Share

CALON TUNANGAN (PALSU)
CALON TUNANGAN (PALSU)
Author: YUNA IZMAYA

BOS CEREWET

Author: YUNA IZMAYA
last update Last Updated: 2022-12-14 11:00:05

Pengkhianatan yang dilakukan Danish meninggalkan luka mendalam di hati Azzura. Ada ruang kosong, yang entah sampai kapan bisa sembuh tanpa harus meninggalkan bekas yang perih.

Apa boleh buat. Semua yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali. Azzura sadar, meski hatinya terluka begitu parah, ia harus terus melanjutkan hidup meski dengan luka dalam hati nya.

Hidup tetap berjalan, meski Danish telah menyakiti dan mengkhianati dirinya.

Masih segar dalam ingatan Azzura, pertemuan pertama dirinya dengan Danish di gedung dekat pojok asrama mahasiswa.

Dulu, mungkin Azzura sangat berterima kasih kepada Dena yang telah membuatnya bingung, karena salah memberi nomer asramanya.

Karena justru tanpa kebingungan dengan salah nomer itu, mungkin Danish dan Azzura tidak akan pernah bertemu dan berkenalan.

Hari sudah hampir menjelang sore saat Azzura benar-benar kebingungan tersasar dan salah alamat. Lalu, nasiblah yang menentukan hanya ada mereka berdua di ujung jalan itu, hingga mau tak mau, Azzura tak punya pilihan tempat bertanya selain Danish yang sedang berdiri di ujung jalan.

"Maaf, boleh minta tolong?" saat itu sedikit tidak yakin, gadis manis berlesung pipi itu memberanikan diri bertanya kepada Danish.

Wajah Danish yang terlihat sangat tenang, menyunggingkan senyum manis ke arah Azzura, seolah sedang ingin meyakinkan bahwa ia bukan orang jahat.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" jawab Danish sambil menatap Azzura lembut.

Begitulah. Pertemuan pertama Danish dan Azzura yang berlanjut hingga keduanya menjadi sepasang kekasih dan memutuskan untuk bertunangan dan menikah.

Empat tahun bukan waktu sebentar untuk menjalani sebuah hubungan.

Bahkan undangan pernikahan keduanya sudah tersebar hampir ke seluruh kerabat dan handai taulan.

Hingga satu minggu sebelum tanggal pernikahan.

Sungguh sangat tak disangka Azzura menerima rangkaian kalimat, pesan yang dikirim Danish. Sebuah kabar berita yang tak pernah Azzura duga.

"Maaf, Ra ... tapi sepertinya kita belum berjodoh, aku telah khilaf dan berbuat kesalahan yang sangat fatal. Dena sedang mengandung anakku. Padahal aku baru sekali melakukannya, maafkan aku, Ra. Aku harus bertanggung jawab pada Dena."

Deretan kalimat itu membuat Azzura bagai dihantam sebuah pukulan keras yang seketika membuatnya bagai terlempar ke dasar jurang.

Sungguh pengecut! Bahkan Danish tidak berani bicara langsung pada keluarga besar Azzura.

"Lucu. Sangat lucu! BARU SEKALI! Kau pikir ini ajang uji coba! Dasar laki-laki busuk!

Semudah itu kamu mempermainkan hati sekaligus mempermalukan keluargaku." Azzura membalas pesan Danish dengan sisa kesabarannya.

Kenangan manis bersama Azzura seolah langsung dihapus dari memori Danish.

Mungkin bagi Danish semua waktu yang telah mereka lalui bersama hanya sebuah kisah usang. Hanya sebuah kenangan yang dengan mudah dilupakan.

Hanya dalam jangka tak sampai satu bulan setelah Danish membatalkan acara pernikahan, Azzura menerima undangan pernikahan Danish dengan Dena.

Yang lebih lucu dan gila! Dena berani mengundang Azzura! Undangan berwarna emas yang sama persis dengan desain undangan yang Azzura pilih.

Entah dimana Dena menyimpan otak dan hati nuraninya.

♥️♥️♥️

"Azzura! Hei, hallo?"

Pak Aydan mengayun-ayun telapak tangan di depan wajah Azzura -asisten pribadinya- yang sedang melamun.

Buru-buru gadis cantik itu mengalihkan pandangannya dari layar komputer. "Oh, eh. Ya, Pak? Ada perlu apa, ya? Kopi, teh atau air mungkin?" imbuh Azzura buru-buru mengembalikan konsentrasi.

Sementara Pak Aydan -bosnya- sudah berdiri sembari berkacak pinggang, matanya setengah membulat.

"Aduh Ra! Kamu lagi kerja, lho! Tolong jangan ngelamun aja. Tuh, tuh ini masih belum jam pulang, kan. Ayo, semangat! Kamu dibayar pake duit perusahaan, lho!" Aydan menunjuk-nunjuk arloji di pergelangan tangannya lalu bertepuk-tepuk tangan, seolah sedang memberi semangat Azzura supaya tidak melanjutkan melamun.

Bibir Azzura mencibir. "Haduh, Pak. Iya deh, iya. Maaf, barusan saya keinget mantan saya."

"Mantan? Tumben nyebutnya sopan banget, biasanya manggil kampret." Aydan terkekeh, "mana berkas yang tadi saya suruh print?"

tangannya lalu terulur.

"Lagi sehat sayanya Pak, jadi berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sopan." Azzura menyerahkan lembaran kertas yang sudah selesai dia cetak sejak lima menit lalu, "nih, Pak. Gara-gara kelamaan nungguin ngeprint ini, saya jadi hanyut terbawa perasaan."

Aydan tertawa, "eh, ngapain jadi nyalahin berkas punya saya. Ini calon duit tahu," Aydan mengambil berkas dari tangan Azzura, "hanyut ... hanyut, memangnya kamu aliran sungai. Sana beli kopi, sekalian kamu juga. Eh, ya, beliin si Santi juga, Johan juga, Riko tuh tanyain sekalian." Titah Aydan sembari berjalan berlalu dari kubikel milik Azzura.

"Nggak sekalian beli-in buat satu divisi kita aja, Pak?" Azzura berdecak, pura-pura sebal.

Dari balik pintu ruang kerja, Aydan melongok, "boleh, boleh. Emang kamu bisa bawanya, Ra?"

"Pak! Please deh, saya nggak lagi pengen nambah dosa! Jangan bikin saya tambah marah, lho."

"He he he, iya deh, iya. Beli buat kamu sama saya aja. Sama Santi, deh. Biar dia nggak ngantuk."

"Nah. Gitu dong. Ya udah sana cepet dibaca itu berkas-berkasnya. Biar cepet cair, jadi duit! Jangan lupa, bonusnya lho, Pak."

Dari balik kubikel nya, Azzura bisa mendengar bos-nya itu tertawa kecil, "iya bawel, udah sana cepet, kopi ... kopi!"

♥️♥️♥️

Azzura Leana, usianya yang hampir mendekati bilangan 25 tahun. Usia rawan pertanyaan kapan menikah dan berbagai sindirian halus seputar pernikahan.

Sebelum-sebelumnya, keluarga Azzura tidak pernah menyinggung dan bertanya perihal pernikahan, tapi belakangan, entah kenapa, mamanya mulai sering menodongnya dengan pertanyaan, "kapan calon mantu Mama, mau kamu bawa ke rumah?" atau di lain waktu, "Ra, sebentar lagi kamu mau dua puluh lima tahun, lho. Masak masih nggak pengin nikah?" Dan senjata pamungkas yang sering diucap sang Mama, "Ra, kita nggak tahu umur manusia. Sebelum meninggal, Mama pengin gendong cucu dari kamu."

Huuft! Azzura menghela nafas.

Benar-benar hal yang sangat menguji kesabarannya.

♥️♥️♥️

Suara gemerincing lonceng pintu kafe berbunyi nyaring saat Azzura melangkah masuk ke dalam kafe.

"Siang Mba Azzura, mau pesan apa?"

Pelayan kafe kopi di lantai bawah menyapa ramah. Dia sudah hafal betul sosok Azzura.

"Biasa lah, bikin satu punya Pak Aydan sama satu punyaku, jangan lupa ekstra susu ya. Ehm, satu lagi, capucinno-nya buat Santi."

"Siap, bos-ku! Silakan duduk Mbak, nanti kalo udah beres saya kasih sinyal."

"Yaelah, Dim, kasih sinyal. Kamu pikir saya telepon." Azzura tertawa.

Setelah beberapa saat menunggu, Dimas -pelayan kafe kopi- memanggil nama Azzura, " atas nama Azzura, pesanannya sudah siap."

Azzura memasukkan kembali telepon seluler miliknya ke dalam saku blazer. Pesan singkat yang baru saja selesai dibacanya langsung membuat wajahnya berubah masam.

"Ra, nanti malam pulang ke rumah, ya. Ada Om Riko sama istrinya mau mampir, mumpung lagi di Indonesia. Awas ya kalo nggak pulang!"

Begitu isi pesan dari mamanya.

Azzura kesal bukan karena permintaan pulang mamanya, tapi lebih ke berita 'ada Om Riko dan istri' yang mau mampir ikut malam di rumahnya. Bukan apa-apa, Om Riko sih nggak masalah, adik sepupu mamanya itu baik dan tidak ada masalah dengannya.

Justru yang jadi letak permasalahan adalah, Tante Tania -istri Om Riko- tantenya itu punya mulut yang nggak difilter. Semua kalimatnya penuh dengan sindiran halus. Terlepas dari cara bicaranya yang pedas, sebetulnya dia baik.

Entah kenapa, hanya pada Azzura tantenya itu selalu bersikap nyinyir. Kalau kata mamanya, dia bersikap begitu karena usia anaknya tidak terpaut jauh dengan Azzura. Alias, dia senang membanding-bandingkan anaknya itu dengan Azzura.

"Ini Pak bos kopi favoritnya, silakan diminum selagi masih hangat." Azzura meletakkan kopi milik Aydan di ujung meja kerjanya.

Aydan hanya melirik sekilas, sambil tetap membaca lembaran berkas 'calon duit' dengan serius.

"Hemm, thanks Ra. Minum juga sana kopimu, ntar kalo dingin nggak bisa diangetin lho." Azzura hanya meringis mendengar jokes garing bosnya. Untung ganteng, untung juga dia bos-nya, coba kalau bukan. Azzura pasti sudah mengolok-olok leluconnya.

"Ra, mumpung saya inget, coba kamu survey ulang lokasi yang kemarin diminta sama klien dari Semarang. Takutnya ada yang lebih bagus, dari yang kemarin, biar nanti ada pilihan lain." Aydan menatap Azzura dari balik lembaran berkas, menyesap kopi miliknya sambil kembali melanjutkan membaca. Azzura hanya mengangguk cepat. Perintah bos harus langsung dilaksanakan.

♥️♥️♥️

Azzura melajukan mobil SUV miliknya menuju rumah dengan enggan. Jadwal pulang ke rumah sebetulnya hanya di akhir pekan. Ck! Kalau bukan karena undangan dadakan dia sebenarnya malas pulang.

Sejak tragedi batalnya pernikahan, ia memilih pindah. Dia memilih tinggal di lokasi yang tidak terlalu jauh dari kantornya.

Awalnya mama dan papa menolak, tapi berbekal alasan klasik, biar lebih hemat waktu, dekat ke tempat kerja, akhirnya mereka mengizinkan Azzura tinggal di tempat kost.

Bukan sekadar tempat kost biasa, Azzura menyewa apartemen milik temannya yang pindah ke luar kota karena ikut suaminya pindah tugas. Apartemen yang terbilang nyaman dengan harga teman, rezeki tentu tidak boleh ditolak.

Dua buah mobil lain sudah terparkir rapi di depan rumah orangtuanya. Azzura hafal, itu mobil milik dua kakaknya yang sudah lebih dulu datang.

Sebelum turun dari dalam mobil, Azzura merapikan pakaian dan rambut panjangnya. Memoles ulang lip tint yang senada dengan warna asli bibirnya yang memang sudah merah alami. Setelah dirasa cukup, ia menarik nafas dalam-dalam. Menyiapkan mentalnya agar tidak babak belur tidak karuan.

Dari arah ruang makan, Azzura yang baru saja masuk ke dalam rumah bisa mendengar denting piring beradu dengan sendok.

"Eeeeh, Zura! Kok baru dateng!" suara cempreng ciri khas Tante Tania langsung menyambut kedatangan Azzura.

Gadis itu hanya nyengir kuda, nggak mirip sama kuda sih, tapi tahu kan kuda kalo lagi nyengir kayak gimana? Kayak nahan kebelet gitu lho. Aiih, ini kenapa malah bahas kuda nyengir!

"Iya, Te, maklum macet." Azzura melirik mamanya yang berkedip memberinya kode.

"Ooh, macet. Kirain lembur, kamu kan workaholic. Kerjaan aja yang dipikirin sampai lupa wak--"

Dengan sopan gadis cantik itu memotong kalimat tantenya sebelum makin jauh ke mana-mana.

"Zura, ke belakang sebentar, Te. Mau ke kamar mandi dulu, nanti baru ikut makan."

"Iya sana, Ra. Ke kamar mandi dulu, baru duduk ikut makan." Mama buru-buru ikut menimpali.

Azzura melangkah masuk menuju kamar mandi yang ada di belakang.

Semangat, Ra! Ini baru pemanasan, ronde selanjutnya kuatkan mentalmu! Batin Azzura memberi semangat.

♥️♥️♥️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TIDAK SENGAJA

    Telepon seluler milik Aydan terus menerus berdering. Azzura, yang sedang tertidur dengan cemas berinisiatif untuk mengambil telepon itu.Dering telepon itu mau tak mau membangunkan Azzura. Dia terbangun Setelah beberapa saat. Sepertinya Aydan juga sudah tertidur. Diliriknya jam yang melingkar di tangannya. Hampir pukul setengah tiga pagi.Telepon seluler milik Aydan kembali berbunyi.Apa itu bunyi alarm pengingat waktu, ya? Azzura terlihat ragu. Bunyi dering dari telepon seluler Aydan terus terdengar. Azzura takut jika suara itu mengganggu tidur bossnya dan membuat nya terbangun dari tidur.Ragu-ragu Azzura berjalan menuju ke arah telepon seluler yang sedang diisi daya di atas meja di sebelah ranjang Aydan.Azzura mengulurkan tangannya nya hendak mencoba untuk mematikan bunyi alarm. Ternyata dugaannya keliru. Itu bukan bunyi alarm pengingat, tapi panggilan video masuk dari Mama Aydan! Azzura terlihat panik. Dan yang lebih gawatnya lagi, Azzura tidak sengaja menekan tombol jawab!"Hall

  • CALON TUNANGAN (PALSU)    GELISAH

    Aydan sudah menghabiskan bubur yang dibuat oleh Azzura. Awalnya Aydan agak sangsi untuk mencicip bubur di hadapannya itu, sepertinya dia sedikit tidak yakin kalau bubur buatan Azzura benar-benar aman untuk dikonsumsi."Ehm, ini beneran kamu yang bikin, Ra?" Aydan menatap mangkuk buburnya yang sudah kosong di atas meja. Ternyata bubur itu rasanya cukup enak.Azzura mengernyit, "maksudnya apa ya, Pak? Apa Pak Aydan pikir saya nggak bisa masak, ya? Jangan salah ya, Pak, masak itu salah satu passion saya, lho." Azzura mencebik.Aydan terbatuk-batuk, "yaa, itu ... saya minta maaf deh ... saya kira kamu itu bukan tipe cewek yang suka berurusan dengan dapur.""Memangnya tipe saya, tipe cewek yang bagaimana, Pak?"Aydan terkekeh, "sejauh saya perhatikan, kamu ini tipe yang suka-suka dan semau gue. Cuek banget dengan urusan penampilan. Jadi ... wajar kan, kalau saya mengira kamu nggak mungkin punya hobi masak.""Dih, nggak nyambung." Azzura mencebik sambil menatap wajah Aydan yang masih terlih

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   TERPAKSA MENGINAP

    Setelah berhasil mendapatkan izin untuk menggunakan dapur. Azzura segera bergegas untuk membuat makanan untuk bosnya yang sedang sakit.Azzura berjalan ke dapur milik Aydan. Setelah memeriksa isi kulkas dan memastikan bahan untuk membuat bubur tersedia. Azzura lalu Membuat Bubur yang Lembut. Supaya bosnya itu bisa makan dengan mudah.Untung saja, Azzura sudah sering membantu (baca, terpaksa membantu) mamanya masak, jadi dia tidak perlu khawatir, kalau hanya sekadar untuk memasak bubur saja.Aydan duduk bersandar di atas kasur dengan ponsel di tangan. Sepertinya sedang menunggu panggilan dari seseorang."Hari ini semestinya jadwal saya meeting di Bandung, Ra. Dan, mestinya ... malam ini harusnya saya berada di sana untuk menghadiri konferensi bisnis penting, ""Namanya juga sakit, masa iya mau memaksakan diri." Ucap Azzura sambil meletakkan mangkuk bubur di atas meja kecil yang ada di sebelah ranjang. "Pak Aydan pasti belum makan! Tadi siang saya sudah ingatkan bapak untuk makan sandw

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   PAK AYDAN KENAPA?

    Azzura terdiam sesaat begitu panggilan telepon dari Aydan terputus. Dia sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri. Antara menuruti rasa penasaran dirinya sendiri atau menolak permintaan tolong Aydan, yang nampaknya terdengar benar-benar seperti sedang kesakitan.Malam-malam begini, menyuruh datang ke apartemen saja sudah membuat dirinya ketar ketir. Apalagi ditambah disuruh langsung ke kamar mandi! Azzura menghentakkan kakinya. Setelah sekitar lima menit, berdebat dan berargumen seorang diri. Ia akhirnya memutuskan nekat, memberanikan diri untuk mencari Aydan, yang nampaknya ada di dalam kamar mandi.Dengan langkah kaki yang setengah takut-takut, Azzura mulai mencari sosok Aydan.What the! Azzura baru sadar, jika ruang di dalam unit penthouse milik Aydan ini ada banyak! Yang mana menyebabkan pintu di dalamnya juga ada banyak!Pintu pertama yang dia buka ternyata bukan pintu kamar mandi, tapi sebuah ruang tidur berukuran sedang. Tampak rapi, sepertinya belum terpakai. Azzura yakin, itu

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   APARTEMEN AYDAN

    "Kenapa Ra?" Donita mengernyit menatap Azzura yang terlihat gusar."Gue disuruh ke tempat Pak Aydan sekarang, Ta.""Mau ngapain dia?""Ya ... Mana gue tahu?" Azzura mengendikkan bahunya. Dia sendiri memang benar benar tidak tahu, kenapa juga Aydan mesti menyuruh dia datang ke apartemen, lebih tepatnya, penthouse-nya malam malam begini. "Paling juga mau bahas soal mamanya yang nelpon dia terus-terusan."Donita cuma bisa setuju dengan pendapat Azzura. "Ya udah, kita cabut aja sekarang. Urusan rahasia-rahasia an yang barusan elo cerita. Janji, nggak bakal bocor kemana mana!" Donita kembali menyakinkan Azzura."Thank ya Ta, udah mau nemenin gue dan dengerin semua cerita soal Pak Aydan.""Hmm, itu gunanya elo punya sahabat Ra."Kedua sahabat itu berpisah di tempat parkir. Mobil mereka berdua diparkir bersebelahan. Setelah keduanya naik ke dalam mobil. Mereka saling membunyikan klakson untuk berpamitan. Donita melaju ke arah yang berlawanan dengan mobil yang dikendarai oleh Azzura.Azzura m

  • CALON TUNANGAN (PALSU)   INI RAHASIA

    "Ini rahasia ya Ta, Lo jangan sampai ngebocorin ke siapapun!""Iya, iya Ra. Kan tadi udah janji ke elo, gue nggak akan jadi mulut ember. Tenang aja deh, Ra." Donita mengangkat dua jari tangannya, kembali berjanji. Dia memastikan bahwa semua yang sudah diceritakan oleh Azzura tidak akan bocor."Jadi ... kurang lebih seperti itu masalah besar yang sekarang ini sedang gue adepin Ta." Azzura menghela napasnya sesaat."Ck, sumpah Ra. Gue nggak nyangka bakal jadi kayak begini. Seandainya aja, waktu itu bukan elo yang nganter cincin lamaran Pak Aydan yang ketinggalan. Pasti sekarang nggak bakalan kayak begini nasib Lo."Donita ikut ikutan menghela napasnya. "kalo menurut gue nih ... kayaknya sih nggak ada masalah kalau pura-pura, kan cuma sementara, tapi justru masalah utamanya itu, kasihan nyokap sama bokap Lo, Ra ..."Benar yang dibilang Donita, justru saat ini malah masalah utamanya adalah bagaimana cara untuk menjelaskan bahwa semua ini hanya sebuah sandiwara.Rasanya pikiran Azzura sepe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status