Home / Romansa / CEO Kejam yang Jatuh Cinta / Bab 5# Kolam Renang

Share

Bab 5# Kolam Renang

Author: Ayu novianti
last update Last Updated: 2024-08-22 21:50:56

“Mau atau tidak, seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai”

Keesokan paginya, Valerie bangun dengan perasaan lega. Tidurnya semalam sangat nyenyak. Padahal kemarin itu sangat melelahkan menurutnya. Meski dia tidak melakukan pekerjaan berat apapun. Entahlah.

Valerie mulai membersihkan dirinya. Dia menatap beberapa bingkisan yang entah sejak kapan ada disana. Padahal dia tidak merasa memiliki itu disana sebelumnya. Karena penasaran, Valerie berjalan untuk memeriksa apa isi bingkisan itu.

“Pakaian?”

Dia memeriksa semua bingkisan dan menemukan banyak pakaian di dalamnya. Melihat itu, Valerie baru teringat bahwa mereka memang membawa banyak barang malam itu. Saat Valerie akan menikah.

Mungkin dia akan merapikan pakaiannya nanti. Dia hanya akan merapikan alat riasnya saat ini. Untunglah dia sempat membawa tas tangannya yang berisi beberapa alat makeup.

Tak lama kemudian, dia sudah rapi dengan kemeja berlengan panjang sepaha. Dia sudah memeriksa semua pakaian tetapi tidak menemukan celana apapun disana. Semua hanya berisi dress.

“Pagi nyonya!” sapa bibi saat melihat Valerie yang baru saja turun dan menghampiri mereka di dapur untuk membuat sarapan.

“Panggil saja Valerie!” ucap Valerie. Dia tidak suka dipanggil seperti itu. Lagipula, dia hanya akan berada disana selama setahun. Tapi bukannya menjawab, mereka hanya tertawa mendengar perkataan Valerie barusan. Apa itu lucu? Sudahlah.

“Apa nyonya ingin sesuatu?” tanya bibi

Valerie menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak. Saya akan memasak. Mungkin akan perlu beberapa bantuan nanti.” jawab Valerie

Mereka mulai menyiapkan sarapan pagi ini. Meski tinggal sendiri bersama papa dan sudah lama sekali tidak menghabiskan waktu di dapur bersama mamanya, Valerie adalah orang yang sangat suka memasak. Dia sudah terbiasa melakukan banyak hal sendirian.

Beberapa jam kemudian, makanan sudah siap untuk dihindangkan. Valerie melepaskan pelindung di bajunya saat dia memasak tadi.

“Saya ke atas dulu bi. Makanannya tolong dibawa ke meja makan.” ujar Valerie dan mereka mengangguk. Valerie berjalan hendak menuju kamarnya, tetapi dia berhenti saat berpapasan dengan Sean di tangga.

Valerie menatap penampilan pria itu dari ujung rambut hingga ujung kepala. Kenapa pria itu sangat tampan? Bahkan ketika bersikap dingin dengan wajah datarpun, dia masih lebih jauh dari kata tampan.

“Apa yang terjadi denganmu?” tanya Sean yang menyadarkan Valerie dari lamunannya. Dia menggeleng sesaat sebelum menjawab.

“Aku kira, kamu mengambil cuti?” ujar Valerie.

Sean menatapnya sejenak dan mulai berbicara lagi. “Untuk apa mengambil cuti?” tanya Sean sembari menatap arloji ditangannya.

“Tentu saja karena kamu baru saja menikah. Atau bahkan tidak ada cuti untuk itu?” balas Valerie dengan wajah bingung yang tidak perlu dia sembunyikan

Sean menggelengkan kepalanya dengan santai. Mungkin dia bisa bersikap santai dan merasa biasa saja. Tapi tidak bagi Valerie.

Valerie menghela napas berat saking kesalnya. “Saya tahu kamu masa bodo. Tapi tolong bersikap dewasa sedikit. Apa kamu tidak berpikir tentang tanggapan teman-teman di kantor?” Atau setidaknya berpikir tentang perasaanku!

Ingin rasanya Valerie melanjutkan kata-katanya seperti itu. Tapi dia juga sadar. Dia bukan siapa-siapa dimata Sean.

“Tidak penting!” Sean membalas dengan nada datar tanpa ekspresi.

“Atau kau juga tidak punya teman di kantor?” tanya Valerie lagi yang membuat wajah Sean semakin datar didepannya.

Valerie hendak tertawa, tapi dia mencoba untuk bersikap datar di depan Sean. “Baiklah! Aku lupa jika aku tidak seharusnya menahanmu.” Dia mengira bahwa Sean akan membalas ucapannya.  Tapi Pria itu malah berjalan menjauh dan menuruni tangga.

“Oh astaga. Harusnya aku memang tidak berharap terlalu banyak pada pernikahan ini!” ucap Valerie yang langsung berbalik arah dan melanjutkan langkahnya menuju kamar

Mungkin Valerie tidak berniat berkata seperti itu agar Sean mendengarnya. Tapi tanpa disangka, Sean berhenti melangkah dan berdiri beberapa saat disana. Entah apa yang dia pikirkan. Dan setelahnya, dia sudah melakukan panggilan pada seseorang.

Valerie baru saja keluar dari kamarnya setelah dia menemukan ponsel miliknya. Dia menatap semua hidangan diatas meja yang sudah hampir penuh. Melihat itu, Valerie memanggil pelayan agar datang menemui dirinya.

Dia meminta agar bibi sarapan bersamanya di meja makan. Tapi mendengar jawaban bibi bahwa Sean tidak menyukai orang asing makan di meja makannya, membuat Valerie mengangguk paham.

“Tolong dibantu bi. Makanannya dibawa aja lagi ke meja yang ada di dapur!” ucap Valerie yang langsung diangguki oleh bibi

Sean menatap ke arah dapur dan menemukan Valerie yang sedang asik berbincang dengan para pelayan. Dia tidak makan di meja makan dan malah bergabung di dapur.

“Ah! Sepertinya aku harus membeli beberapa pakaian kantor. Atau mengambilnya dari rumah papa.”

Valerie melangkahkan kakinya menuju kamar setelah dia memikirkan itu. Awalnya dia ingin menambah cuti. Tapi sepertinya dua hari sudah cukup baginya. Saat Valerie hendak berbelok, dia malah bertemu dengan Sean.

“Kenapa tidak makan di meja makan?” tanya Sean. Valerie yang awalnya merasa kaget, mulai bersikap normal.

Dia menetralkan degub jantungnya lebih dulu. “Aku makan di meja makan barusan!” jawab Valerie. “Apa kau kembali dari kantor secepat itu?” ucap Valerie. Dia sendiri yang melihat Sean dengan setelan jas lengkapnya tadi. Tapi kenapa dia sudah mengganti pakaian dengan kemeja dan celana pendek?

Saat Valerie ingin berkata lagi, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi dan senyum cerah terbit begitu saja diwajahnya.

“Halo!”

Valerie mengangkat panggilan itu tanpa menatap Sean, dan langsung pergi begitu saja. Sean memandang kepergiannya dengan tatapan aneh. Ini pertama kalinya ada meninggalkan dia lebih dulu. Pria itu meremas tangannya kesal dan berjalan dengan cepat.

Siang ini, Valerie sudah membuat janji dengan temannya. Mereka akan pergi berbelanja. Sekedar menghabiskan waktu bersama. Saat Valerie turun untuk untuk memeriksa sesuatu di dapur, dia mendengar telepon rumah yang berbunyi.

“Kemana bibi?”

Dia berjalan mendekat dan mengangkat panggilan itu sebelum sempat pergi ke dapur. “Halo!” sapa Valerie pada orang diseberang telepon

“Baiklah! Aku akan mencarinya lebih dulu!” ucap Valerie dan panggilan itu terputus setelahnya. Valerie berjalan mencari keberadaan Sean tapi tidak menemukannya berada disana.

“Nyonya!” panggil bibi saat Valerie akan berjalan ke halaman belakang. “Apa nyonya mencari tuan?” tanya bibi

Valerie mendengus kesal setelah menemukan pria itu berada di kolam renang. Ketika ingin mendekat, ponselnya kembali berdering.

Dia berjalan kearah Sean dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. “Hei!” panggil Valerie pada Sean yang sedang asik berenang.

“Asistenmu menelpon barusan. Mungkin dia ingin mengatakan sesuatu!” lanjut Valerie tanpa menunggu jawaban dari Sean.

Dia akan berbalik tapi tatapan Sean seolah memintanya untuk mengambil sesuatu. “Handuk?” tanya Valerie memastikan dan Sean mengangguk.

Valerie berjalan kesamping kolam renang. “Baiklah. Aku akan menelponmu lagi jika sudah dalam perjalanan.” Ucap Valerie yang masih menelpon. Dia mengulurkan handuk itu pada Sean, tapi tangannya seperti ditarik dengan kuat.

“Ahh!”

Valerie berteriak sebelum dirinya diceburkan ke kolam. “Astaga. Apa yang kau lakukan?” teriak Valerie setelah dia memunculkan kepalanya di air. Pakaiannya sudah basah kuyup saat ini.

Sean menatapnya dengan pandangan datar tanpa minat. “Menyebalkan!” desis Valerie. Setelahnya, dia teringat akan ponselnya. Saat itu, sebuah benda terlihat samar di dekatnya. Dia menyelam kembali untuk mengambil ponsel miliknya. Tetapi mendapati ponsel itu sudah penuh dengan air kolam.

“Sean!” teriak Valerie kesal. Pria itu masih berdiri disana tanpa mengatakan apapun. “Kenapa kau sangat menyebalkan? Sialan!” Valerie mengumpat pada pria itu dengan terang-terangan.

Sean yang merasa kesal, menarik Valerie sebelum dia berhasil naik ke atas. “Mmpphh!” Valerie tidak bisa mengatakan apapun karena Sean yang langsung menciumnya tanpa membiarkan dia bernapas.

“Apa kau gi-“

Belum sempat Valerie berkata, Sean sudah kembali menciumnya. Kali ini ciuman itu terasa lebih ganas.

“Berhenti mengumpat. Atau kamu akan saya buat tidak berdaya!” bisik Sean tepat ditelinga Valerie. Dia mengira bahwa Sean akan berhenti sampai disitu. Tapi ternyata dia salah. Karena setelahnya, Sean menuju leher jenjang Valerie dan memberi sebuah tanda disana.

“Sean!”

“Tenanglah. Karena Mau atau tidak. Seseorang harus meneruskan semua yang sudah dia mulai!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 113- Adegan Intim

    Sean perlahan menindih Valerie, tubuh mereka berdekatan begitu erat, hingga mereka bisa merasakan setiap detak jantung yang saling berirama. Tatapan Sean seolah mengatakan sesuatu yang mendalam, seolah-olah dia telah menunggu momen ini selama bertahun-tahun.“Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Valerie meski dia sudah tahu maksud keinginan Sean.“Aku akan melakukan hal yang seharusnya aku lakukan sejak lama,” balas Sean.Sean menatap Valerie dengan lekat. Dia semakin mendekatkan wajahnya, dan kedua tangannya bahkan menahan lengan Valerie di samping kepalanya."Babe... aku tidak bisa menahan diri lagi," ucap Sean dengan suara yang berat, penuh dengan keinginan yang selama ini ia pendam. "Tolong, jangan hentikan aku kali ini."Valerie tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum lembut dan membelai wajah Sean dengan jemarinya. Sentuhan itu membuat Sean semakin tergoda. Dia mendekatkan wajahnya ke Valerie, dan dalam sekejap, bibir merek

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 112- Meminta Izin

    Setelah pulang kerja, Valerie segera menelpon Sean untuk berbicara tentang rencana kepergiannya besok. Suara Sean terdengar berat di ujung telepon, dan Valerie merasakan kerinduan pria itu yang semakin mendalam."Hey, babe. Kamu masih di London?" tanya Valerie sambil meregangkan tubuhnya setelah seharian bekerja."Iya, babe. Masih ada beberapa urusan di sini," balas Sean dengan nada yang terdengar lelah namun hangat. "Ada apa? Kamu sudah merindukanku?" lanjutnya dengan nada menggoda.Valerie tersipu, merasa pipinya sedikit memerah mendengar kata-kata Sean yang selalu berhasil membuatnya tersipu. "Iya, aku merindukanmu,” jawab Valerie yang selalu bisa membuat jantung Sean berdetak lebih cepat. “Tapi aku punya undangan pernikahan besok," kata Valerie lagi, mencoba terdengar lebih tenang.Sean tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Terdengar juga perubahan dalam nada suaranya. "Pernikahan? Kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga," ucap Sean dengan tegas, tan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 111- Berpisah Jarak

    Ketika Valerie berada di kantor menjelang makan siang, dia mendapat panggilan dari Sean. Ponselnya bergetar di atas meja, dan seketika nama suaminya muncul di layar. Valerie mengangkat panggilan itu dengan senyuman kecil di wajahnya."Hey, babe," sapanya.Di seberang sana, Sean terdengar sedikit lesu. “Babe, aku kangen,” ucap Sean.Wajah Sean yang muncul di layar itu memang terlihat lesu. Dia menyugar rambutnya sembari mengerucutkan bibir.Valerie tertawa melihat itu. Dia menjepit rambutnya yang sejak tadi tergerai. Dia bahkan membuka kancing kemejanya hingga dua kancing, dan itu membuat Sean semakin panas sendiri.“Babe..” panggil Sean. “Aku tahu kamu sengaja memancingku,” lanjut Sean.Sean menatap dengan serius, dan berbicara lagi, “Aku akan kembali besok,” kata Sean.“Baiklah, babe,” balas Valerie.Sebenarnya ketika menelpon Valerie, dia memiliki ide lain. Jadilah dia kembali melan

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 110- Luar Kota

    Keesokan paginya, Sean bangun lebih awal dari biasanya, siap berangkat ke London seperti yang ia katakan semalam. Suasana pagi itu terasa hangat, meski keduanya tahu bahwa Sean akan pergi untuk beberapa hari. Valerie, seperti biasa, sudah bangun dan sibuk mempersiapkan keperluan Sean. Ia memilihkan pakaian, menata dasi, dan memastikan segala kebutuhan suaminya terpenuhi.Sean memandangi Valerie dari belakang. Ada perasaan hangat di dalam hatinya, meski ada sedikit kecemasan juga. Tanpa berpikir panjang, Sean mendekati Valerie yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Sean langsung memeluk pinggang Valerie dari belakang, menariknya ke dalam pelukannya dengan erat.Valerie yang sedikit terkejut, berhenti sejenak dan menatap Sean lewat pantulan di cermin. "Ada apa?" tanyanya, suaranya lembut tapi terdengar sedikit penasaran.“Sepertinya kamu masih marah kepadaku, babe,” ucap Sean dengan nada manja, sementara ia mengeratkan pelukannya. Valerie

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 109- Di Bawah Langit Berbintang

    Malam itu, Putra dan Clara akhirnya bertemu di taman yang sama, meski awalnya Clara hendak mencari Valerie. Ketika Clara tengah berjalan, Putra tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan sebuah sapaan. “Hai!” sapa Putra dengan senyum di wajahnya.Clara yang mendengar sapaan itu terkejut. Dia langsung berusaha berbalik, namun Putra cepat menghentikannya. “Cla,” panggil Putra lagi dengan suara yang lebih lembut.Clara memutar tubuhnya kembali, terpaksa harus menatap Putra, lelaki yang sudah lama tidak dia temui. Putra tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya.“Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Putra dengan nada yang terdengar lebih akrab dari sebelumnya.Clara berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya jantungnya berdetak sangat cepat. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, namun dia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. "Yah, aku baik," jawab Clara dengan singkat.Putra menatap Clara

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 108- Bertemu

    Sean mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Valerie, "Aku akan menjemputmu sore ini, babe."Di sisi lain Valerie yang saat itu sedang memeriksa laporan di komputernya, lantas menatap layar ponselnya yang menampilan pesan dari Sean. Begitu membacanya, Valerie hanya diam saja. Dia juga tidak langsung membalas. Sean menggenggam ponselnya dengan erat, menunggu jawaban istrinya. Tetapi hingga beberapa menit kemudian, masih tidak ada balasan dari Valerie. Akhirnya karena tidak tahan lagi, Sean lantas menelponnya. Panggilan itu berdering hingga beberapa detik. Pada panggilan pertama itu, Valerie memilih mengabaikannya. Hingga panggilan yang kedua, Valerie masih diam saja. “Entah apa yang dia rencanakan sekarang,” ujar Valerie.Ketika ponselnya kembali berdering pada panggilan yang ketiga, Valerie langsung menjawabnya.Menyadari bahwa pesannya sudah dijawab, Sean lantas berbicara dengan terburu-buru. “Babe.. Apa kamu sedang d

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 107- Informasi Rinci

    Ketika hari menjelang subuh, Sean terjaga dengan pikiran yang masih mengganjal tentang Valerie dan Clara. Dia menatap layar ponselnya, kemudian mengetik pesan yang ditujukkan kepada Putra.“Carikan informasi teman istriku bernama Clara. Sedetail mungkin,” tulisnya, lalu mengirim pesan itu tanpa ragu.Sean kembali berbaring di samping Valerie, meskipun masih tidak bisa menutup matanya setelah berjam-jam.Ketika matahari mulai terbit, Valerie menggeliat pelan dan merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sean yang sedang menutup matanya.Valerie berbalik untuk menatap pria itu sejenak, lantas menghembuskan napas pelan. Dia menyingkirkan lengan Sean, dan hendak beranjak.Hanya saja saat itu, Sean ternyata tidak benar-benar terlelap. Dia menarik Valerie lebih dekat dalam pelukannya, dan meletakkan dagunya di bahu Valerie.“Selamat pagi, babe,” ucap Sean.Valerie mengusap rambut Sean

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 106- Gagal Bertemu

    Setelah membayar belanjaan, Valerie dan Clara mengantri untuk membayar di kasir. Antrian cukup panjang sore itu, membuat keduanya harus berdiri lebih lama dari yang diharapkan. Clara mencoba mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan. "Val, kamu yakin Putra tidak akan muncul tiba-tiba lagi?" tanya Clara dengan sedikit khawatir, mengingat pertemuan singkat mereka sebelumnya yang sudah cukup membuatnya gugup.Valerie tersenyum menenangkan, menepuk punggung Clara dengan lembut. "Jika dia datang, bukankah itu lebih baik?” ucap Valerie.Dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia sudah meminta Sean untuk datang bersama dengan Putra tadi. Semoga saja Sean benar mendengarkan permintaannya.Clara terdiam sejenak, dan tentu saja hatinya masih berdebar kencang. Sesaat setelah selesai membayar belanjaan, Valerie melihat Sean mendekat ke arah mereka, namun kali ini dia sendirian.“Babe..” panggil Sean sembari tersenyum dengan begitu tampan.Ha

  • CEO Kejam yang Jatuh Cinta   Bab 105- Hampir Bertemu

    Sore itu, jam menunjukkan hampir pukul empat, dan Valerie serta Clara memutuskan untuk pergi lebih awal dari kantor. Mereka berencana memeriksa penjualan produk mereka di sebuah supermarket, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Valerie membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali dia melirik ke arah Clara yang tampak terburu-buru, seolah ingin cepat keluar dari ruangannya."Kenapa tergesa-gesa? Tenang saja, supermarketnya tidak akan ke mana-mana," canda Valerie, menatap sahabatnya dengan senyum simpul.Clara tertawa kecil. "Aku cuma ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang. Rasanya aku butuh istirahat." balas Clara.Karena sebelumnya Valerie sudah membawa tas dan barang-barangnya ke ruangan Clara, jadilah dia tidak perlu lagi kembali ke ruangannya. Mereka berdua lantas keluar dari kantor, dan melangkah menuju mobil Valerie. Hanya saja di sela perjalanan mereka, Valerie baru teringat akan sesuatu. Dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status