Share

Utang

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Kania dengan mata melebar. Akhirnya ada kata-kata yang bisa ia produksi setelah tertegun beberapa detik.

“Ini kantorku,” ujar Jupiter.

“Kamu kerja di sini?” tanya Kania dengan suara meninggi.

Ia baru saja diterima bekerja di tempat impiannya ini dan sekarang ia sudah menerima kabar buruk. Bekerja di tempat yang sama dengan pria ini adalah hal terakhir yang Kania inginkan di dunia ini.

Jupiter hendak mengoreksi kata-kata Kania, tetapi ia mengurungkan niatnya. Bukankah lebih baik jika Kania tidak tahu bahwa ini adalah perusahaan miliknya? Jupiter hanya tersenyum dan mengangguk, mengiyakan bahwa ia bekerja di kantor ini.

“Oh shit!” seru Kania dengan suara setengah berbisik.

Jika pria ini bocor mulut dan mengatakan pada orang lain bahwa dia telah tidur dengan Kania, nama baik Kania bisa hancur dan ia tidak mungkin bisa berkarir di sini. Semua orang mungkin akan mengira bahwa ia wanita murahan yang bisa dibeli siapa saja. Di saat yang sama elevator berdenting terbuka. Kania segera menarik lengan baju Jupiter dan membawanya keluar dari elevator dan mendorongnya ke pojokan. Ia menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada yang melihat mereka. Jupiter terkejut tetapi ia membiarkan Kania melakukannya.

“Apa-apaan sih kamu?” tanya Jupiter sambil melepaskan tangannya dari tangan kania dengan kasar, lalu merapikan jas mahalnya itu. Tidak ada seorangpun yang berani menyentuhnya seperti itu selama ini.

“Baju kamu bakalan aku balikin, tapi kamu nggak boleh bilang sama siapa-siapa tentang semalem, kalau enggak—" ujar Kania dengan suara berbisik.

“Kalau enggak kenapa? Kamu nggak bisa apa-apa, kan?” tanya Jupiter.

“Sialan! Pokoknya aku nggak mau ada yang tahu!” seru Kania dengan panik.

“Oh gini aja. Aku bakalan ngerahasiain semua ini, tapi ada syaratnya,” ujar Jupiter.

“Syarat? Syarat apaan?” Mata Kania melebar mendengar kata-kata Jupiter.

“Kamu harus bayar aku lima juta sebagai uang tutup mulut. Gimana?”

Tentu saja Jupiter tidak serius, ia hanya senang melihat wajah Kania yang panik. Menurutnya sangat lucu dan menghibur.

“Apa? Lima juta? Aku nggak punya uang sebanyak itu! Aku baru aja diterima kerja di sini, gajian masih lama! Kamu keterlaluan! Dasar bajingan!” seru Kania dengan marah sambil memukul-mukul tubuh Jupiter.

Dalam pikiran Kania, Jupiter mungkin ingin uang kembali setelah membayar pada ibu tirinya untuk tidur dengan Kania. Pria ini memang bajingan dan Kania nyaris tidak punya kata-kata yang tepat untuk memakinya.

Tentu saja anak buah Jupiter melihat dan hendak melerai, tetapi Jupiter memberi kode agar anak buahnya itu diam. Dengan mudah, Jupiter menangkap kedua tangan Kania agar wanita itu berhenti memukulinya.

“Lepasin!” seru Kania sambil menarik kedua tangannya keras-keras hingga genggaman Jupiter terlepas.

“Kalau kamu nggak mau bayar, aku pastiin besok seluruh kantor tahu soal malam itu,” ujar Jupiter sambil lagi-lagi membetulkan jas mahalnya.

“Sialan! Aku udah bilang nggak punya uang!” seru Kania.

Jika ini bukan di gedung kantor, Kania sangat tergoda untuk mendaratkan telapak tangannya dengan keras di wajah tampan itu.

“Oke kalau gitu. Gini aja, kamu makan malam sama aku malam ini, aku anggap itu seharga dua ratus ribu rupiah. Anggap cicilan pertama. Gimana?” tanya Jupiter sambil tersenyum miring.

“Sialan! Kamu pikir aku perempuan kayak gitu? Jangan harap!” seru Kania.

“Jangan GR! Aku kan bilang makan malam, bukan tidur bareng. Pikiran kamu tuh kemana-mana aja. Dasar mesum!” balas Jupiter.

Kania sangat kesal, tetapi ia tidak bisa membalas kata-kata Jupiter. Ia dalam kondisi panik dan terdesak sekarang. Semua rencananya bisa hancur berantakan jika pria ini bocor mulut dan mengatakan pada semua orang soal malam yang mereka lalui bersama.

“Anggap makan malamnya seharga satu juta,” ujar Kania.

“Apa? Satu juta? Mahal amat. Lima ratus ribu, deal!” jawab Jupiter sambil menyodorkan tangan kanannya ke arah Kania.

Kania mendengkus, tetapi ia tidak punya banyak pilihan. Ia menjabat tangan Jupiter tanda persetujuan. Lima juta dikurangi lima ratus ribu, Kania masih punya hutang cukup banyak. Namun setidaknya, Kania bisa membuat Jupiter tutup mulut sementara waktu.

“Malam ini, aku jemput?” tanya Jupiter lagi.

“Nggak perlu,” jawab Kania dengan ketus. Ia segera mengambil ponsel Jupiter yang sejak tadi berada di saku jasnya, membuat Jupiter ternganga dengan keberanian wanita itu.

Kania kemudian memasukkan nomor ponselnya sendiri ke dalam daftar kontak ponsel Jupiter, lalu menyerahkan ponsel itu kembali pada pria itu.

“Kirim aja lokasinya, kita ketemu di tempat,” ujar Kania.

Setelah mengatakan itu, Kania segera melenggang pergi meninggalkan Jupiter karena ia tidak ingin terlihat bersama pria itu. Jupiter membiarkan Kania pergi sambil tersenyum miring. Setidaknya, Kania tidak akan mungkin menolak makan malam dengannya hari ini. Entah apa yang membuat Jupiter tiba-tiba mengajak Kania makan malam dengannya. Membuat Kania berhutang juga tidak ada dalam rencananya sebelumnya. Namun, ia tersenyum puas.

Kania berjalan cepat ke halteu bus. Hari ini hari yang menyenangkan tetapi juga sangat gila. Kania tidak habis pikir bagaimana hidupnya serasa seperti sedang menaiki roller coaster dalam waktu yang sangat singkat. Sesaat ia terpuruk hingga nyaris bunuh diri, sesaat kemudian ia bagai diberi harapan surga, berikutnya ia bertemu dengan penunggu neraka. Menurut Kania, itulah perumpaan yang tepat. Pria bernama Piter itu seharusnya tidak ada di kantor idamannya. Ini benar-benar salah.

Ketika bus berhenti di halteu, Kania segera naik dan menghempaskan tubuhnya di salah satu kursi penumpang. Hari ini bus tidak terlalu penuh dan masih banyak tersisa kursi kosong. Kania mendengkus pelan sambil melihat keluar jendela bus. Di luar sudah mendung, sebentar lagi awan akan segera melebur dan jatuh menjadi titik-titik hujan. Kania berharap ia sudah sampai di kos sebelum itu terjadi.

Doa Kania terjawab, ia sudah sampai di kos ketika hujan turun dengan lebat. Setidaknya, ia tidak perlu kehujanan hari ini karena ia lupa membawa payung. Ketika ia baru saja merebahkan diri di atas kasur, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya, dari nomor yang tidak dikenal.

[Share Location. Jam tujuh tepat, ya. Kalo telat harganya nggak jadi lima ratus ribu.]

Begitulah isi pesan itu. Kania langsung tahu siapa pengirimnya.

“Bajingan!” seru Kania.

Baru saja Kania mengumpat, tiba-tiba ada pesan masuk lagi dari nomor yang sama.

[Jangan lupa save nomorku.]

Kania sudah tahu ia akan menyimpan nomor itu dengan nama apa. Kania menekan opsi simpan nomor kontak, lalu ia mengetik sebuah kata yang tertanam di benaknya soal pria bernama Piter itu, [Bajingan]. Kania kemudian menekan tombol ‘simpan’.

Kania sengaja membiarkan pesan itu tidak terbalas, hanya dibaca saja. Tanpa ia ketahui, Jupiter di ujung sana masih menatap layar ponselnya, menunggu jawaban yang tidak akan pernah datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status