Share

Senior Hantu

"Ikut gue kesana dulu," titah Sony mengajak Nina dan Yuriko untuk mengobrol dengan jarak yang lumayan jauh dari posisi Nandita.

Akhirnya mau tidak mau Yuriko memerintah Nandita untuk tetap diposisinya tanpa boleh bergerak sedikit pun, sedangkan Nina sudah menyusul Sony lebih dulu.

"Ada apaan emang nya sih pada heboh banget?"

"Dia itu tadi main ngeloyor aja, padahal tahu telat, udah gitu nyolot lagi sama si Wawan". Adu Nina

"Ngeloyor gimana?" Sony balik bertanya.

"Jadi tadi dia tuh jalan beriringan sama bang erwin, tadinya dikira anak anak yang jaga digerbang teman atau seangkatan sama bang Erwin. Tapi eh, ternyata tahu nya anak baru".

"Terus", Sony tak mengerti arah permasalahannya kemana.

"Dia gak sopan, pas ditegur juga main ngeloyor aja ngikutin bang Erwin, untung aja berhasil dicegah oleh si wawan".

"Terus salah nya maba yang sekarang kalian hukum apa? Bukannya kalian juga yang nggak teliti periksa identitas?"

Hening sejenak......

"Emang dia fakultas apa? Ekonomi?" tanya Sony sambil melirik sekilas ke arah Nandita berada.

"Kurang tahu, dia nggak pakai pita, makanya kami pikir bukan maba bang." Yuriko menunduk.

"Kayak nya kedokteran sih, soalnya tadi saya sempat melirik tali ID card dileher warna biru". Ujar Nina

"Oh, ya?" Sony tersenyum, begitu senang seperti mendapatkan lotre.

"Kenapa tanya soal fakultas segala bang? Emang mau dilepas begitu aja karena satu fakultas sama abang?" Yuriko terlihat tak suka.

"Lah? Kok kalian kesannya malah menuduh gitu sih?" tanya balik Sony

"Bukan maksudnya gitu, bang. Tapi ini memang sudah kesepakatan sejak awal, bahkan semua maba juga sudah tau semua aturannya." kata Nina Yulia mencoba menjelaskan.

"Iya, biar gue ambil alih aja, kalian bertiga urus maba yang lain aja." ujar sony karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIB.

"Jangan, bang. Nanti malah kami bertiga yang kena omel, apa lagi ini tadi digrup bang Erwin marah marah karena si vania dan yusi yang lengah. Alhasil si wawan yang kena semprot karena menjadi ketua yang menjaga gerbang." tolak Nina dan Yuriko yang serempak.

"Ck, gue bilang yang ambil alih, kenapa pada khawatir banget sih? Nggak percaya kalau gue bakal hukum dia?" ujar Sony menjadi kesal karena juniornya berbelit belit.

"Tapi masalah nya ini perintah langsung dari ketua komdis  kan, bang. Kami gak bisa lepas maba gitu aja ?" kata Yuriko bersikeras menolak.

"Iya gue bah kan tau siapa ketua komdis nya, jadi sekarang lepas dia dulu biar dia bisa ikut materi, apa kalian mau kena omel Farhan?" ancam Sony menyebut ketua penyelenggara acara ospek.

"Tapi bang..." kata Yuriko tak mau melepaskan Nandita begitu saja.

"Kenapa kalau si erwin langsung didengar sedangkan gue kagak? Mau gue adu kan kalian ke bang Farhan?" ancam Sony sambil berkacak pinggang sambil melempar tatapan sangar nya.

"Jangan gitu bang. Ya sudah deh kalau mau ambil alih juga, kita kembali ke tempat." kata Yuriko dan Nina jadi menciut ketakutan diancam di adukan ke Farhan yang terkenal sangar kalau sudah marah sama seperti si erwin.

"Nah gitu dong, kan kita nggak perlu adu debat gini, damai itu indah banget kan?" kata Sony memberikan tangannya pada Nina dan Yuriko sebagai kesepakatan.

Nandita yang masih berjongkok memperhatikan ketiga senior nya yang sedang berdiskusi dengan jarak yang lumayan jauh darinya. Nandita memilih diam sambil menunggu interuksi untuk melanjutkan hukuman. Namun tiba tiba sony menghampirinya sambil ikut berjongkok. "Nama kamu siapa?"

Nandita melirik, lalu mengerjap kebingungan.

"Nama kamu?" ulang sony bertanya.

"Cuman itu." ujar sony lagi sekarang memperhatikan nandita dengan tatapan selidik.

"Nandita agnesia." jawab nandita sambil terus menunduk bersalah.

"Ikut saya bawa semua barang barangmu." titah sony langsung berbalik badan dan berjalan duluan menuju ke arah aula.

Nandita hanya mengangguk, lalu akhirnya kembali menggendong tas miliknya kepunggung, tak lupa mengalungkan Id card nya lagi ke leher dan memilih mengikuti sony dengan perasaan cemas.

"Kak..." panggil nandita karena ingin bertanya.

Mendengar ada yang memanggil sony berhenti di tempat, dan berbalik menengok ke arah belakang dimana nandita berada.

"Kenapa?" tanya sony penuh selidik.

"Apa saya benar benar akan dihukum kak?" tanya nandita.

"Kita lihat aja nanti, tapi sekarang kamu masuk saja dulu bersama barisan yang lain, lalu setelah itu bisa saya pertimbangkan ulang masalah hukaman." titah sony menunjuk barisan sudah rapi dengan dagu runcingnya.

"Makasih kak." ucap Nandita dan langsung berlari ke arah di mana kerumunan maba berbaris rapi. Melihat cowok itu pergi, senyumnya tak lantas menghilang, dalam hati nandita bergumam. "Subhanallah, calon suami idaman ini mah."

Namun sialnya baru saja nandita akan masuk kedalam barisan, seorang cowok berkemeja putih dari belakang malah menabraknya dia membuat barang barangnya jadi jatuh. "Pelan pelan dong!" protes nandita tanpa melihat siapa yang menabraknya.

"Maaf" kata cowok itu buru buru pergi yang sambil membawa buku dalam jumlah banyak.

Karena terburu buru, cowok yang sebelumnya pernah menabrak nandita langsung pergi begitu saja, namun dari pakaian yang rapi, punggung yang bidang, dan gaya rambut yang tak asing itu pernah di lihatnya belum lama ini. Ah ,dia kan cowok yang menghilang tadi!.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status