Selena akhirnya kembali ke rumah setelah seharian berada di rumah kosong yang misterius. Di sana, dia sempat mengungkap beberapa rahasia, meski masih ada yang belum terpecahkan, jasad Liora, Adel, dan kepala ayah mereka yang belum ditemukan. Keletihan menghampirinya. Setelah mandi, Selena merebahkan tubuhnya di ranjang, meski hatinya belum tenang.Dia belum mendapat kabar dari Nicholas, tampaknya Nicholas belum tiba. Padahal, sebelum transit, Nicholas sempat menghubunginya, namun Selena sedang sibuk memikirkan sosok-sosok yang baru saja dia bantu. Ada sesuatu yang terasa berbeda malam itu. Di luar rumahnya, Selena merasa ada energi besar yang mengintai.Tiba-tiba, ibunya muncul di depan kamar Selena, tapi wajah cantiknya berubah menjadi wajah seram, dengan aura yang mengandung energi kuat, seolah siap melindungi Selena dari bahaya yang datang."Ada yang ikut aku, ya?" gumam Selena dengan cemas.Dengan kekuatan mata batinnya, Selena melihat sesosok bayangan hitam besar berdiri di luar,
Selena menyapu pandangannya ke sekeliling, mencari sosok ibu Liora. Namun, yang pertama kali tertangkap matanya justru lebih mengerikan seorang pria tanpa kepala berdiri diam, menghadap ke arahnya. Detik berikutnya, ia melihat ibu Liora muncul di lantai dua, berdiri di samping pria itu. Tatapan mereka tertuju ke bawah, ke arah Selena dan Pak Bondan."Selena, sampaikan pada Bang Bondan... kami sangat berterima kasih. Dia selalu peduli pada kami. Bang Bondan adalah abang yang luar biasa, paman yang baik untuk Liora dan Abel," suara lembut ibu Liora menggema, tetapi mengandung kepedihan yang dalam.Ia menarik napas sebelum melanjutkan, "Bilang padanya agar tak lagi bersedih. Kami sudah tenang sekarang. Kami hanya ingin dia terus mendoakan kami. Kami menyayanginya."Selena mengangguk pelan, menyerap setiap kata sebelum menyampaikannya kepada Pak Bondan."Mereka bilang, terima kasih karena Om Bondan sudah menjadi abang dan paman yang baik untuk Liora dan Abel. Om juga jangan bersedih lagi,
Selena dan Linggar melangkah masuk ke dalam kelas. Mereka satu jurusan. Selena duduk di sebelah kanan Linggar, sementara di sisi lainnya, seorang mahasiswi duduk diam. Wajah gadis itu mengingatkan Selena pada seseorang... Saras.Namun, ada sesuatu yang berbeda. Gadis itu menggunakan susuk, dan energinya terasa begitu pekat, lebih gelap dari Saras. Yang Selena lihat bukan sekadar dua lapisan wajah, melainkan banyak. Terlalu banyak.“Kenapa? Kayaknya lu ngeliatin gue terus dari tadi?” suara gadis itu tiba-tiba memecah keheningan.Selena tersentak, tapi dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. “Gue lupa nama lu, boleh kenalan lagi? Gue Selena,” ujarnya santai, berusaha tidak menyinggung perasaan si gadis.“Ohh, bilang dong. Gue Intan, Intan Lupita.” Gadis itu akhirnya memperkenalkan diri.Saat Selena menjabat tangannya, sesuatu yang aneh terjadi. Kulit Intan terasa panas, hampir seperti terbakar. Ada sesuatu yang tidak beres. Pikiran Selena melayang, bertanya-tanya kenapa banyak pere
Selena dan Linggar duduk di lobi universitas, menunggu jemputan masing-masing. Linggar melirik jam di pergelangan tangannya, sementara matanya sesekali mencari sosok Deon, temannya yang beda jurusan dan belum juga muncul."Nyebelin banget tuh orang," gerutu Linggar tiba-tiba. "Pokoknya, nggak ada yang boleh gantiin posisi Rangga di sirkel kita!"Selena menoleh dengan alis terangkat. Nada suara Linggar mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar omelan biasa. Ia terkekeh, mengingat bagaimana Linggar dan Rangga selalu saja ribut kalau sedang bersama. Tapi sekarang? Linggar justru menegaskan kalau tak ada yang bisa menggantikan Rangga. Menarik. Tanpa sadar, mereka sebenarnya saling mendukung satu sama lain."Aku rasa Kak Faaz cuma berusaha jadi senior yang baik," sahut Selena santai. "Biar junior-juniornya bisa lebih akrab sama dia juga. Lagian, dia juga nggak sombong, kan? Mau nyapa kita, padahal kita anak baru."Linggar mendecak pelan. "Sama aja, tetap sok asik."Selena tertawa kecil. T
Setelah menunaikan sholat maghrib, Selena duduk di kamar, masih mengenakan mukenanya. Ponselnya bergetar, menampilkan panggilan video dari Nicholas. Senyum merekah di wajahnya saat ia mengangkat panggilan itu.Di layar, Nicholas juga masih mengenakan koko, tampak baru saja selesai sholat."Assalamu’alaikum," Nicholas menyapa lebih dulu."Wa’alaikumussalam. Abang udah bangun? Mau Subuhan?" tanya Selena, melihatnya dengan tatapan lembut.Nicholas mengangguk, "Iya. Kapan kita bisa sholat bareng, ya?"Selena terkekeh. "Masih lama, Bang. Abang jadi dokter dulu."Nicholas ikut tertawa. "Hehehe, gimana kuliah hari ini, Dek?""Lancar, Alhamdulillah. Tapi abang nggak bilang kalau di kampus ada banyak sosok..." Selena mengerucutkan bibir, seolah sedikit menggerutu.Nicholas langsung waspada. "Sosok?! Terus kamu diganggu, Sayang?""Iya, ada yang jail. Terus beberapa hari lalu ada kerasukan massal, Bang. Lima orang kena gara-gara ulah hantu iseng. Sekarang aku malah terkenal di kampus, katanya si
Seluruh kelas tenggelam dalam keheningan, mata mereka tertuju pada dosen yang tengah menerangkan materi dengan penuh antusias. Namun, fokus mereka buyar seketika saat sesuatu meluncur melewati jendela dengan kecepatan tinggi."BRAK!!"Terdengar dentuman keras menghantam tanah di luar."KYAAAA!!!"Teriakan histeris menyusul dari arah luar kelas."Apa itu barusan!?""Kayak ada yang jatuh, ya?""Astaga! Itu... itu ada orang di bawah!" seru seorang mahasiswa yang duduk dekat jendela.Seisi kelas sontak berdiri, berdesakan mendekati jendela. Selena ikut mengintip, jantungnya berdegup kencang melihat seorang mahasiswa tergeletak di dekat parkiran. Darah mengalir deras dari tubuhnya, membentuk genangan merah yang kontras dengan aspal.Di bawah sana, suasana semakin kacau. Beberapa mahasiswa menjerit ketakutan, sementara yang lain terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Benturan yang begitu keras membuat kepala korban pecah, sementara kaki dan tangannya tampak patah dengan pos
Setelah jam istirahat tiba...Sosok senior itu kembali mendekati Selena. Kini Selena merasa pusing, seolah terperangkap antara dunia yang ia kenal dan dunia yang tak pernah ia inginkan. Sosok Roy, yang sudah lama tiada, terus meminta tolong padahal Selena tahu, sudah tidak ada yang bisa dilakukan untuknya. Sama seperti Raka.'Kak Roy, mau nggak lihat siapa gadis yang selama ini kakak kejar dan cintai? Mumpung kakak sudah jadi hantu, pasti bisa lihat lebih jelas sekarang.' bisik Selena, berusaha memberi tawaran yang membuat sosok Roy diam sejenak, penasaran."Maksudnya?" tanya Roy, tatapannya penuh tanda tanya.'Tunggu sebentar,' jawab Selena, matanya melirik ke arah Linggar yang sedang duduk tak jauh dari mereka."Selena, makananmu nggak enak?" tanya Linggar, memergoki Selena yang hanya mengaduk-aduk makanannya."Enak kok, kenapa?" jawab Selena, mencoba untuk tampak biasa."Lu dari tadi cuma diaduk-aduk aja, apa kurang suka?" Linggar melanjutkan dengan nada sedikit curiga."Gara-gara
Selena, Linggar, dan Deon beranjak dari kantin menuju gedung parkiran. Bangunan itu menjulang hingga lantai lima, memberikan pandangan luas ke sekitar kampus. Dari tempatnya berdiri, Selena bisa melihat dengan jelas pohon beringin tua yang berdiri angkuh di kejauhan. Dedaunan yang rimbun tampak bergetar diterpa angin malam, menambah kesan menyeramkan.Malam semakin larut, dan seiring itu, sosok-sosok tak kasat mata mulai bermunculan, seolah penasaran dengan keberadaan Selena, satu-satunya yang bisa melihat mereka.“Di sana?” tanya Selena pelan, matanya mengikuti arah tatapan sosok Rhea.Rhea mengangguk. “Hari itu… Hari Jumat. Seminggu lagi kami wisuda. Kami bertemu di apartemennya, dekat kampus ini…”(Kilas Balik Rhea Dimulai)Siang itu, di hari Jumat, Rhea datang ke apartemen pacarnya seperti biasa. Mereka selalu bertemu di sana, melakukan hal-hal yang mereka anggap sebagai bukti cinta.Namun, hari itu berbeda. Pacarnya tampak kesal. Permainan mereka tidak berjalan seperti yang diing
Selena dan Nicholas sedang membaca surat yang ditulis ayah mereka untuk mereka berdua, Selena menangis membacanya pun dengan Nicholas yang sangat sedih membaca isi surat dari ayahnya itu. Tak banyak yang ditulis, hanya saja ayah Nicholas ingin agar mereka berdua bisa saling menjaga dan memiliki.Dan ayah Nicholas juga menuliskan keinginannya, agar Selena dan Nicholas menikah sebelum ayah Nicholas pergi dari dunia ini. Dan saat mereka berdua sedang membaca surat itu sebuah sosok berdiri di hadapan mereka, adalah jiwa ayah Nicholas yang ternyata sudah keluar dari raganya."Papa.." Gumam Selena, Nicholas pun juga terkejut melihat ayahnya berdiri di depannya."Jangan nangis, nak.." Ujar ayah Nicholas."Kenapa papa gini, papa nggak mau nemenin kita di dunia ini?" Ujar Selena, dia menangis melihat sosok ayahnya yang kini berada diantara hidup dan mati."Papa sangat ingin menemani kalian, nak. Papa ingin melihat kalian hidup bahagia, menikah, dan punya anak. Papa sangat ingin menggendong cuc
Esok harinya..Selena tiba di kampusnya bersama Nicholas, Nicholas menyetir sendiri mobil miliknya untuk mengantar Selena, Nicholas juga merindukan kampus itu karena dulu dia menghabiskan tahun-tahunnya di sana."Aku turun ya bang.." Ujar Selena dan Nicholas mengangguk."Semangat ya kuliahnya, ntar abang jemput kamu lagi kalo udah kelar kelas." Ujar Nicholas sambil mengusap kepala Selena dan Selena mengangguk dengan senyum manisnya."Assalamu'alaikum." Ujar Selena, dan Nicholas menyahuti salamnya."Wa'alaikumussalam."Selena turun dari mobil dan berjalan masuk, Nicholas masih memperhatikan Selena sampai pandangannya teralihkan pada dua orang mahasiswa yang salah satunya menatap Selena dengan tatapan lain.Lain dalam artian seperti memiliki perasaan pada Selena, dan yang Nicholas lihat itu adalah Faaz yang sedang berdiri di sebelah Doni."Kenapa dia ngeliatin Selena kayak gitu? Jangan bilang udah banyak yang suka sama Selena-ku." Gumam Nicholas.Selena sudah hilang masuk kedalam dan Ni
Besoknya.. akhirnya ayah Nicholas berangkat ke Singapore dengan Dokter Jaya setelah Selena selesai kuliah. Selena mengantar ayahnya itu dengan senyuman, seperti yang dikatakan Nicholas bahwa dia harus terus tersenyum agar ayahnya tidak sedih juga."Jaga diri di rumah ya, nak." Ujar ayah Nicholas dan Selena mengangguk."Papa ati-ati, ntar kalo udah sampe disana papa kabarin Selena." Ujar Selena ayahnya mengangguk."Pasti dong.. ya udah, kamu pulang gih, papa mau masuk ke dalem." Ujar ayah Nicholas dan Selena mengangguk.Selena salim tangan lalu ayah Nicholas pun pergi dengan Dokter Jaya masuk ke dalam. Setelah ayah Nicholas masuk, barulah Selena meneteskan air matanya.'Ya Allah, dalam seumur hidupku, aku sangat beruntung karena bertemu dengan orang-orang yang baik. Dan aku sangat beruntung karena menjadi anak angkat dari papa yang sangat baik, aku mohon ya Allah.. semoga operasi papa berjalan lancar.' Batin Selena.'Semoga papa bisa cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasan
Selena sedang berada di dalam kamarnya dan dia sedang menangis sesenggukan sekarang setelah sholat Isya, dia masih terpikirkan dengan apa yang ayah Nicholas katakan tentang kondisinya."Hiks! Hiks! Ya Allah, gimana caranya ngomong sama abang." Gumam Selena.Ponselnya berdering dan itu panggilan video dari Nicholas. Tapi Selena bingung bagaimana dia harus menghadapi Nicholas, wajah sembab dan suaranya yang bindeng tentu akan mengundang pertanyaan dan kekhawatiran Nicholas.(Kilas Balik Selena Bermula)Sebelumnya Selena masih mematok di depan kaki ayah Nicholas, ia masih menunggu ayahnya itu jujur dan berterus terang padanya. Ayah Nicholas seolah terpojok, bahkan dia tidak tega melihat Selena yang terus duduk di bawah kakinya sambil sesekali menghapus air matanya.Akhirnya ayah Nicholas menghembuskan nafasnya dan tersenyum, lalu mencoba membangunkan Selena dari duduknya, tapi Selena tidak mau."Haihh.. memang susah menyembunyikan sesuatu dari kamu, hehehe.." Kekeh ayah Nicholas."Bangun
Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-
Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut
Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na
Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama
Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na