Share

Kesalahan Terus Menerus

"Astaga, Mbak!" pekik Berlian.

Berlian berlari menghampiri perempuan yang terjatuh dari tangga itu. Untung saja ia bisa menahannya walau sepertinya kaki karyawati itu terkilir.

"Mbak, enggak apa-apa?" tanya Berlian.

"Heh, bodoh sekali kamu masih bertanya seperti itu? Aww … bantu aku bawa ke ruang kesehatan!" titah perempuan itu.

"Eh, iya."

"Aduh, gara-gara kamu kaki saya terkilir. Apa kamu enggak masang papan peringatan hah, awas saja setelah ini saya laporkan kamu ke HRD."

Keterkejutan Berlian hampir saja membuat perempuan itu jatuh kembali. Namun, ia kembali seimbang.

"Ada apa ini?"

Berlian menoleh dan langsung kaget melihat Jonatan dan dia asistennya berada di tangga darurat.

"Pak Jo, tolong saya. Dia ceroboh mengepel tidak memberikan papam peringatan."

"Bantu dia ke ruang kesehatan!" titah Jonathan.

"Baik, Pak."

Berlian bergeming melihat dua asisten Jonathan membopong wanita itu. Dalam hatinya begitu cemas jika ia kembali di keluarkan dari pekerjaannya karena secara langsung bertemu dengan Pak Jo.

Berlian semakin cemas, akibat keteledoran dan tidak fokus membuat ia lupa memasang papan peringatan padahal Bu Heni sudah memperingatinya.

"Kamu bagaimana sih, Lian. Aduh, pasti masalah besar ini. Untung saja lukanya enggak parah hanya terkilir," ujar Neni yang baru saja datang.

"Kamu tahu perbuatan kamu bisa membahayakan orang lainnya," ujar Jonathan.

Berlian tahu kesalahannya bisa berakibat fatal jika tidak cepat menahan perempuan itu. Sudah jelas dirinya akan di proses.

Bu Heni datang setelah di telepon asisten Jonathan.

"Bu Heni, tangani dia."

"Baik, Pak."

Sebelum keluar, Jonatan sempat melihat ke arah Berlian dengan tatapan meremehkan. Pria itu lalu membuang wajah dan Meninggal ruang kesehatan.

"Kamu itu lihat apa sih? Jangan-jangan kamu memperhatikan Pak Jo, iya?" tanya Bu Heni sinis.

"Eh, enggak Bu. Saya hanya mencemaskan kesalahan saya tadi. Mana berani saya memperhatikan Pak Jo."

"Hmm, bagus deh. Sadar diri kamu cuma karyawan bawahan yang bahkan enggak akan di lirik sama mereka yang di atas."

Berlian sadar dengan ucapan Bu Heni jika dirinya sejak dulu sampai sekarang memang tidak pantas untuk Jonathan. Bagaikan bumi dan langit, Berlian pun tak bisa menggapainya pria idamannya. Walau ada Cinta sang putri yang sangat mengharapkan kehadiran sang ayah.

Berlian tersadar dari lamunan saat ucapan Bu Heni kembali terdengar menyakitkan.

"Kamu tahu kesalahan kamu ini bisa bikin keluar peringatan pertama hah?" Bu Heni dengan emosi memarahi Berlian. "Bisa kerja enggak sih?"

"Saya minta maaf atas keteledoran saya." Berlian kembali meminta maaf.

Bu Heni kembali memastikan korban itu, lalu meminta Berlian menghadap HRD sekarang juga karena setiap kelalaian karyawan akan mendapat sanksi. Berlian pun bersama Bu Heni menuju ruang HRD.

Atas kesalahannya, Berlian di berikan surat peringatan pertama, akan tetapi jika ia melakukan kelalaian lagi, sanksi akan lebih berat.

"Bekerja itu harus fokus, masalah sepele saja kamu lupa. Ingat kamu bekerja di tempat seperti ini harus gesit dan jangan lelet." Bu Heni kembali memperingatkan.

"Baik Bu."

***

"Heh. Anterin kopi ke ruangan Pak Jo, tuh. Ngelamun aja dari tadi. Niat kerja nggak sih!?"

Dahi Berlian berkerut dan berpikir sejenak. "Kamu enggak akan meminta aku memberikan kopi ini buat Pak Jonathan kan?"

Nunung terlihat menarik napas, wanita dengan tubuh sedikit gempal itu memperhatikan Berlian.

"Tangan aku hanya dua, Deden sama yang lain sedang enggak di tempat. Sementara, banyak yang memesan kopi. Berlian kamu antar ke ruangan Pak Jonatan," pinta Nunung.

Hal yang sangat di takutkan oleh Berlian, tapi ia sama sekali tidak bisa menolak. Ia menarik napas untuk menangkan dirinya sendiri. Akan tetapi, ia kembali sulit mengendalikan perasaan tidak karuan saat ia harus kembali bertemu dengan Jonatan.

"Cepat, jangan diam saja. Nanti dingin kopinya, aku kena omel lagi. Apalagi kamu yang akan mengantar."

Berlian pun gegas membawa secangkir kopi ke ruangan CEO. Tubuhnya terasa kaku untuk melangkah. Keringat dingin mengucur meski berada di ruangan ber AC.

"Permisi, Pak," ucap Berlian.

"Masuk."

Berlian melangkah ragu sampai akhirnya ia masuk dan melihat sosok itu sedang sibuk dengan beberapa file. Bahkan mungkin tidak mengenali dirinya.

Berlian pun langsung cepat menaruh kopi, tapi tiba-tiba ia kaget dan menumpahkannya ke meja.

"Kamu bisa kerja tidak?"

Jonathan melihat Berlian yang ketakutan karena menumpahkan kopi di meja, untung saja tidak kena file penting. Berlian pun langsung cepat mengelap meja itu.

"Hei, sudah berapa kali kamu membuat kesalahan. Apa hidupmu selalu membuat masalah?" tanya Jonatan.

Berlian tidak berani menatap Jonatan. Bahkan menjawab pun tidak, ia hanya menunduk takut.

"Berlian, apa kamu punya telinga untuk mendengar dan mulut untuk menjawab?"

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Darma Azis
lanjut tour
goodnovel comment avatar
Yusuf Tafseer
Cinderella versi jaman Now selalu jadi ide cerita yang sejenis di setiap novel, karena banyak pembacanya.
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
kok lama² keswl juga sama orang² ini bisanya marah² aja dan menghina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status