Share

Teror

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-30 22:28:58

____

Aku langsung membawa suamiku ke rumah sakit dibantu Surti dan Mas Parto. Sepanjang perjalanan darahnya terus mengalir hingga membuatku ngeri. Walaupun ia bukanlah suami yang baik, karena akhir-akhir ini sikapnya banyak berubah padaku, tetapi aku tak tega melihat keadaannya yang tragis.

Tiba-tiba suamiku mengerang kesakitan, matanya terbelalak seolah menahan rasa sakit yang teramat dalam, lalu tiba-tiba ia kembali lemas dan tak sadarkan diri.

"Bang Indra, sadar, Bang!" Aku menjerit histeris hingga membuat Surti dan Mas Parto terkejut.

"Sabar, Mir, sabar, doakan suamimu selamat." Mas Parto yang tengah menyetir mencoba menenangkanku yang tengah gelisah.

Setibanya di rumah sakit, suamiku langsung dibawa ke UGD. Namun, tiba-tiba Dokter keluar dengan wajah lesu.

"Disini apakah ada pihak keluarga korban?" tanya Dokter.

"Saya istrinya," jawabku.

"Suami Anda telah meninggal," jawabnya hingga membuatku terkejut.

Aku tak menyangka semua ini bisa terjadi, padahal tadi dia masih ada dihadapanku. Mengapa tiba-tiba ia pergi begitu saja dengan cara yang tragis.

Tiba-tiba polisi datang setelah Mas Parto menelponnya sebelum kami berangkat ke rumah sakit. Mereka memintaku menceritakan semuanya secara detail. Keesokan harinya para polisi mendatangi rumah kosong itu untuk menyelidiki semuanya. Namun, mereka tiba-tiba mengungkapkan bahwa di rumah itu tak ada tanda-tanda keberadaan manusia. Semua itu membuatku bingung, karena aku yakin betul, bahwa ada seorang perempuan yang mengaku tinggal di rumah itu bahkan meminta air panas padaku.

"Kami sudah menggeledah semua isi ruangan, tak ada siapapun disana, bahkan tak ada pakaian atau tanda-tanda apapun yang menunjukan keberadaan seseorang di rumah itu."

Semuanya menjadi misteri yang ingin kuungkap. Aku penasaran bagaimana ceritanya suamiku tiba-tiba berada di rumah itu dengan keadaan tanpa busana dan kondisi yang sangat mengerikan.

kejadian hilangnya burung Suamiku beserta nyawanya yang hilang secara tiba-tiba membuat kampung tempat tinggalku geger. Banyak orang yang menduga bahwa burung Suamiku dimakan Kuntilanak penghuni rumah kosong itu, tetapi ada pula yang menduga bahwa wanita itu bisa saja manusia yang berjiwa psikopat.

Hantu ataupun manusia, dua-duanya sangat mengerikan bagiku. Karena keduanya sama-sama bisa menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang tragis.

Setelah suamiku dikuburkan, aku hanya termenung seorang diri sambil menatap wajah keempat anakku yang baru saja kehilangan sosok ayahnya. Tiba-tiba aku menyesali diriku sendiri yang tak mau berKB hingga melahirkan empat orang anak yang hanya selisih tiga tahun.

Yudha 12 tahun, Yoga 9 tahun, Yuna 6 tahun dan Yura, 3 tahun. Mereka semua kini menjadi beban pikiranku, bagaimana caranya aku melanjutkan hidup dan menghidupi mereka tanpa seorang suami. Kedua orangtuaku telah meninggal, sedangkan keempat saudaraku tinggal di provinsi yang berbeda dan sangat jauh, selain itu aku juga tak yakin mereka akan menerima keberadaanku jika aku berniat tinggal di rumah mereka.

Malam itu, suasana begitu hening. Sepertinya tak ada orang yang berani meronda sejak kejadian yang menimpa mendiang suamiku. Kejadian tragis itu membuat semua orang bergidik ngeri bahkan untuk sekedar membayangkannya saja.

Tepat di pertengahan malam, tiba-tiba terdengar suara tawa wanita yang terdengar begitu nyaring dari arah rumah kosong itu. Semua itu membuatku ketakutan dan tak karuan. Aku langsung berlari sambil membawa anak bungsuku ke kamar anak-anakku yang lain lalu berbaring disamping mereka.

Tiba-tiba terdengar suara derit lantai seolah seseorang menyeret pisau di lantai teras rumahku. Semua itu membuatku ketakutan dan bingung harus berbuat apa.

Aku bergegas ke kamar untuk mengambil ponsel. Seseorang yang bisa kumintai tolong saat aku terdesak adalah Surti dan Mas Parto. Dua tetangga yang paling peduli padaku.

Aku tersentak kaget saat sebuah suara benturan di kaca jendela, sepertinya seseorang melempar batu ke kaca jendela rumah. Aku menahan diriku untuk berteriak histeris, lalu segera masuk ke kamar anak-anak dan mengunci pintu rapat-rapat. Tak hanya itu, aku juga mendorong lemari hingga menghalangi pintu, berjaga-jaga dari bahaya yang bisa saja menerobos ke rumah.

Aku langsung menelpon Surti dan Mas Parto, tetapi naasnya tiba-tiba ponselku mati. Aku langsung menggerutu, menyalahkan diriku sendiri yang tak mengecamnya seharian. Saat aku berusaha meraih charger, tiba-tiba listrik mati sehingga membuatku tak kuasa menahan diri untuk berteriak histeris.

Tak ada yang bisa kulakukan selain berbaring di tempat tidur anakku dengan degup jantung yang berdegup sangat kencang. Aku hanya bisa pasrah sambil terus berdoa memohon perlindungan kepada Allah.

Suara adzan subuh terdengar nyaring di telinga hingga membuatku tersentak dari tidurku. Untunglah aku masih bernyawa, selain itu tak terjadi hal buruk pada anak-anakku. Kulihat listrik telah kembali menyala jadi aku bisa bernapas dengan lega. Aku keluar dari kamar untuk mengambil air wudhu, lalu mendirikan shalat subuh dan memohon perlindungan kepada Allah.

Setelah selesai shalat, aku berjalan menuju jendela depan. Rupanya semalam itu bukan mimpi, karena kaca jendela rumahku benar-benar pecah berantakan.

Setelah matahari terbit, aku berniat ke rumah Surti untuk menceritakan semua yang terjadi padaku semalam. Tiba-tiba langkahku terhenti saat ekor mataku melihat sosok wanita yang tengah berdiri di balik gorden rumah kosong itu. Aku langsung menoleh dan memperhatikan dengan seksama. Tiba-tiba sosok tadi menghilang begitu saja, rasanya tadi aku melihat jelas ada sesosok wanita disana, aku sangat yakin dengan penglihatanku.

"Mirna, kamu sedang apa berdiri disana?" tanya Mas Parto yang tiba-tiba muncul hingga membuatku tersentak kaget.

"Tadi aku mau ke rumah Mas Parto, mau minta tolong benerin jendela kaca yang pecah."

Ia mengangguk, tetapi sebelumnya ia minta izin dulu pada Surti agar istrinya yang pencemburu itu tidak salah paham.

"Kaca rumahmu kenapa, Mir?" tanya Surti.

Aku langsung menceritakan apa yang terjadi padaku semalam hingga membuat Mas Parto dan Surti tercengang.

"Kita harus lapor polisi," ucap Mas Parto.

Aku mengangguk pertanda setuju, lalu setelah kaca jendelaku selesai diganti, Mas Parto langsung menelpon polisi kenalannya.

Sekitar dua jam kemudian, para polisi datang untuk menanyaiku semua yang telah terjadi. Aku langsung menceritakan semuanya termasuk suara derit pisau yang diseret ke lantai. Polisi langsung memulai penyelidikan di sekitar rumahku beserta rumah kosong itu.

"Apa Anda memiliki musuh atau seseorang yang memiliki masalah dengan Anda atau mendiang suami Anda?" tanya polisi.

Aku menggeleng, karena selama ini aku tak pernah memiliki masalah dengan siapapun.

"Sebaiknya kamu pindah dari kampung ini, bahaya," ucap Surti setelah polisi pergi.

Aku termenung mendengar saran Surti, sarannya ada benarnya juga tetapi rumah yang kutinggali ini adalah peninggalan kedua orangtuaku yang menyimpan banyak kenangan tentang mereka. Aku masih ingat saat kedua orangtuaku meregang nyawa, mereka berpesan agar rumah ini tak dijual kepada siapapun. Mereka juga berpesan agar aku yang menempati rumah ini karena kakak-kakakku bisa bisa menjualnya jika rumah ini dipasrahkan pada mereka.

Malam itu terdengar suara orang yang tengah mengobrol sambil berjalan di depan rumah, tampaknya warga kembali melakukan siskamling sesuai komando dari Pak RT setelah polisi menghimbau agar Pak RT mengerahkan warga untuk kembali menjaga keamanan kampung, terutama rumahku.

Keesokan harinya, aku membuat kue, lalu kuantar ke rumah Surti dan Mas Parto.

"Tumben kamu membuat kue, bukankah kamu tipe orang yang tidak menyukai makanan yang manis?" tanya Surti dengan wajah heran.

"Sebenarnya ini sebagai ucapan terima kasih untuk Mas Parto karena telah mengganti kaca jendela rumahku, selain itu berkat polisi kenalannya Pak RT menghimbau para warga untuk kembali meronda sehingga aku bisa kembali bernapas dengan lega."

Tiba-tiba raut wajah Surti sedikit masam hingga membuatku bingung, aku bertanya-tanya apakah aku salah jika berterima kasih pada suaminya. Mungkinkah ia cemburu? Padahal selama ini aku menganggap Mas Parto sebagai sahabat sama seperti perasaanku pada Surti yang telah bersahabat denganku sejak SD.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Burung Suamiku Menghilang   Rencana

    "Setiap gue nyaris diculik, lo selalu ada. Apa jangan-jangan lo dalang dibalik semua ini?" tanya Siti pada Bryan yang dalam perjalanan pulang bersama Yura."Jadi gue harus diem aja melihat lo dalam bahaya?" tanya Bryan dengan wajah kesal."Kak Sinta, kita seharusnya berterima kasih sama Kakak ini," ucap Yura sambil menatap kagum wajah tampan Bryan."Sinta?" "Iya, nama panjangnya Kak Siti Yasinta, jadi bisa dipanggil Sinta juga," sahut Yura."Oh, ya, by the way gue Bryan.""Gue Yura, Kak.""Hati-hati Yura kalau kenalan sama cowok asing, jangan mentang-mentang dia good looking, karena bisa saja dia juga salah satu anggota kawanan penculik itu," ucap Siti sambil melirik ke arah Bryan dengan wajah sinis."Kalau gue penculik, gak mungkin gue balikin lo ke suami lo!" sahut Bryan dengan wajah kesal."Udah jangan berantem," ucap Yura sambil kembali menatap ketampanan lelaki berwajah bule yang tengah fokus menyetir.Beberapa waktu kemudian ia menghentikan mobilnya di depan rumah Siti. "Cepet

  • Burung Suamiku Menghilang   Stiker Kelabang

    Suatu hari Yura mendatangi rumah Yudha dan Siti. Mata Rendi langsung terbelalak melihat kecantikan gadis itu."Biasa aja lihatnya Rendi Lukmanul Hakim," ucap Yura sambil menutup mulutnya yang tengah menganga."Makin cantik aja, Kak Yura. Oh, iya, makasih banget, loh karena masih mengingat nama kepanjanganku dengan lengkap.""Udah, ah, berisik, aku mau ketemu sama Kak Sinta.""Kak Siti maksudmu?""Iya, whatever."Rendi mempersilahkan Yura masuk, tampak Siti tengah melatih bela diri pada beberapa gadis seusia Rendi."Kak!" panggil Yura.Siti langsung menoleh dan berjalan menghampiri adik iparnya itu."Kenapa gak bilang-bilang mau kesini?" Siti langsung memeluknya dengan erat."Ada hal penting yang ingin kubicarakan." Yura melirik ke arah Rendi seolah obrolannya itu tak ingin didengar siapapun."Oke, aku tak akan dengerin percakapan kalian," ucap Rendi sambil bergegas pergi."Rend, mainnya jangan jauh-jauh ya," ujar Siti."Siap, Kak." Siti mengajak Yura ke ruang tamu, lalu mempersilahka

  • Burung Suamiku Menghilang   Bryan

    Siti menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tasnya masih ada, karena di dalamnya ada ponsel yang GPSnya selalu aktif. Ia sengaja selalu mengaktifkan GPS agar Yudha bisa melacak keberadaannya.Namun, rupanya para penculik itu telah mengamankan tasnya lebih dahulu. Bukan hanya dimatikan tapi dilempar jauh dari mobilnya. Siti mencoba mencari cara agar ia bisa lolos, lalu tiba-tiba ia menggedor-gedorkan kepalanya ke kaca mobil, berharap menjadi perhatian bagi para pengendara lain.Namun, tiba-tiba penjahat itu mengacungkan pisau kepadanya."Berani macam-macam? Maka pisau ini akan menari di wajah cantikmu!" ancam penjahat itu.Siti mencoba pasrah sambil mencari cara lain untuk kabur. Jantungnya semakin berdegup lebih kencang saat ia lihat mobil yang membawanya semakin melaju menjauhi kota tempat tinggalnya. Mobil Siti semakin membayangkan bahwa dirinya akan kembali disekap seperti beberapa hari lalu.Setelah beberapa jam berlalu, mobil itu berhenti tepat di sebuah villa. Siti menoleh ke

  • Burung Suamiku Menghilang   Lelaki Misterius

    Dua lelaki itu melayangkan tendangannya hingga tubuh Siti terpental, sedangkan dua remaja tadi hanya berdiri dengan tubuh gemetaran."Kalian pergi dari sini!" teriak Siti.Dua remaja itu langsung kabur meninggalkan Siti yang tengah mencoba bangkit walau harus menahan rasa sakit.Dua lelaki itu langsung menangkap Siti, tetapi dengan sisa tenaga yang ada, ia berhasil membuat kedua lelaki bertubuh tinggi besar itu kembali terguling. Tanpa berlama-lama ia mencoba untuk kabur. Namun, dua lelaki tadi langsung bangkit dan mengejar Siti yang masih berada di gerbang, sedangkan dua remaja tadi telah jauh meninggalkannya.Dua lelaki tadi berhasil kembali menangkap Siti. Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju ke arah rumah itu. Seorang lelaki tampan bak Aktor Hollywood keluar dari mobil bersama dua remaja tadi."Lepaskan wanita itu!" teriak lelaki tampan yang mengenakan jas hitam dan kaca mata hitam."Bbbbb--."Belum sempat dua penjahat itu mengatakan sesuatu, tiba-tiba lelaki itu melayangkan

  • Burung Suamiku Menghilang   Sindikat Perdagangan Wanita

    Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren

  • Burung Suamiku Menghilang   Siti dan Yudha

    Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status