Share

CINDERELLA & CEO
CINDERELLA & CEO
Penulis: Wulanissa

AWAL BERTEMU

No matter how your heart is grieving, if you keep on believing, the dream that you wish will come true. - Cinderella

Mark membuka pintu ruangan seleksi untuk sekretaris baru, delapan kandidat berdiri di hadapan Mark. Tujuh kandidat terlihat sangat professional, lengkap dengan heels dan pakaian kantor sementara satu orang kandidat memakai pakaian casual dengan sepatu kets dekil. Hanya butuh satu menit untuk Mark menjatuhkan pilihan siapa yang akan jadi sekretaris barunya, Mark kemudian keluar lagi didampingi oleh HRD perusahaan.

Mark sudah menemukan siapa yang selanjutnya akan menjadi sekretaris baru. Mark masuk ke ruangannya dan duduk di kursi, Adi HRD kantor mengikutinya dari belakang. Mark terlihat berpikir keras, Mark duduk sambil menyatukan kedua jari manis. “Saya mau yang pakai sepatu kets!!” Mark berbicara dengan tegas. Adi terkejut, Adi tidak menduga bahwa pilihan yang Mark pilih justru kandidat pertama yang akan Adi eliminasi.

"Saya gak salah dengar Pak? kandidat yang pakai celana jeans dan sepatu kets dekil?" Adi memastikan pilihan Mark. Mark mengangguk "Iya, yang pakai sepatu kets dekil. Dari tujuh delapan kandidat bukannya cuma satu orang yang pakai sepatu kets?" Mark bertanya dan Adi mengangguk ragu. Adi gelagapan, Adi sudah membaca semua CV dari kedelapan kandidat dan cuma Merlin yang tidak punya basic sebagai sekretaris sebelumnya.

"Maaf Pak, tapi yang pakai sepatu kets sepertinya belum punya pengalaman menjadi sekretaris sebelumnya. Mungkin dia melamar hanya iseng atau coba-coba saja." Adi menjelasakan kepada Mark. Mark berdiri dari duduknya dan menatap ke luar ruangan “Saya tetap ingin yang pakai sepatu kets! Kalau belum berpengalaman dan dia masih mau melamar itu artinya dia siap belajar menjadi sekretaris, jadi kamu hanya perlu kerja keras sedikit untuk mengajari dia. Jadi saya ingin tetap dia."

Adi tidak bisa menolak permintaan Mark, dengan terpaksa Adi harus menerima Merlin di perusahaan dan meluangkan waktu untuk mengajari Merlin. Adi males sebenarnya mengajari karyawan yang dari nol, selain akan memakan waktu Adi juga tidak tahu daya belajar pegawai baru cepat atau lambat. Menerima Merlin sama saja dengan menambah beban pekerjaan Adi. Ada alasan yang paling adi benci, setelah mengajari dengan susah payah Adi harus menerima sekretaris baru resign. Jarang ada yang bertahan lama menjadi sekretaris dari Mark.

“Baik Pak, saya akan kontrak kerja kandidat yang bapak maksud. Tapi saya minta tolong, setelah saya nanti susah payah mengajari pegawai baru tolong banget diperlakukan dengan baik. Saya permisi Pak.” Adi keluar dari ruangan dan segera menuju ruangan seleksi untuk mengumumkan kandidat yang diterima kerja. Sepanjang perjalan menuju ruang seleksi Adi masih menggelengkan kepala, Adi masih belum bisa terima kalau yang Mark pilih adalah Merlin.

Mark Natama Ardian seorang CEO di perusahaan minyak dan gas merupakan pemimpin tunggal di PT Summer G, bisnisnya berkembang sangat pesat. Bahkan Mark sudah sering sekali muncul di majalah bisnis sebagai CEO termuda dengan prestasi yang gemilang. Mark memang saat ini masih sangat muda, di usianya yang ke 28 tahun, Mark sudah bisa mengembangkan bisnisnya bukan hanya di Indonesia saja tapi juga hampir ke seluruh dunia. Aktivitas Mark yang sangat banyak membuat Mark mudah sekali stress dan selalu melampiaskannya ke sekretaris.

Itu kenapa tidak pernah ada yang betah lama-lama menjadi sekretaris Mark. Hampir semua sekretarisnya selalu mengutuk Mark dan hanya kuat tiga bulan saja. Adi selalu jadi orang yang sibuk mencari sekretaris baru saat sekretaris yang baru saja di kontrak nangis minta resign. Adi khawatir kali ini Merlin juga akan bernasib sama. Merlin tidak akan sanggup bertahan lama, apalagi background Merlin bukan seorang sekretaris.

Adi masuk ke ruangan seleksi, terlihat Merlin sedang duduk dengan tujuh kandidat lainnya. Muka Merlin tertunduk, Merlin jelas sekali tidak percaya diri dan terus memainkan kakinya. Merlin sangat minder karena wawancara kali ini salah kostum dan bahkan salah lowongan pekerjaan. Merlin sudah pasrah dan ingin segera keluar dari ruangan seleksi. Berada di ruangan seleksi membuat Merlin susah bernafas.

Adi berdiri di depan delapan kandidat sekretarsi “Saya Adi, head HRD di perusahaan ini. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk mengikuti wawancara kerja di perusahaan kami. Untuk selanjutnya akan kami kabari melalui pesan via email. Jadi kalian bisa pulang, kecuali kandidat atas nama Merlin Valentine. Kamu jangan dulu pulang dan boleh ikut saya ke ruangan sebelah." Adi memberikan intruksi kepada Merlin.

Merlin langsung kaget dan melihat ke arah Adi dalam hati Merlin berucap, Yasalam kali ini apa lagi? Gue akan dibawa kemana? Apa iya gue bakal diceramahi dulu gara-gara gue ngelamar kerja kagak ada sopan santunnya. Tidak menghargai budaya perusahaan, lagian si gea!!! Gue emang butuh kerja tapi gue pengen kerja sesuai profesi gue!. Bukanya langsung berdiri Merlin masih duduk melamun.

Merlin mendapatkan info lowongan kerja dari Gea teman satu kampus yang lebih dulu kerja di perusahaan ini. Gea bilang lowongannya untuk posisi public relations lapangan, tapi ketika Merlin sampai di perusahaan posisi public relations ternyata sudah terisi. Gea memaksa Merlin untuk ikut seleksi calon sekretaris, Merlin tidak mengerti dan belum punya pengalaman tapi Gea mendorongnya masuk. Mau tidak mau Merlin harus mengikuti semua tahapan calon pegawai baru.

Merlin sudah sangat minder dari awal datang ke ruangan karena melihat pegawai lain yang sangat cantic-cantik, wangi dan juga terlihat sangat pintar. Sementara Merlin membawa tas gendong, memakai kaos hitam pendek yang membentuk tubuhnya, dikasih luaran blazer yang casual dan dilengkapi dengan celana jeans ketat juga sepatu converse berwarna putih yang sudah dekil. Merlin tidak menyiapkan banyak untuk wawancara kali ini. Hanya modal nekad yang Merlin yakinin saat ini. Seperti menguji keberuntungan diri.

Merlin masih sibuk menghentakan kakinya ke lantai sambil memasang mimik muka muram, pikirannya sejenak melayang bebas. Merlin rasanya sangat malu dan ingin cepat pulang, tapi malah dipanggil ke ruangan lain. Adi beranjak jalan tapi Adi masih melihat Merlin tidak beranjak untuk mengikuti dari belakang. Merlin masih asik dengan lamunan sendiri.

“Kandidat Merlin Valentine?!” Adi memanggil Merlin dengan lebih keras dan hampir semua orang bisa mendengar. Merlin langsung buyar dari lamunannya dan celingak celinguk mencari sumber suara, Merlin langsung melihat ke arah Adi. Adi melebarkan mata melihat dengan tajam ke arah Merlin kemudian mengangguk menyuruh untuk berdiri.

Merlin masih belum mengerti kode yang diberikan oleh Adi. Adi mulai kesal karena Merlin tidak peka. “kandidat Merlin, bisa ikut saya ke ruangan sebelah? ada yang harus saya bicarakan.” Merlin dengan sigap langsung beranjak dari duduknya dan berkemas memakai tas gendong. Merlin mendekat ke arah Adi dan siap mengikuti Adi. "Ikuti saya ya, jangan melamun." Merlin mengangguk pelan.

Merlin dan Adi saat ini sudah ada di ruangan yang lebih kecil, ruangan meeting personal yang bisa diisi oleh empat orang saja. Muka Merlin terlihat sangat tegang, Merlin tidak bisa mengendalikan diri. Bibir Merlin sangat kering dan jantung Merlin berdetak sangat kencang. Merlin dan Adi duduk berhadap-hadapan. Adi berkata dalam hati Apa sih yang Mark lihat dari nih bocah, serius bakal nambah pekerjaan gue deh nih. Adi mengeluh.

“Kapan kamu bisa mulai kerja? Besok? Kamu bisa mulai kerja besok?” Adi berbicara pada Merlin dan langsung pada intinya. Pupil mata Merlin membuka sangat lebar, Merlin tidak percaya dengan kalimat yang barusan didengar. “Maaf Pak, maksudnya saya keterima kerja sebagai sekretaris direksi?” Merlin bertanya dengan ragu, Merlin masih tidak yakin dengan apa yang Adi katakan.

Adi menganggukan kepala “Iya, atasan kami memilih kamu untuk jadi sekretaris dengan segala pertimbangan tentunya.” Adi meyakinkan Merlin. “Bapak sudah tahu kan kalau saya tidak ada pengalaman di bidang sekretaris?” Merlin mencoba jujur pada kemampuannya. “Ya saya tahu, tapi kamu bisa belajar dan kalau nanti ada yang tidak kamu mengerti dalam mengerjakan kerjaan kantor kamu bisa tanya saya." Adi menambah keyakinan Merlin.

"Sebelum bekerja saya akan beritahu kamu haq atau salary yang akan kamu dapat. Kamu akan dapat gaji bulanan sebesar 20 juta setiap bulannya, uang makan 200 ribu dihitung setiap kali kamu masuk kantor dan kamu juga akan dapat uang over time. Selain itu ada jaminan kesehatan asuransi, tunjangan kerja dan uang prestasi juga uang perjalanan kalau diperlukan pergi dinas bersama dengan atasan." Adi menjelaskan dengan singkat, sementara itu pupil mata Merlin melebar mendengar gaji yang ditawarkan.

Merlin tercengan dengan gaji dan fasilitas yang diberitahukan oleh Adi. Merlin menarik nafas dalam belajar, Merlin sangat suka kata belajar. Gaji yang ditawarkan oleh perusahaan ini lebih dari cukup untuk membiayai hidup keluarga di kampung, biaya sekolah adik dan biaya keseharian orang tuanya. Tidak ada salahnya jika Alisa mencoba menjadi sekretaris, iya Merlin pembelajar yang ulung. Merlin menarik nafas panjang “Besok kan hari Kamis Pak, kalau boleh saya ijin masuk kerja di hari Senin?”

“Hari jumat kamu ada kegiatan?” Adi bertanya kembali, Adi ingin secepatnya Merlin bisa bekerja di perusahaan. Adi sudah tidak sanggup menjadi pengganti sekretaris untuk Mark. Mark sangat manja dan sangat bergantung pada Adi. Adi ingin segera mengakhiri penderitaan dengan sesegera mungkin mempekerjakan sekretaris baru.

“Saya paling mau pamitan ke tempat kerja lama saya Pak. Jadi saya baru bisa masuk di hari Senin." Merlin baru saja mendapat pemutusan kerja sepihak melalui email, Merlin belum sempat berpamitan. Merlin ingin sekali berpamitan ke Kantor lama sebelum memulai bekerja di kantor baru.

“Baik kalau begitu, kamu mulai kerja hari jumat saja. Senang bisa bekerja sama dan semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik.” Adi berbicara sambil berdiri dan mengajak Merlin berjabat tangan. Merlin dengan ragu berdiri dan menyambut jabat tangan dari Adi. Adi terlihat sangat buru-buru. Merlin menjadi sungkan dan langsung mengajukan pertanyaan untuk mengakhiri pertemuan sekarang.

“Kalau begitu saya bisa pulang sekarang Pak?” Merlin berbicara dengan sungkan. Adi mempersilahkan Alisa untuk pulang “Ya silahkan. Oiya, kamu nanti ketika masuk kerja jangan pakai heels ya. Pakai sepatu kets atau sepatu yang tanpa hak. Terus nanti hari Senin kamu minta satpam antar ke ruangan saya. Saya nanti akan titip pesan di Satpam.” Merlin mengangguk pelan dan melihat ke arah sepatu yang dipakai.

Merlin keluar dari ruangan, rasanya Merlin ingin loncat girang. Walau awalnya Merlin merasa terjebak berada di perusahaan ini. Tapi tidak bisa dipungkiri Merlin sangat bahagia, Merlin punya harapan yang sangat besar untuk merubah nasib dan mengangkat derajar orang tuanya. Merlin ingin segera mengabari Gea, keluar dari ruangan Merlin langsung memberikan kabar pada Gea.

“Ge!!!! Gue diterima di perusahaan ini, kita satu kantor sekarang.” Setelah memberi kabar pada Gea. Merlin langsung pergi keluar dari gedung, setelah keluar dari gedung Merlin menatap gedung dari luar yang jaraknya tidak jauh. Gedung dengan 22 lantai dan sangat megah, Merlin masih tidak menyangka bisa bekerja ditempat seperti ini. Lebih tidak menyangka lagi Merlin bekerja sebagai sekretaris direksi!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status