No matter how your heart is grieving, if you keep on believing, the dream that you wish will come true. - Cinderella
Mark membuka pintu ruangan seleksi untuk sekretaris baru, delapan kandidat berdiri di hadapan Mark. Tujuh kandidat terlihat sangat professional, lengkap dengan heels dan pakaian kantor sementara satu orang kandidat memakai pakaian casual dengan sepatu kets dekil. Hanya butuh satu menit untuk Mark menjatuhkan pilihan siapa yang akan jadi sekretaris barunya, Mark kemudian keluar lagi didampingi oleh HRD perusahaan.
Mark sudah menemukan siapa yang selanjutnya akan menjadi sekretaris baru. Mark masuk ke ruangannya dan duduk di kursi, Adi HRD kantor mengikutinya dari belakang. Mark terlihat berpikir keras, Mark duduk sambil menyatukan kedua jari manis. “Saya mau yang pakai sepatu kets!!” Mark berbicara dengan tegas. Adi terkejut, Adi tidak menduga bahwa pilihan yang Mark pilih justru kandidat pertama yang akan Adi eliminasi.
"Saya gak salah dengar Pak? kandidat yang pakai celana jeans dan sepatu kets dekil?" Adi memastikan pilihan Mark. Mark mengangguk "Iya, yang pakai sepatu kets dekil. Dari tujuh delapan kandidat bukannya cuma satu orang yang pakai sepatu kets?" Mark bertanya dan Adi mengangguk ragu. Adi gelagapan, Adi sudah membaca semua CV dari kedelapan kandidat dan cuma Merlin yang tidak punya basic sebagai sekretaris sebelumnya.
"Maaf Pak, tapi yang pakai sepatu kets sepertinya belum punya pengalaman menjadi sekretaris sebelumnya. Mungkin dia melamar hanya iseng atau coba-coba saja." Adi menjelasakan kepada Mark. Mark berdiri dari duduknya dan menatap ke luar ruangan “Saya tetap ingin yang pakai sepatu kets! Kalau belum berpengalaman dan dia masih mau melamar itu artinya dia siap belajar menjadi sekretaris, jadi kamu hanya perlu kerja keras sedikit untuk mengajari dia. Jadi saya ingin tetap dia."
Adi tidak bisa menolak permintaan Mark, dengan terpaksa Adi harus menerima Merlin di perusahaan dan meluangkan waktu untuk mengajari Merlin. Adi males sebenarnya mengajari karyawan yang dari nol, selain akan memakan waktu Adi juga tidak tahu daya belajar pegawai baru cepat atau lambat. Menerima Merlin sama saja dengan menambah beban pekerjaan Adi. Ada alasan yang paling adi benci, setelah mengajari dengan susah payah Adi harus menerima sekretaris baru resign. Jarang ada yang bertahan lama menjadi sekretaris dari Mark.
“Baik Pak, saya akan kontrak kerja kandidat yang bapak maksud. Tapi saya minta tolong, setelah saya nanti susah payah mengajari pegawai baru tolong banget diperlakukan dengan baik. Saya permisi Pak.” Adi keluar dari ruangan dan segera menuju ruangan seleksi untuk mengumumkan kandidat yang diterima kerja. Sepanjang perjalan menuju ruang seleksi Adi masih menggelengkan kepala, Adi masih belum bisa terima kalau yang Mark pilih adalah Merlin.
Mark Natama Ardian seorang CEO di perusahaan minyak dan gas merupakan pemimpin tunggal di PT Summer G, bisnisnya berkembang sangat pesat. Bahkan Mark sudah sering sekali muncul di majalah bisnis sebagai CEO termuda dengan prestasi yang gemilang. Mark memang saat ini masih sangat muda, di usianya yang ke 28 tahun, Mark sudah bisa mengembangkan bisnisnya bukan hanya di Indonesia saja tapi juga hampir ke seluruh dunia. Aktivitas Mark yang sangat banyak membuat Mark mudah sekali stress dan selalu melampiaskannya ke sekretaris.
Itu kenapa tidak pernah ada yang betah lama-lama menjadi sekretaris Mark. Hampir semua sekretarisnya selalu mengutuk Mark dan hanya kuat tiga bulan saja. Adi selalu jadi orang yang sibuk mencari sekretaris baru saat sekretaris yang baru saja di kontrak nangis minta resign. Adi khawatir kali ini Merlin juga akan bernasib sama. Merlin tidak akan sanggup bertahan lama, apalagi background Merlin bukan seorang sekretaris.
Adi masuk ke ruangan seleksi, terlihat Merlin sedang duduk dengan tujuh kandidat lainnya. Muka Merlin tertunduk, Merlin jelas sekali tidak percaya diri dan terus memainkan kakinya. Merlin sangat minder karena wawancara kali ini salah kostum dan bahkan salah lowongan pekerjaan. Merlin sudah pasrah dan ingin segera keluar dari ruangan seleksi. Berada di ruangan seleksi membuat Merlin susah bernafas.
Adi berdiri di depan delapan kandidat sekretarsi “Saya Adi, head HRD di perusahaan ini. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk mengikuti wawancara kerja di perusahaan kami. Untuk selanjutnya akan kami kabari melalui pesan via email. Jadi kalian bisa pulang, kecuali kandidat atas nama Merlin Valentine. Kamu jangan dulu pulang dan boleh ikut saya ke ruangan sebelah." Adi memberikan intruksi kepada Merlin.
Merlin langsung kaget dan melihat ke arah Adi dalam hati Merlin berucap, Yasalam kali ini apa lagi? Gue akan dibawa kemana? Apa iya gue bakal diceramahi dulu gara-gara gue ngelamar kerja kagak ada sopan santunnya. Tidak menghargai budaya perusahaan, lagian si gea!!! Gue emang butuh kerja tapi gue pengen kerja sesuai profesi gue!. Bukanya langsung berdiri Merlin masih duduk melamun.
Merlin mendapatkan info lowongan kerja dari Gea teman satu kampus yang lebih dulu kerja di perusahaan ini. Gea bilang lowongannya untuk posisi public relations lapangan, tapi ketika Merlin sampai di perusahaan posisi public relations ternyata sudah terisi. Gea memaksa Merlin untuk ikut seleksi calon sekretaris, Merlin tidak mengerti dan belum punya pengalaman tapi Gea mendorongnya masuk. Mau tidak mau Merlin harus mengikuti semua tahapan calon pegawai baru.
Merlin sudah sangat minder dari awal datang ke ruangan karena melihat pegawai lain yang sangat cantic-cantik, wangi dan juga terlihat sangat pintar. Sementara Merlin membawa tas gendong, memakai kaos hitam pendek yang membentuk tubuhnya, dikasih luaran blazer yang casual dan dilengkapi dengan celana jeans ketat juga sepatu converse berwarna putih yang sudah dekil. Merlin tidak menyiapkan banyak untuk wawancara kali ini. Hanya modal nekad yang Merlin yakinin saat ini. Seperti menguji keberuntungan diri.
Merlin masih sibuk menghentakan kakinya ke lantai sambil memasang mimik muka muram, pikirannya sejenak melayang bebas. Merlin rasanya sangat malu dan ingin cepat pulang, tapi malah dipanggil ke ruangan lain. Adi beranjak jalan tapi Adi masih melihat Merlin tidak beranjak untuk mengikuti dari belakang. Merlin masih asik dengan lamunan sendiri.
“Kandidat Merlin Valentine?!” Adi memanggil Merlin dengan lebih keras dan hampir semua orang bisa mendengar. Merlin langsung buyar dari lamunannya dan celingak celinguk mencari sumber suara, Merlin langsung melihat ke arah Adi. Adi melebarkan mata melihat dengan tajam ke arah Merlin kemudian mengangguk menyuruh untuk berdiri.
Merlin masih belum mengerti kode yang diberikan oleh Adi. Adi mulai kesal karena Merlin tidak peka. “kandidat Merlin, bisa ikut saya ke ruangan sebelah? ada yang harus saya bicarakan.” Merlin dengan sigap langsung beranjak dari duduknya dan berkemas memakai tas gendong. Merlin mendekat ke arah Adi dan siap mengikuti Adi. "Ikuti saya ya, jangan melamun." Merlin mengangguk pelan.
Merlin dan Adi saat ini sudah ada di ruangan yang lebih kecil, ruangan meeting personal yang bisa diisi oleh empat orang saja. Muka Merlin terlihat sangat tegang, Merlin tidak bisa mengendalikan diri. Bibir Merlin sangat kering dan jantung Merlin berdetak sangat kencang. Merlin dan Adi duduk berhadap-hadapan. Adi berkata dalam hati Apa sih yang Mark lihat dari nih bocah, serius bakal nambah pekerjaan gue deh nih. Adi mengeluh.
“Kapan kamu bisa mulai kerja? Besok? Kamu bisa mulai kerja besok?” Adi berbicara pada Merlin dan langsung pada intinya. Pupil mata Merlin membuka sangat lebar, Merlin tidak percaya dengan kalimat yang barusan didengar. “Maaf Pak, maksudnya saya keterima kerja sebagai sekretaris direksi?” Merlin bertanya dengan ragu, Merlin masih tidak yakin dengan apa yang Adi katakan.
Adi menganggukan kepala “Iya, atasan kami memilih kamu untuk jadi sekretaris dengan segala pertimbangan tentunya.” Adi meyakinkan Merlin. “Bapak sudah tahu kan kalau saya tidak ada pengalaman di bidang sekretaris?” Merlin mencoba jujur pada kemampuannya. “Ya saya tahu, tapi kamu bisa belajar dan kalau nanti ada yang tidak kamu mengerti dalam mengerjakan kerjaan kantor kamu bisa tanya saya." Adi menambah keyakinan Merlin.
"Sebelum bekerja saya akan beritahu kamu haq atau salary yang akan kamu dapat. Kamu akan dapat gaji bulanan sebesar 20 juta setiap bulannya, uang makan 200 ribu dihitung setiap kali kamu masuk kantor dan kamu juga akan dapat uang over time. Selain itu ada jaminan kesehatan asuransi, tunjangan kerja dan uang prestasi juga uang perjalanan kalau diperlukan pergi dinas bersama dengan atasan." Adi menjelaskan dengan singkat, sementara itu pupil mata Merlin melebar mendengar gaji yang ditawarkan.
Merlin tercengan dengan gaji dan fasilitas yang diberitahukan oleh Adi. Merlin menarik nafas dalam belajar, Merlin sangat suka kata belajar. Gaji yang ditawarkan oleh perusahaan ini lebih dari cukup untuk membiayai hidup keluarga di kampung, biaya sekolah adik dan biaya keseharian orang tuanya. Tidak ada salahnya jika Alisa mencoba menjadi sekretaris, iya Merlin pembelajar yang ulung. Merlin menarik nafas panjang “Besok kan hari Kamis Pak, kalau boleh saya ijin masuk kerja di hari Senin?”
“Hari jumat kamu ada kegiatan?” Adi bertanya kembali, Adi ingin secepatnya Merlin bisa bekerja di perusahaan. Adi sudah tidak sanggup menjadi pengganti sekretaris untuk Mark. Mark sangat manja dan sangat bergantung pada Adi. Adi ingin segera mengakhiri penderitaan dengan sesegera mungkin mempekerjakan sekretaris baru.
“Saya paling mau pamitan ke tempat kerja lama saya Pak. Jadi saya baru bisa masuk di hari Senin." Merlin baru saja mendapat pemutusan kerja sepihak melalui email, Merlin belum sempat berpamitan. Merlin ingin sekali berpamitan ke Kantor lama sebelum memulai bekerja di kantor baru.
“Baik kalau begitu, kamu mulai kerja hari jumat saja. Senang bisa bekerja sama dan semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik.” Adi berbicara sambil berdiri dan mengajak Merlin berjabat tangan. Merlin dengan ragu berdiri dan menyambut jabat tangan dari Adi. Adi terlihat sangat buru-buru. Merlin menjadi sungkan dan langsung mengajukan pertanyaan untuk mengakhiri pertemuan sekarang.
“Kalau begitu saya bisa pulang sekarang Pak?” Merlin berbicara dengan sungkan. Adi mempersilahkan Alisa untuk pulang “Ya silahkan. Oiya, kamu nanti ketika masuk kerja jangan pakai heels ya. Pakai sepatu kets atau sepatu yang tanpa hak. Terus nanti hari Senin kamu minta satpam antar ke ruangan saya. Saya nanti akan titip pesan di Satpam.” Merlin mengangguk pelan dan melihat ke arah sepatu yang dipakai.
Merlin keluar dari ruangan, rasanya Merlin ingin loncat girang. Walau awalnya Merlin merasa terjebak berada di perusahaan ini. Tapi tidak bisa dipungkiri Merlin sangat bahagia, Merlin punya harapan yang sangat besar untuk merubah nasib dan mengangkat derajar orang tuanya. Merlin ingin segera mengabari Gea, keluar dari ruangan Merlin langsung memberikan kabar pada Gea.
“Ge!!!! Gue diterima di perusahaan ini, kita satu kantor sekarang.” Setelah memberi kabar pada Gea. Merlin langsung pergi keluar dari gedung, setelah keluar dari gedung Merlin menatap gedung dari luar yang jaraknya tidak jauh. Gedung dengan 22 lantai dan sangat megah, Merlin masih tidak menyangka bisa bekerja ditempat seperti ini. Lebih tidak menyangka lagi Merlin bekerja sebagai sekretaris direksi!
Gue baru saja membuka mata dan melihat ke arah jam dinding yang sengaja gue simpan di depan tempat tidur. Gue punya alasan kenapa jam dinding dengan ukuran sangat besar ada dihadapan gue banget ketika bangun, karena gue ingin sekali mendisiplinkan hidup gue. Waktu buat gue adalah money dan disiplin dalam segala hal tentu saja wajib. Sejak kecil gue terbiasa hidup sendiri, jauh dari orang tua, tidak punya sahabat kecuali si Adi brengsek yang sebentar lagi pasti sudah mengetuk pintu.Meski gue tidak punya banyak teman, jauh dari orang tua tapi gue bersyukur karena gue ada asisten rumah tangga yang sudah gue anggap seperti emak gue sendiri. Yups, namanya Mak Nie. Gue sudah tinggal cukup lama dengan Mak Nie, Mak Nie harta yang paling berharga yang orang tua titipkan ketika orang tue gue memilih untuk tinggal di USA. Gue juga punya adik perempuan Catrine yang saat ini juga memilih tinggal di USA tapi sangat bawel, hampir setiap hari menelpon dan menyuruh gue cari
POV MerlinSabtu pagi ini gue bangun tidur dengan perasaan bahagia. Sumpah gak nyangka banget kalau bakal diterima kerja di Summer. Perusahaan yang bahkan gak ada di list target melamar kerja. Gue tahu diri sih otak gue gak begitu cerdas dan Bahasa Inggris gue juga acak-acakan. Tapi karena sekarang gue sudah diterima kerja jadi sekretaris direksi jadi mau gak mau gue harus mulai belajar Bahasa Inggris. Rencananya kalau gue udah dapet gaji, gue akan sisihkan gaji gue untuk invest pengembangan diri gue.Gue pengen sukses di Jakarta dan bisa membanggakan Ibu dan Bapak di kampung. Jadwal gue hari ini pengen rebahan aja sih, menikmati waktu luang sebelum gue masuk kerja. Gue masih enggan bangun dari tempat tidur gue. Baru kali ini gue bangun tidur merasa bangun di Hotel padahal gue bangun di kost an sepetak dan gak ada AC nya. Di Jakarta kalau gue harus kost di tempat yang ada AC nya bisa
Hari pertama kerja selalu jadi hari yang paling menegangkan. Memasuki dunia baru, beradaptasi dengan lingkungan baru dan menerima tugas baru. Selain itu menjadi objek baru yang akan dibicarakan orang satu kantor.Akhirnya hari Senin datang juga. Merlin sudah bangun dari jam empat subuh. Merlin sangat gugup sekaligus bahagia dan antusias. Merlin tidak mau memikirkan hal-hal jelek. Merlin intinya akan bekerja dengan sepenuh hati meskipun menjadi seorang sekretaris bukan keahliannya.Merlin sudah bangun dari tidur tapi masih berbaring ditempat tidur. Gue harus pakai baju apa ya? Duh, gue gak punya baju resmi dan sepatu teplek gue cuma da satu warna hitam dan udeh dekil juga. Masa iya gue ngantor sebagai sekretaris tapi pakai baju mau liputan ke lapangan. Gimana ya? Gue harus pakai baju apa ya? Gue juga gak punya duit untuk beli baju baru.Merlin bergumam dalam hati sambil berpikir. Tidak banyak baju yang Merlin bawa da
Aku lebih memilih menjadi single flower. Menjadi bunga yang mekar sendiri itu jauh lebih cantik ketimbang menjadi bunga bergerombol. Single flower punya kesan mahal dan elegan ketimbang saat digabung dengan bunga lain dalam rangkaian bouquet. Ada banyak yang tentunya Marlin tidak tahu di perusahaan ini. Salah satunya adalah kebiasaan karyawan disini. Jika di tempat bekerja Marlin dulu, karyawan lebih seru dan selalu menghabiskan waktu bersama di kantor baru Marlin ruangan antar Karyawan saja dibuat dengan penuh privasi. Marlin berjalan dengan cepat mengikuti langkah Adi. Ini gue mau diajak kemana sih? Pagi-pagi gue udah berkeringan, kantor nya gede banget pula. Bisa-bisa gue nyasar di kantor ini, lagian kalaupun dikenalin satu persatu sama karyawan disini, kayanya gue gak akan inget deh. Banyak banget gila. Marlin berseru dalam hati sambil mengikuti langkah Adi. “Kamu jangan heran ya kalau ritme kerja di kantor ini
Satu hal yang harus diwaspadai ketika mulai bekerja di perusahaan baru. Yaitu harus bisa membedakan mana lawan dan mana kawan. Keduanya kadang sulit dibedakan, banyak lawan yang berselimut kebaikan dan banyak kawan yang menampilkan sikap apa adanya.Elsa, Lila dan Finda tahu bahwa hari ini ada sekretaris utama yang baru. Elsa, Lila dan Finda menempelkan kuping ke arah ruangan Marlin berharap bisa mendengar percakapan Marlin dan Adi. “Gue lega banget udah ada gantinya tuh sekretaris utama, kalau belum ada gantinya kita terus yang harus menghadap masuk ke kandang tyrex.” Elsa mulai berbicara.“Yah, paling yang sekarang juga gak jauh beda sama yang udah-udah. Kayanya cuma tahan tiga bulan aja habis itu cabut deh.” Lila menjawab apa yang Elsa katakan. “Gak masalah meski cuma tiga bulan, setidaknya selama tiga bulan kita bertiga bisa bernafas lega dan hanya fokus ke kerjaan kantor gak harus ikut campur urusan pribadi b
Ada saja yang bisa mendekatkan aku dan kamu, jalannya bisa lewat kesengajaan atau tidak disengaja. Apapun itu jalannya yang penting aku bisa membekas dihati kamu dan begitupun kamu dihati aku. semoga!Ketiga asisten Merlin sudah menempati posisi kerjanya masing-masing, dan mengerjakan tugas yang sudah diamanahkan dari bosnya, Mark. Namun, ada hal yang mengusik ulu hati Merlin, astaga kenapa ulu hati dibawa-bawa segala Mer.Duh gue harus gimana ya pas nanti menghadap Pak Mark, apa yang harus gue bilang pertama kali? Hi, Hallo, Kenalkan nama saya Merlin? Duh apa ya? kenapa jug ague jadi bingung dan dag dig dug gini. Busyet deh deg deg an nya berasa kaya mau sidang skripsi. Eh nggak deh, deg deg an kali ini lebih hebat. Merlin terlihat bengong sambil melihat layar computer dan mengetik beberapa pekerjaan yang sudah mulai Merlin tahu.“Gue gak bebas keluar masuk ruangan Pak Mark, gue juga bebas membersihkan dan menata file ya
Pertemuan aku dan kamu adalah pertemuan yang tidak bisa dielakan lagi meskipun aku ingin. Tuhan mengatur pertemuan kita untuk menyelesaikan semua partikel-partikel yang menjadi misteri diantara kita. Aku dan kamu adalah dua orang yang selalu disemogakan dalam doa bisa menyatu.Meerlin bingung apa yang harus dilakukan ketika Mark datang. Tersenyum, diam saja atau bagaimana? Merlin belum tahu apa yang harus dilakukan seorang sekretaris saat atasan datang. Apakah diam di samping Mark atau menjauh dan hanya menunggu dipanggil saja?Merlin belum sempat berpikir telpon sudah bordering. Merlin terperanjat. Perasaan Merlin dag dig dug karena tahu kalau telpon yang sekarang bunyi pasti pemberitahuan dari receptionis kalau Mark sudah tiba. Dengan ragu Merlin mengangkat telpon.Hallo Bu Merlin, Pak Mark sudah jalan menuju ruangan. Sekarang sedang menuju lift. Suara receptionis menggelegar ke hati Merlin. Baik, terima kasih. Merli
Apa harus ada tragedi dulu agar kamu bisa memberikan sedikit perhatian? Apa harus ada tragedi dulu agar kamu dan aku bisa menyatu? Sulit ya ternyata untuk bisa dekat dengan kamu. Aku harus berdarah dulu.Merlin tersungkur dibawah kaki Mark. Merlin menutup mulut dengan sangat erat berharap darah yang keluar dari mulut Merlin tidak begitu banyak. Merlin berusaha berdiri tapi bintang yang ada di kepala Merlin terlalu banyak. Merlin merasa tubuhnya akan ambruk tapi masih tetap berusaha berdiri.Merlin sudah berhasil berdiri, Finda, Mark, Elsa dan Lila hanha diam saja melihay ke arah Merlin. Merlin memaksakan diri untuk tersenyum. Tidak lama Merlin jatuh pinsan. Mata Mark langsung terbelalak melihat Merlin jatuh pinsan. "Adi, CEPAT PANGGIL ADI!" Mark berteriak.Elsa, Finda dan Lila gelagapan dan saling dorong. Elsa menuju meja Mark sementara Finda dan Lila menuju ke arah Merlin. Finda dan Lila berusaha membangunkan Merlin. "Pak Adi diminta ke ruangan RI 1