasrah tanpa bisa mengeluh.

"Segarkan dulu tubuh dan pikiranmu. Sana kamu mandi dan berganti pakaian sekarang. Kita makan dan membicarakan masalah ini. Aku sudah meminta seseorang mencari tahu keberadaan Arum. Kali ini... kau tidak bisa bertindak sesukamu," ujar Riswan melangkah dan berjongkok di hadapan sepupunya itu.

"Sungguh? Aku pikirkan kau akan mengabaikanku," lirih Akram.

"Nyaris. Sejujurnya aku sangat kecewa padamu. Aku sudah sering melihat kelakuanmu. Tapi kali ini kau benar-benar menorehkan sayatan perih. Darahku mendidih sampai ke ubun-ubun, Akram. Obatnya hanyalah usahamu dalam membuktikan ucapanmu untuk bertanggung jawab. Kau sedikit beruntung karena Arum yatim piatu, sehingga ayahnya tidak bisa memenggal kepalamu. Jika itu terjadi pada Adina, Om Ardan pasti sudah menggantung laki-laki sepertimu di salah satu tiang listrik kota ini. Jika itu Alyana, mungkin Om Udin sudah mematahkan kedua tangan dan kakimu. Sekarang... coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri Akram," kata Riswan sambil meremas salah satu bahu sepupunya. "Jika itu Adina atau Alyana, sebagai kakaknya... apa yang akan kau lakukan pada laki-laki yang sudah menyakiti adikmu?" 

Akram mencelos tanpa bisa menemukan satu kata pun untuk ia sebut. Ia hanya bisa kembali terdiam mengigit bibirnya. Air matanya kembali jatuh menguntai sesal. Akram sadar, kini bukan hanya Arum yang ia sakiti. Bukan hanya bayi yang tidak berdosa itu. Tapi juga seluruh keluarganya. 

Kedua adiknya yang manis itu mungkin tidak akan lagi mau melihat dan menerimanya sebagai kakak. Sungguh... penyesalannya saat ini bukanlah sekelumit. Jalan yang akan dilaluinya juga penuh rumit. 

"Jika itu aku, aku akan membuatnya...." Riswan mendekat dan membisikkan sisa kalimat yang ingin ia perdengarkan. Akram kembali memejamkan mata. Bukan karena takut akan ucapan Riswan. Tapi hati dan pikirannya yang membenarkan ucapan sepupunya itu.

### 

Bersambung....

Rat!hka saja

Kak, aku bingung, cerita ini genrenya apa? Kubalas di sini ya.... genrenya romance, dan yang ditonjolkan adalah penyesalan. Bilang cinta itu tidak cukup, kamu harus buktikan bahwa kesalahan yang kamu lakukan sudah dilabeli penyesalan, dan terbukti dengaan semua bentuk perjuangan kamu. Kalau cari yang drama, boleh ke kisahnya Banb Riswan: JANDA TANGGUH DIKEJAR MANTAN SUAMI

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
babyblack
Akram Hazami itu artinya apa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status