Beranda / Rumah Tangga / CAP PELAKOR / Kedatangan Ardan

Share

Kedatangan Ardan

Penulis: Uci ekaputra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 04:39:05

Selang dua puluh menit Melisa sudah tiba di rumah, dia segera turun dari mobil. Melisa mengernyit heran ketika netranya melihat ada mobil yang nampak asing sedang parkir di halaman rumahnya.

Melisa buru-buru masuk ke dalam rumah untuk melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya. Dia pun membuka pintu setelah sampai di depannya.

"Assalamu'alaikum," salam Melisa sembari akan melangkah masuk ke dalam rumah.

"W*'alaikumsalam," jawab semua yang duduk di ruang tamu.

Melisa membulatkan mata melihat seseorang yang sedang duduk manis di hadapan sang ayah. "Dari mana dia tahu rumahku? Lalu ada kepentingan apa dia sampai datang ke rumahku?" batin Melisa.

Melisa mematung di depan pintu tak mengerti dengan situasi yang telah terjadi. Bahkan dia terhenti dari langkahnya saking terkejutnya.

"Baru pulang, Nak?" tanya Meta mendekat pada Melisa.

"Eh, iya, Bu," jawab Melisa tergeragap karena terkejut.

"Ayo duduk dulu, Mel. Nak Ardan sudah menunggu kamu pulang dari tadi," ajak Meta menggandeng tangan sang putri.

"Apa yang dimaksud Ibu? Kenapa pula Pak Ardan menungguku pulang?" batin Melisa. Banyak sekali pertanyaan yang ingin dia tanyakan, tapi dia malu jika bertanya langsung.

Ya, seseorang yang mengejutkan Melisa karena kedatangannya adalah Ardan. Dia tidak menyangka Ardan akan bertamu ke rumahnya saat ini. Padahal selama ini Ardan tidak pernah tahu alamat rumah Melisa.

Melisa dan Meta pun melangkah menuju kursi untuk duduk bersama. Di sana sudah ada Imran dan Ardan yang duduk sembari melihat kedatangan mereka.

Melisa pun duduk di samping sang ibu sementara sang ayah, berhadapan dengan Ardan. Melisa melirikkan matanya pada Ardan. Ardan tersenyum ketika padangan mereka tak sengaja bertemu. Seketika Melisa menundukkan kepala.

"Baiklah, Nak Ardan silahkan mulai berbicara karena Melisa sudah datang," ucap Imran kepada Ardan.

Melisa memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Ardan. Ada banyak hal yang ingin dia ketahui dengan maksud kedatangan Ardan ke rumahnya

"Terima kasih, Om. Maksud kedatangan saya kemari saya ingin mengkhitbah putri Om dan Tante. Jika diijinkan saya sangat berterima kasih sekali," ucap Ardan dengan jelas.

Melisa membulatkan mata mendengar ucapan Ardan. Dia tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu keluar dari bibir Ardan. Melisa juga tidak pernah membayangkan jika ada yang ingin kembali mengkhitbahnya setelah batalnya pernikahannya dengan Aris.

Padahal belum lama ini rencana pernikahannya batal karena cap pelakor yang tersemat pada dirinya. Lalu akankah ada jaminan pernikahannya akan berjalan mulus jika Ardan mengetahui kalau Melisa menjadi pelakor di masa lalunya?

Apakah Ardan bisa menerima Melisa apa adanya? Apakah dia bisa menerima Melisa yang tidak akan pernah bisa memberikan anak untuknya kelak? Berbagai macam pertanyaan hinggap di pikiran Melisa. Dia takut jika akan kecewa lagi.

Melisa benar-benar belum siap menghadapi kegagalan lagi. Padahal Melisa baru saja menemukan jalan kebahagiaan untuknya. Dia bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Bagaimana, Mel? Apakah kamu menerima niat baik, Nak Ardan?" tanya Imran antusias dengan raut wajah yang bahagia. Tentu Imran sangat senang jika Melisa mau menerima Ardan menjadi pendamping hidup putrinya itu. Apalagi setelah Aris tidak jadi menikah dengan Melisa.

Melisa tidak bisa mengabaikan raut bahagia yang terpancar dari wajah sang ayah. Sungguh dia ingin melihat ayah dan ibunya berbahagia tanpa memikirkan Melisa lagi. Tapi Melisa merasa belum bisa menerima Ardan begitu saja.

"Sebelumnya saya ingin berbicara dengan Pak Ardan, tolong Ayah dan Ibu berikan kami waktu untuk berbicara," pinta Melisa.

Ayah dan Ibu Melisa nampak bahagia mendengar Melisa mau menjawab pertanyaan sang ayah. Mereka sangat berharap Melisa juga mau menerima pinangan dari Ardan.

"Baiklah, Mel. Bu, ayo kita ke dalam sebentar, biarkan mereka berdua berbicara terlebih dahulu."

"Iya, Yah," jawab Meta.

Mereka pun bangkit dari duduknya dan melangkah bersama meninggalkan Melisa dan juga Ardan. Sejujurnya Melisa sedikit canggung berbicara berdua dengan Ardan, tapi Melisa harus menjelaskan kondisinya yang sebenarnya.

Lama mereka terdiam setelah kepergian orangtua Melisa, mereka sedang hanyut dalam pikiran masing-masing. Sementara Melisa masih berusaha merangkai kata, untuk menyampaikan kondisinya agar tidak membuat Ardan terlalu berharap padanya.

"Sebelumnya, saya ingin meminta maaf pada Pak Ardan. Saya tidak mungkin bisa menerima niat baik Pak Ardan. Banyak sekali kekurangan dalam diri saya yang tidak akan bisa menjadi pasangan yang sempurna untuk Pak Ardan." Melisa memulai pembicaraan.

"Anda tidak usah khawatir, saya tidak akan menuntut Ibu Melisa menjadi pasangan yang sempurna untuk saya. Cukup Ibu mau menerima saya, saya sudah sangat berterima kasih," jawab Ardan meyakinkan Melisa.

"Tapi, saya tidak bisa, Pak."

"Kenapa, Bu? Apa saya sudah terlalu terburu-buru?" tanya Ardan.

"Bukan, bukan itu, Pak. Hanya saya saja yang menjadi masalahnya," jawab Melisa sembari menggelengkan kepala.

"Jika masalahnya hanya status janda Ibu Melisa, saya tidak masalah dengan status tersebut," sahut Ardan masih mencoba meyakinkan Melisa.

"Bukan, Pak. Tapi sa-ya tidak akan pernah bisa memberikan Pak Ardan keturunan, saya bukan wanita sempurna, Pak. Saya bukan wanita yang sempurna untuk menjadi pendamping Bapak," lirih Melisa dengan air mata yang mulai menggenang.

Ardan membulatkan mata terkejut dengan kenyataan yang Melisa sampaikan. Melisa pikir sebentar lagi Ardan pasti akan memikirkan kembali niatnya untuk menjadikan Melisa pasangan hidupnya.

Apalah gunanya seorang wanita tanpa rahimnya, dia hanyalah bagaikan pajangan saja tanpa memberikan manfaat apapun.

"Saya tidak keberatan dengan kondisi Ibu Melisa seperti itu, saya tetap pada pendirian saya untuk mengkhitbah Ibu," pungkas Ardan.

"Tapi saya juga bukan wanita yang baik, Pak. Tolong pikirkan lagi niat Bapak," ucap Melisa masih tetap menolak Ardan.

"Baik buruknya seseorang bukan hak kita menilainya, Bu. Hanya Allah saja lah yang berhak menilai umat-Nya."

"Tapi aku telah menyakiti sesamaku, Pak! Aku telah menjadi duri dalam rumah tangga orang lain, aku mencintai suami dari seorang wanita yang begitu baik hati. Aku sudah menjadi perusak rumah tangga orang lain, apa Pak Ardan mau menikahi seorang pelakor sepertiku?" pekik Melisa dengan air mata yang mulai mengucur.

Ardan terperanjat, terkejut dengan pekikan Melisa. Melisa tak tau Ardan terkejut dengan pekikannya ataupun dengan fakta yang baru saja dia ungkapkan.

Mereka berdua diam begitu lama setelah Melisa mengungkapkan kebenaran yang sangat memalukan. Melisa hanya ingin tidak ada yang ditutupi dari Ardan yang mempunyai niat seperti itu padanya.

Melisa tidak mau Ardan kelak menyesal telah menjadikannya pasangan. Melisa merasa sudah cukup dengan batalnya pernikahannya dengan Aris, dia tidak mau merasakan lagi gagalnya pernikahan.

"Pikirkanlah dulu, Pak. Apakah Bapak siap menerima semua masa laluku yang begitu suram," ucap Melisa memecah keheningan.

Ardan hanya diam memandang Melisa dengan tatapan yang tidak dia mengerti. Tapi Melisa tahu, Ardan akan mundur dari niatnya itu.

"Kalau tidak ada lagi yang mau Bapak sampaikan, silahkan Bapak pulang dan pikirkanlah lagi semua ucapanku, Pak."

Melisa tidak bermaksud mengusir Ardan, dia hanya ingin segera beristirahat saja. Melisa sudah capek bertemu dengan Ratih tadi, kini malah ditambah dengan kedatangan Ardan yang bermaksud mengkhitbahnya.

Melisa ungguh pusing sekali, rasanya dia ingin segera merebahkan diri di kamar. Hari ini adalah hari yang sangat berat untuknya. Dalam satu hari ini saja sudah bisa menghancurkan semangat yang telah susah payah dia bangun kembali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CAP PELAKOR   Akhir

    "Maaf, saya tidak sengaja." Naya menunduk membantu seorang wanita yang sedang memungut barang belanjaannya yang berserakan."Tidak apa-apa, saya juga tidak melihat jalan dengan benar," sahut Dara, wanita yang ditabrak oleh Naya. Dia masih fokus mengumpulkan barang-barangnya yang jatuh.Setelah selesai mengumpulkan barang-barang tersebut, Naya menyerahkannya kepada Dara yang masih menunduk."Terima kasih banyak." Dara mendongak melihat Naya, netranya langsung membulat begitu melihat Naya lah yang ada di hadapannya. Bibir Dara seolah kelu, dari dulu dia ingin sekali bertemu dengan Naya, akhirnya setelah sekian lama, Dara diberi kesempatan untuk bertemu dengan Naya tanpa terduga-duga."Sama-sama," ucap Naya sembari tersenyum teduh. "Maaf, apakah ada yang terluka?" tanya Naya.Dara masih membeku, dia belum bisa berkata-kata karena terkejut melihat Naya. Dara masih mematung memandang Naya takjub."Maaf, apakah benar ada yang sakit? Kenapa Mbak diam saja?" tanya Naya lagi sembari menggoyang

  • CAP PELAKOR   Hilangnya Cap Pelakor

    "Hai, Mel. Apa kabarmu?" tanya Naya sembari tersenyum. Kemudian dia menunduk diam sejenak, kelopak matanya mulai mengembun, dirasakannya usapan lembut di punggungnya.Naya menoleh, melihat Alisa yang sudah beranjak remaja. Tidak terasa lima tahun berlalu begitu cepat sejak kepergian Melisa. Operasi pencangkokan jantung Alina berjalan dengan lancar, Alina sudah sehat kembali dengan jantung baru dari Melisa. Bahkan anak-anaknya sudah tumbuh dengan sehat.Naya dan juga keluarganya tidak bisa melupakan jasa Melisa, mereka rutin mengunjungi makam Melisa di setiap tanggal kepergiannya.Masih teringat dengan jelas betapa sedihnya mereka saat Melisa pergi untuk selamanya dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Alina. Sungguh jasa Melisa sangat berharga untuk semua orang, terlebih untuk Irham dan juga keluarganya.Bahkan Irham sempat menurunkan egonya untuk berterima kasih dan meminta maaf kepada Melisa, Naya yang menyaksikan adegan tersebut menangis terharu atas sikap Irham tersebut. Nay

  • CAP PELAKOR   Keputusan Irham

    "Apakah masih belum ada keputusan dari Bang Irham, Nay?" tanya Alan kepada Naya yang sedang bersiap untuk ke rumah sakit.Naya menggeleng lesu menanggapi pertanyaan sang suami. Abangnya itu sangat keras kepala. Padahal Melisa tidak punya waktu banyak, keadaannya sudah semakin memburuk. Jika Abangnya belum juga memberikan keputusan, Naya takut jika Melisa tidak bisa bertahan lagi dan Alina tidak mempunyai donor untuk jantungnya lagi.Sejak sadar pertama kali, Melisa sudah tidak pernah bangun lagi. Kehidupannya hanya bergantung pada alat-alat rumah sakit. Ardan masih ingin mempertahankan nyawa sang istri sampai Irham memberikan keputusannya.Ardan sudah rela jika sang istri memiliki keinginan untuk memberikan jantungnya pada Alina. Dia sudah ikhlas jika memang keinginan terakhir Melisa seperti itu."Kita tunggu saja, Nay. Mungkin Bang Irham masih bimbang," tambah Alan."Mau ditunggu sampai kapan, Mas? Bang Irham itu keras kepala, tidak tahu sampai kapan pikirannya itu akan berubah," sah

  • CAP PELAKOR   Kesedihan Ratih

    Ratih mengerjapkan matanya pelan, netranya bergerak ke sana kemari pelan. Memandang ruangan yang serba putih dengan aroma obat-obatan yang sangat kuat. Ratih melihat Dara yang tertidur dengan posisi membungkuk, tangan Ratih kaku ketika digerakkan untuk meraih Dara yang sedang tertidur di samping ranjangnya.Bibir Ratih bergerak tanpa suara memanggil Dara, tenggorokan Ratih terasa kering, dia ingin meminta minum pada Dara."Ra ... Da ... Ra," panggil Ratih dengan suara lirih.Dara tidak merespon panggilan Ratih, dia masih pulas tertidur. Dara kecapekan karena harus mondar mandir mengurus Ratih dan juga Hanan.Ratih pun menggerakkan tangannya dengan paksa untuk meraih Dara, walaupun tenaganya masih lemah, dia harus membangunkan Dara.Dara yang merasakan pergerakan Ratih akhirnya terbangun, "Ibu ... Ibu sudah bangun?" Dara segera bangkit dari duduknya dengan mata yang berbinar."Mi-num ...," lirih Ratih.Dara bergegas mengambilkan Ratih air putih dan membantu Ratih untuk meminumnya. Dara

  • CAP PELAKOR   Penolakan Irham

    "Apa? Apa maksudmu, Nay?" Irham meninggikan suaranya. Dia sedang berbicara dengan Naya di depan ruang rawat Alina."Bang, tolong jangan egois. Abang tahu sendiri kondisi Mbak Alina seperti apa. Sudah lama Mbak Alina belum juga menemukan donor untuk jantungnya, kini setelah ada yang mendonorkan jantungnya untuk Mbak Alina, kenapa Abang menolaknya mentah-mentah?"Naya sudah memberi tahu Irham tentang permintaan Melisa yang ingin mendonorkan jantungnya untuk Alina. Tetapi Irham terlihat menolak permintaan Melisa."Tapi kenapa harus jantung wanita pelakor itu, Nay? Kenapa tidak dari yang lain saja?" lirih Irham."Kita tidak punya pilihan lain, Bang. Jika saja kita masih mempunyai pilihan lain lagi, tentu Abang bisa memilih sesuka hati Abang," sahut Naya menatap sendu Irham."Aku tidak bisa, Nay. Aku tidak mau Alina memiliki bagian tubuh dari wanita itu. Aku tidak bisa menerimanya, hatiku tidak bisa, Nay." Irham masih bersikeras menolak.Naya menggelengkan kepala melihat sifat keras kepala

  • CAP PELAKOR   Tugas Melisa

    Tidak terasa sudah satu minggu semenjak Hanan meninggal, Melisa belum juga sadarkan diri. Ardan selalu berada di samping Melisa, dia tidak pernah meninggalkan Melisa barang sejenak.Naya juga mengunjungi Melisa setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Melisa walau hanya sebentar saja. Ardan dan juga Naya sudah tak lagi saling berkata tajam, mereka sudah saling bermaafan. Naya yang lebih dulu meminta maaf pada Ardan karena berbicara kasar padanya. Naya hanya ingin Ardan sadar tentang kesalahannya saja, dia tidak bermaksud melukai perasaan Ardan.Dan Ardan pun juga sebaliknya, dia juga meminta maaf atas perilaku tidak menyenangkan yang dilakukannya pada Naya.Hari ini Naya datang lagi menjenguk Melisa, tapi dia tidak sendirian. Alisa ikut bersama dengannya melihat kondisi Melisa. Naya pikir tidak mengapa jika Alisa ingin ikut dengannya, mungkin saja dengan kedatangan Alisa, Melisa bisa sadarkan diri.Naya sangat berharap Melisa bisa membuka matanya lagi. Dia ingin Meli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status