Share

Kerja Haram

"Nah, sekarang buka hp, dan unduh aplikasi 'Butterfly' ini," Titah Kintan yang langsung diikuti oleh Grace.

Setelah berhasil terunduh, Grace mengisi beberapa data diri yang tidak terlalu privasi dan menentukan harga sewaan serta beberapa hal yang dibutuhkan.

"Terus gimana?"

"Nah, kamu tinggal foto pake baju-baju seksi dan liatin aset-aset kamu, sehingga orang bakal tertarik. Jangan lupa juga kalau kamu masih perawan, kamu harus kasih kisaran besar biar enggak rugi!" jelas Kintan.

Grace hanya mengangguk singkat.

"Kamu pasti belum punya baju seksi kan? Ayo ikut aku, biar aku bantu dandanin kamu!" 

"Ah, aku enggak bisa. Ibuku pasti lagi nunggu aku!" Kintan menghela nafas.

"Kamu bilang aja sama ibu, kalau kamu mau nginep di rumah aku semalem. Lagian, rumah kita kan deketan!" seru Kintan. 

Grace terlihat berpikir kembali.

"Udah pokoknya nurut aja sama aku! Kamu mau punya banyak duit kan?"

"Nah, kamu pilih mau pake baju apa?"

Kintan menunjukkan beberapa koleksi baju seksi yang ia punya namun Grace sangat tidak suka dengan semua bajunya.

"Apa enggak ada yang lebih tertutup?"

Kintan tertawa keras.

"Mana ada seorang kupu-kupu malam pake baju tertutup. Udah sekarang jangan malu-malu lagi, cepetan pilih. Ini demi hidup kamu dan ibu!" 

Grace langsung teringat pada ibunya. Benar, ibunya sedang berjuang melawan penyakit, ia harus membantu ibunya untuk berobat.

"Yang ini aja."

Kintan sedikit terkejut dengan pilihan Grace. 

Itu adalah baju termini yang ia punya. Mengekspos bagian punggung dan dada secara luas membuat Kintan makin semangat untuk mendandani.

"Okey! Serahin semuanya sama aku!"

Kintan pun mulai mendandani Grace dengan sangat sempurna. 

Grace yang bawaan kulitnya putih dan tubuhnya kecil namun berisi di bagian tertentu membuat kesan seksi dan menggoda pada dirinya sangat tinggi.

Kintan bangga pada dirinya sendiri karena telah mendandani manusia dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi. 

Ia memotret Grace beberapa kali untuk disimpan di album aplikasi 'Butterfly'nya Grace.

"Nah, sekarang tinggal nunggu ada orang yang mesen kamu," ucap Kintan, Grace mengangguk semangat.

Jujur, dada Grace berdetak cepat saat ini. Ia sangat gugup mengingat dirinya saja tidak pernah dekat dengan seorang pria terkecuali ayahnya. 

Bahkan ayahnya saja adalah salah satu alasan dirinya trauma untuk dekat dengan laki-laki.

Ting

Sebuah notifikasi masuk pada ponsel Grace membuat kedua wanita itu langsung mengalihkan pandangan ke ponsel Grace.

"Nah! Ada yang pesen kamu. Cepet sekarang berangkat sebelum dia batalin!" seru 

Kintan menyuruh Grace untuk segera bersiap.

Grace yang gugup mencoba menenangkan dirinya dan merapihkan bajunya lalu keluar bersama Kintan.

"Nih, pake jaket aku, hati-hati di jalan ya. Aku enggak bisa anter kamu lebih jauh lagi, nanti ada yang curiga." 

Grace mengangguk paham. 

"Makasih ya, Kintan."

"Enggak usah makasih, cepet pergi sebelum keliatan orang!" seru Kintan.

Grace mengangguk lalu segera pergi dari sana juga.

Grace berjalan agak jauh karena di dekat rumahnya tidak dilewati taksi. 

Ia bergegas menghentikan taksi begitu mobil taksi itu melewat ke arahnya. 

Grace segera masuk dan tanpa sadar ia bertemu dengan tetangga yang dekat dengan ibunya.

.

Grace tiba di sebuah mewah berbintang lima. Itu adalah pertama kali dalam hidupnya untuk menginjak tempat mewah seperti ini.

“Permisi, apakah anda tamu dari nomor kamar seratus tujuh belas?” tanya seorang lelaki yang datang menghampirinya. Grace sempat terkejut sedikit lalu mengangguk.

“I-iya, saya tamu kamar itu.” Jawab Grace setelah melihat nomor kamar dari ponselnya.

“Baik, kalau begitu mari saya antar.” Ucap sopan lelaki itu.

Grace hanya menunduk patuh lalu mengikuti pria itu. Ia berjalan cukup kaku karena melihat tubuh lelaki yang sedang bersamanya berukuran sangat besar.

Awalnya Grace kira ia adalah pelanggannya karena mengetahui kedatangannya dan nomor dari kamar yang dipesan pelanggannya. Namun begitu pelayan hotel itu membukakan pintu, Grace melihat seorang pria dengan ukuran badan yang cukup besar.

Grace sempat menyadari sesuatu bahwa lelaki di kota memiliki tubuh yang besar-besar. Namun yang membuatnya terkesan lagi, lelaki itu berwajah sangat rupawan. Dengan mata tegas dan bibir ranum membuat pria itu terkesan semakin eksotis.

Tak lama dari mengaguminya, Grace masuk ke dalam kamar itu dan berdiri didekat sofa.

Pria itu menggoyang-goyangkan gelas berisi wine. Ia menatap lekat gambar gadis yang berdiri di depannya.

“Selamat malam, Tuan.” Grace menyapa dengan gaya sensual, seperti yang Kintan ajarkan.

“Mendekatlah.”

Grace mendekat. Pria itu pun langsung menarik pinggang Grace. “Dengan nama apa aku harus memanggilmu?” tanyanya dengan napas panas yang menyentuh leher Grace.

“M-Monica, Tuan…” jawab Grace gugup karena jaraknya dengan Max yang sangat dekat.

“Baiklah, Monica. Kamu bisa memanggilku Max.”

Grace mencoba melakukan ajaran Kintan dengan bergelayut mesra pada Max. Ia mengalungkan tangannya dileher Max dan menjilat leher pria itu membuat Max tergoda sempurna.

"Sial, dia membuatku bergairah!"

Max langsung menarik wajah Grace dan menggulum bibirnya kasar.

Grace yang mendapat perlakuan itu sempat terkejut tak siap karena ini kali pertamanya ia melakukan hal itu. Ia tampak bergetar membuat Max menyadari akan hal itu.

"Ada apa ini, apa kau gugup?" tanya Max menatap Grace lekat.

Gadis itu menggeleng lalu menarik kepala Max untuk menggulumnya kembali. Max yang senang akan hal itu langsung melahap Grace dengan sesuka hatinya.

Max membawa Grace ke kasur membuat gadis itu semakin menegang dibuatnya. Ia melihat ekspresi Max yang terus tersenyum, itu membuat dirinya semakin ketakutan.

"Kenapa kamu bereskpresi seperti akan dijahati? Bukankah kau sendiri yang menjual dirimu diaplikasi itu?" tanya Max dengan suara seraknya.

Grace mencoba mengatur kegugupannya kembali. Ia bersikap seperti wanita kupu-kupu yang sebenarnya membuat Max merasa makin tergoda.

Mereka menghabiskan malam yang sangat panjang, Max tiada hentinya menghantam tubuh mungil Grace yang sudah kesakitan. Entah sudah berapa kali Grace berteriak kesakitan, Max tak juga memperdulikan itu. Teriakan Grace membuatnya lebih bergairah sehingga pria itu menghantam Grace lebih keras lagi.

Setelah semua itu berakhir, Max memberikan uang yang telah dijanjikan, lalu berbaring lemas dan tertidur disamping Grace yang masih telanjang.

Grace menerima uang itu dengan sedikit kecewa. Ini adalah uang yang hanya bisa dipakai untuk membayar hutang saja, belum untuk makan selanjutnya.

Gadis itu menghela nafas lalu ikut tertidur pulas disamping pria yang merenggut keperawanannya.

.

Pagi harinya, Grace terbangun dan tidak mendapati Max di sana.

Grace menghela nafas lalu beranjak dari kasurnya dengan kaki yang bergetar hebat. Ia harus menahan kesakitan itu untuk sementara waktu karena khawatir pada ibunya yang sudah lama menunggu dirinya.

Grace menatap nanar kearah kedua kakinya. Ia menangis terdiam menyadari kalau dirinya sudah melakukan pekerjaan haram yang ibunya larang.

“Bagaimana jika ibu tahu apa yang sudah aku lakukannya ya? Apakah ibu akan mengampuniku?”  batinnya kecewa sambil meremas ujung kasur.

Ia melihat ada beberapa baju wanita yang lebih tertutup di sofa sana. Ia sempat berpikir, baju siapa itu?

Karena Grace tidak mungkin memakai baju seksi milik Kintan, ia langsung memakai dress anggun itu lalu pergi dari kamar hotel dengan terburu-buru.

Grace pulang menggunakan ojek online karena berpikir itu akan lebih menghiburnya karena ia bisa merasakan sejuknya malam.

Setelah sampai di pemukimannya, ia melihat ada beberapa ibu-ibu yang sedang melakukan aktivitasnya karena kini malam segera berganti pagi.

Grace mendekati ibu-ibu yang tidak asing untuknya, itu adalah ibu Fina, pemilik rumah kontrakan yang ia tempati bersama ibunya.

"Bu, saya ingin membayar kontrakan ya. Oh ya, saya juga ingin nitip uang pada ibu, bilamana ada yang menanyakan uang mengenai hutang saya, tolong berikan uang itu pada mereka ya." Pinta Grace.

Fina yang mendengar itu sedikit senang karena akhirnya hutang yang gadis itu gali selama sebulan telah tertutupi.

"Baiklah, terima kasih banyak."

Fina langsung berlalu masuk ke dalam rumahnya membuat Grace sedikit tersentak. 

Tak biasanya ibu itu berperilaku cuek terhadap dirinya, tapi kini Grace merasa bahwa Fina tengah mengacuhkannya.

"Ah, mungkin cuman perasaanku karena aku lelah. Lebih baik aku segera pulang." Ucap Grace pada dirinya sendiri lalu bergegas pulang menuju rumahnya.

Ketika sampai di rumahnya, ia melihat pintu rumah yang tidak terkunci membuat dirinya amat sangat khawatir. 

Grace membuka pintu lebar-lebar dan membelakkan mata begitu melihat ibunya tengah berbaring lemah di lantai.

"Ibu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status