Share

BAB 5

Author: Bluside
last update Last Updated: 2023-10-11 11:38:14

Disinilah aku berada saat ini, di dalam ruangan yang cukup besar. Di dalam sini terdapat satu meja kayu jati yang cukup panjang. Terdapat barang-barang milik ku yang sempat hilang beberapa menit yang lalu di atas meja jati itu.

Aku berjalan ke arah meja itu, kemudian duduk dengan perlahan. Kursi ini sangat rupanya sangat nyaman dari yang kukira. Jauh berbeda dengan kursi milikku yang sebelumnya. Mataku kembali melihat sekeliling ruangan yang di dominasi oleh warna coklat gelap ini.

Terdapat beberapa vas bunga yang di tata dengan sediam rupa di dalam ruangan ini. Sementara di belakangku terdapat sebuah rak buku yang di isi oleh map dengan berbagai macam warna. Semuanya di tata dengan sangat rapi.

Aku lalu mengambil benda yang terbuat dari plastik di atas meja ini. Dan beberapa detik kemudian kedua mataku membulat dengan sempurna, setelah membaca tulisan yang ada di papan nama itu.

'Keira Asher, Personal Secretary.'

Benar, namaku tertulis dengan jelas pada papan nama itu. Membuatku membaca bahkan mengeja namaku berulang-ulang kali.

Aku sungguh di landa kebingungan saat ini bahkan aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Semuanya terlalu tiba-tiba. Begitu banyak hal yang terjadi, hingga tidak dapat membuatku berpikir dengan baik.

Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku menangis di dalam toilet dan sekarang aku berakhir di dalam ruangan ini. Aku dapat memahami jika saja aku di pindahkan ke divisi yang lebih rendah karena telah membuat kesalahan besar saat rapat tadi. Tapi...

Sekertaris?

Are you kidding me?!

Aku bahkan sama sekali tidak paham apa yang membuatku bisa menjadi seorang sekretaris setelah di permalukan di ruang rapat tadi.

Pukk... Pukk... Pukk!

"Aku sedang tidak bermimpi rupanya," ucapku setelah menepuk-nepuk pipiku sebanyak tiga kali. Memastikan kalau aku sedang tidak bermimpi.

Sekarang aku tahu mengapa semua pandangan itu mengarahkan kepadaku, itu karena hal mengejutkan ini! Yang sama sekali tidak pernah diduga oleh siapapun, termasuk diriku sendiri.

Aku menyadarkan punggung di kursi ini, melihat ke arah langit-langit ruangan yang telah menjadi milikku. Lalu perlahan sebuah senyuman terukir pada wajahku. "Tapi, bukankah ini hal yang bagus?"

Setelah di pikir-pikir, bukankah kenaikan posisi ini merupakan hal yang bagus untukku? Sebab aku mendapatkan posisi yang sangat bagus juga penting di perusahaan ini. Terlebih lagi gaji yang ku dapatkan sudah pasti akan bertambah.

"YUHUUUUU!" aku berdiri dan melompat, lalu mengangkat kedua tanganku setinggi mungkin. "Ini adalah hari terbaikku!"

Aku membatalkan ucapanku yang sebelumnya. Karena kesedihan yang ku rasakan sebelumnya telah terkalahkan oleh rasa gembira yang ku rasakan saat ini.

Dan satu hal yang dapatku pelajari hari ini, yaitu kehidupan memanglah penuh dengan kejutan. Seperti yang ku alami saat ini.

"Astaga, aku harus bagaimana?! Aku sangat senang!" senyuman yang tidak dapat luntur dari wajahku. "Ooh! Terima kasih Dewi Fortuna!" ucapku kembali melompat-lompat kecil.

...

Beberapa pegawai berjalan melewatiku dan beberapa dari mereka melihatku dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan. Bahkan tak jarang ada yang berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.

Menggunjingku?

Mungkin saja, terlebih lagi kalian tentunya tahu apa yang telah terjadi padaku hari ini. Sudah pasti ada yang merasa iri ataupun tidak terima atas hal ini.

Itu karena di perusahaan ini, bukanlah hal yang mudah untuk naik ataupun merubah jabatan. Sebab mereka harus melewati beberapa tes yang bisa dikatakan cukup sulit, terlebih lagi Navier sendiri lah yang akan mengetes mereka.

Aku menggaruk belakang leherku dengan canggung. Ini yang pertama kalinya aku menjadi pusat perhatian juga merasa tidak nyaman. Akupun meletakkan kembali nampan yang telahku ambil sebelumnya dan berjalan pergi dari kantin perusahaan.

Yah, ini sudah waktunya untuk istirahat makan siang namun aku membatalkan niatku untuk makan di kantin perusahaan bersama pegawai yang lainnya. Selain merasa tidak nyaman, kali ini Yeeun juga tidak bersamaku.

Karena beberapa menit yang lalu aku mendapatkan pesan dari Yeeun, kalau dia harus pergi untuk mengambil beberapa data dari pabrik produksi. Dan tentunya aku tidak mungkin untuk melarangnya.

"Hah... tidak apa-apa, aku bisa makan saat pulang nanti," ucapku memegang perutku.

Aku berjalan pergi ke salah satu koridor yang paling sepi di antara koridor yang lainnya. Di ujung koridor itu terlihat sebuah mesin minuman yang memang sengaja di letakkan di setiap koridor. Juga terdapat tempat duduk di samping mesin minuman itu.

CLANG!

Aku memasukkan tanganku ke dalam mesin minuman itu, mengambil sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Oh! Aku kan hanya membeli satu."

Sepertinya sekali lagi Dewi Fortuna berpihak kepadaku. Aku pun mengambil dua kaleng soda itu dan duduk di kursi itu. Lalu meminum sekaleng soda yang baru saja ku beli. "Ah! Ini jauh lebih baik!"

Seorang diri di koridor ini memang jauh lebih baik. Tentunya ini bukan yang pertama kalinya aku datang kemari. Aku sering kemari untuk menenangkan diri, khususnya setelah mendapatkan kemarahan dari atasanku.

Siapa lagi kalau bukan, Navier!

Rasa kesal langsung kembali menyelimuti hatiku mengingat pria itu. "Ugh! Benar-benar psikopat gila!" kesalku sambil meremas kaleng soda milikku. "Ah, Alien. Yah... dia pasti alien gila!"

Aku sangat yakin ada yang salah dengan otak pria itu dan itu sudah pasti!

Coba saja kalian pikirkan baik-baik, manusia macam apa yang memiliki sifat yang tidak menentu dan seperti dia? Tidak ada, hanya dia seorang!

"Apa itu panggilan baru untukku?"

Aku membeku saat itu juga, dengan gerakan patah-patah aku menoleh ke samping. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pria yang baru saja ku bicarakan kini sudah berada di koridor ini.

Kedua kaki jenjang dengan sepatu pantofel hitam mengkilap itu berjalan ke arahku. Atau mungkin lebih tepatnya ke arah mesin minuman yang tepat berada di sampingku.

Aku langsung memalingkan wajahku, enggan untuk melihatnya. Apa kalian lupa dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku?! Aku akan bersikap seolah-olah dia tidak ada. Namun tidak lama kemudian aku mendengar suara tombol dari mesin meminum itu.

"Apa mesin ini rusak?" ucap pemilik suara serak itu. Aku meliriknya yang sedang menatap mesin minuman itu dengan keheranan.

Aku memejamkan mataku sejenak lalu menghela nafas. "Hah... Ini, anda bisa mengambilnya Tuan Walsh," tanganku terulur, memberikan sekaleng soda yang belumku buka kepadanya.

Tentunya dengan wajahku yang masih enggan untuk melihatnya. Bagiku saat ini tembok jauh lebih menarik daripada wajah atasanku itu.

Navier mengambil sekaleng soda itu dari tanganku. "Terima kasih."

'Ayo, cepatlah pergi dari sini,' batinku. Berharap dia segera pergi dan menghilang dari koridor ini.

Namun, aku merasakan kursi tempatku duduk sedikit bergoyang. Aku pun menoleh dan saat itulah aku melihat Navier duduk tempat di sampingku. Aku yang terkejut tentunya segera menjaga jarak darinya.

Pssshh!

Navier membuka sekaleng soda itu lalu meneguknya. Aku dapat melihat jakunnya yang bergerak setiap kali meneguk soda itu. Membuatnya seakan-akan sedang berakting di dalam sebuah iklan.

Dia menjauhkan kaleng soda itu dari bibirnya. Secepat mungkinku alihkan pandanganku. Bisa-bisa aku mati malu jika kedapatan sedang memperhatikannya.

Berulang-ulang kali aku mengumpat di dalam hati. Sepertinya Dewi Fortuna tidak lagi bersamaku saat ini, sebab orang yang sangat tidak inginku lihat dan temui saat berada sedang duduk dan berada di sampingku.

Sial!

Benar-benar sial!

Hanya keheningan yang menyelimuti di antara kami. Tidak satupun dari kami yang ingin berbicara, seolah-olah kami sedang berada di dunia masing-masing. Hingga...

"Kau suka dengan posisi barumu?" tanya Navier dengan tiba-tiba.

Aku terlonjak. Terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan kepadaku. "Kenapa anda bertanya?" ucapku dengan setengah hati.

"Karena aku yang memberikan posisi itu kepadamu," jawab Navier.

Kali ini ucapan Navier berhasil membuatku melihat ke arahnya. "A-Apa? Bukankah anda membenciku?"

Terkejut.

Aku benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja Navier katakan kepadaku beberapa detik yang lalu. Sebab sama sekali tidak pernah terlintas di pikiranku jika Navier akan membuatku menjadi sekertarisnya.

"Apakah aku pernah mengatakan kepadamu kalau aku membencimu Nyonya Keira?" Navier menoleh, menatapku dengan mata se-biru lautan miliknya.

Aku terdiam.

Aku tidak bisa mengatakan apapun.

"Well, Aku harap kau menyukainya," sambung Navier.

Jika sebelumnya aku enggan untuk menatapnya, kali ini aku menatapnya dengan kerutan di dahiku. "Anda benar-benar aneh."

"Aneh?"

"Yah, anda sangat aneh. Anda telah memarahi dan mempermalukanku saat rapat tadi. Tapi sekarang anda malah membuatku menjadi sekertaris anda."

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar di buat kebingungan dengan sifat seseorang yang begitu aneh. Aku bahkan sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikirannya yang menurutku sangat membingungkan.

Aku beranjak dari kursi itu kemudian berdiri di hadapan Navier. "Tapi, terima kasih atas posisi yang telah anda percayakan padaku. Aku pasti tidak akan mengecewakan anda Tuan Walsh."

Aku membungkukkan badanku, lalu melangkah pergi dari sana. Karena merasa sudah tidak ada lagi hal yang perlu di bicarakan di antara kami. Toh, aku juga telah menunjukkan rasa terima kasihku kepadanya. Seiring dengan langkah ku, aku pun menetapkan niat untuk menjaga jarak darinya. Namun baru beberapa langkah sebuah suara membuatku berhasil menghentikan langkahku.

"Tuan Navier!"

Aku terdiam sejenak, mendengar suara yang menggema di koridor. Perlahan aku menoleh ke belakang, melihat Navier yang masih berada di posisi yang sama. Tangan kanan nya memutar-mutar kaleng soda yang telah kosong itu.

Panggilan itu... gara-gara panggilan itu, dia membuatku di permalukan saat rapat tadi. Namun sekarang, mengapa dia kembali menyebutkan panggilan itu?

Amarahku yang sebelumnya telah menghilang perlahan kembali tersulut, hanya karena mendengar panggilan bodoh itu. "Ah, tenang saja aku tidak akan memanggil anda seperti itu lagi Tuan Wal--"

"Tidak, panggilan itu... only between you and me," potong Navier. Dia beranjak dari kursi itu dengan tangannya yang tidak lagi memainkan kaleng soda itu. "Itu hanya berlaku untukmu," ucap Navier menatapku dari ujung koridor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 39

    Semuanya telah kembali seperti semula, begitupun dengan Keira yang kembali melakukan tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Seperti sebelumnya, ia mengatur semua jadwal Navier untuk beberapa bulan kedepan yang jauh lebih padat dari beberapa bulan yang lalu, yang mana merupakan akibat dari hilangnya Navier secara tiba-tiba.Tidak, bukan hanya Navier saja Keira pun harus mengerjakan beberapa laporan yang sudah terbengkalai selama beberapa hari. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengerjakan semua hal tersebut karena sudah menjadi tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Namun ada yang aneh dan keanehan itu membuat Keira tidak dapat berkonsentrasi melakukan tugasnya.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… fokuskan dirimu Keira,” gumam Keira.Mata hazelnya perlahan melihat ke arah Navier hyang sedang duduk di seberang sana dari balik laptopnya. Ia memperhatikan kacamata yang bertengger pada hidung mancung itu, kedua mata biru di balik kacamata i

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 38

    Keira dan Navier saling menatap antar satu sama lain, kebingungan menyelimuti mereka melihat Yeeun saat ini yang sedang membungkukkan badan di hadapan Navier. Dan yang semakin membuat bingung hal tersebut ialah ucapan Yeeun beberapa detik yang lalu.“Nyonya Yeeun, tegakkan badan anda,” ucap Navier.Sesuai dengan ucapan Navier, Yeeun perlahan menegakkan badannya menjadi berdiri di hadapan Navier yang saat ini sedang menatapnya.“Yeeun, ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanya Yeeun sedikit merasa khawatir.Yeeun menatap Navier dan Keira secara bergantian, lalu menghela nafas. “Tuan Walsh, maafkan saya. Saya telah berbohong pada rekan-rekan kerja saya yang lainnya tentang anda dan Keira,” jelas Yeeun merasa tidak enak.Sudah ia katakan sebelumnya bukan? Kalau ia akan meminta maaf dan memberitahukan kepada Navier juga Keira atas kebohongan yang telah ia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini.“Apa yang telah anda katakan pada mereka?” tanya Navier

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 37

    Heboh.Hanya satu kata itu saja yang dapat menggambarkan situasi di dalam gedung pencakar langit itu saat ini. Terdengar berbagai macam pembicaraan yang membuat orang-orang di dalam sana menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Dan yang menjadi penyebab kehebohan mereka saat ini adalah atasan mereka bersama sang sekertaris pribadi.“Hey! Hey! Apa kau lihat mereka?!”“God! Bukankah mereka terlihat begitu dekat?!”“Kenapa mereka datang bersama?”“Apa mereka melakukan perjalanan bisnis bersama?!”Yeeun membalikkan badannya. Ia bahkan berusaha untuk menutupi wajahnya dari balik komputer miliknya, ingin rasanya ia menghilang dari kerumunan rekan-rekannya yang sedang membicarakan Keira dan Navier. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak ingin di serbu dengan berbagai macam pertanyaan oleh rekan-rekannya.Ia tahu kalau hari ini Keira dan Navier akan kembali masuk bekerja, namun ia sama sekali tidak tahu kalau keduanya akan datang bersama!Kacau, ini benar-benar kacau!Yeeun mengumpat dalam ha

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 36

    Hari telah berganti dengan sang surya yang kembali menyinari seluruh makhluk hidup di muka bumi. Hal itupun menjadi pertanda bagi manusia yang ada di bumi untuk kembali memulai hari dan aktivitas yang telah menunggu mereka. Begitupun dengan wanita dengan kemeja biru muda yang sedang melihat penatulan dirinya di depan cermin, ia sibuk mengatur rambut panjang selembut sutra miliknya.Ia sedikit berputar agar dapat melihat penampilannya secara keseluruhan, memastikan jika penampilannya telah sempurna. Dan sebagai sentuhan akhir ia memoleskan sebuah lipstick merah muda pada bibirnya. “Perfect!” senyum Keira.Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di pinggir ranjang itu. Kali ini ia akan menggunakan high heels hitam senada dengan tas yang akan ia gunakan untuk melengkapi penampilannya.Keira memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan cukup kencang. “Gosh… aku sangat gugup,” gumam Keira.Yah, ia merasa gugup saat ini. Bukan tanpa alasan, melainkan karen

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 35

    Navier berjalan menuruni tangga itu dengan membawa ponsel miliknya. Kedua kakinya berjalan menyusuri mansion miliknya melewati ruang makan, ruang tamu, hingga akhirnya ia berada di taman belakang. Kaki telanjangnya menginjak lantai pinggir kolom renang yang basah itu dengan hati-hati, ia tidak ingin terpeleset apalagi sampai jatuh karena dirinya pasti akan terlihat konyol jika itu terjadi.Mata birunya lalu melihat seorang wanita yang duduk di salah satu kursi tamannya, sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan taman pribadinya. Ia pun memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu lalu duduk di samping sang wanita.“Apakah indah?” tanya Navier.Keira menoleh cukup terkejut mendapati Navier yang sedang duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. “Sangat indah. Apa kau sendiri yang menanamnya?”Begitu banyak berbagai macam jenis bunga di taman ini yang di tanam dengan begitu rapi juga terawat dengan baik. Hampir seluruh bunga kesukaannya ada di taman ini, hal itu memb

  • CEO Galak Itu Kekasihku   BAB 34

    Mata hazel itu melihat setiap sisi kamar berukuran luas yang di dominasi oleh warna coklat itu, kamar itu bergaya klasik khas Eropa dengan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Matanya tak dapat berpaling sedikitpun dari setiap sisi kamar yang menurutnya sangat luar biasa itu. ia benar-benar seperti sedang berada di dalam kamar seorang ratu yang selama ini selalu ia lihat di dalam film yang ia tonton.Indah.Hanya itu satu-satunya kata yang dapat ia gunakan untuk mendeskripsikan kamar yang telah menjadi miliknya itu. Saat ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya namun ia tak tahu harus merasa senang atau tidak, mengingat kebenaran yang baru saja ia ketahui kemarin malam, saat itu dunianya benar-benar akan runtuh.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… sekarang tenangkan pikiranmu Keira,” gumamnya.Ia hanya ingin melupakan sejenak kebenaran memalukan yang baru ia ketahui setelah sekian lama. Sebentar saja, ia ingin menjernihkan pikirannya dan menikmati kamar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status