Gue baru saja membuka mata dan melihat ke arah jam dinding yang sengaja gue simpan di depan tempat tidur. Gue punya alasan kenapa jam dinding dengan ukuran sangat besar ada dihadapan gue banget ketika bangun, karena gue ingin sekali mendisiplinkan hidup gue. Waktu buat gue adalah money dan disiplin dalam segala hal tentu saja wajib. Sejak kecil gue terbiasa hidup sendiri, jauh dari orang tua, tidak punya sahabat kecuali si Adi brengsek yang sebentar lagi pasti sudah mengetuk pintu.
Meski gue tidak punya banyak teman, jauh dari orang tua tapi gue bersyukur karena gue ada asisten rumah tangga yang sudah gue anggap seperti emak gue sendiri. Yups, namanya Mak Nie. Gue sudah tinggal cukup lama dengan Mak Nie, Mak Nie harta yang paling berharga yang orang tua titipkan ketika orang tue gue memilih untuk tinggal di USA. Gue juga punya adik perempuan Catrine yang saat ini juga memilih tinggal di USA tapi sangat bawel, hampir setiap hari menelpon dan menyuruh gue cari pasangan.
Usia gue sama Catrine hanya beda dua tahun saja, Catrine sudah beberapa kali berganti pasangan dan beberapa kali juga gagal menikah. Bagi Catrine mudah saja berganti pasangan dan move on dari patah hati, tapi bagi gue sangat susah. Gue punya cinta pertama yang susah untuk gue lupakan, cinta pertama yang gue temui waktu gue pertama kali menginjakan kaki di Indonesia. Gue bangun langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan langsung menuju dapur karena gue tahu Mak Nie pasti sudah masak enak hari ini.
Wangi makanan rumahan yang bisa gue nikmati satu minggu sekali, Mak Nie usianya sudah lima puluh dua tahun, gue gak mau kalau Mak Nie kecapean karena harus mengurus rumah dan beberapa karyawan yang ada di rumah. Jadi gue Cuma meminta Mak Nie untuk memasak seminggu dua kali saja, hari Sabtu dan Minggu saat gue ada di rumah. “Hari ini masak apa Mak?” Gue bertanya pada Mak Nie yang masih sibuk mengurus masakan depan kompor sementara gue duduk di meja makan sambil minum segelas air putih.
Mak Nie menoleh ke arah gue “Masak gulai kambing sama tumis sayuran.” Mak Nie memang paling bisa bikin kolestrol gue naik. Tapi gimana lagi, gue paling gak bisa nolak masakan Mak Nie. “Pantesan aja wanginya nyampe ke depan kamar, salad buah aku masih ada kan Mak?" Salad buah menu makan wajib yang harus gue makan tiap hari, walau bagimanapun tubuh gue adalah aset paling berharga.
“Sebentar ya, ini tinggal diangkat saja. Nanti Mak bawakan.” Gue mengangguk. Tidak berapa lama Mak Nie menyudahi adegan masaknnya, Mak Nie menuang gulai kambing ke dalam mangkuk kaca putih dan menata beberapa makanan di meja. Mak Nie juga mengisi air minum di gelas kosong milik gue. Mak Nie menuju kulkas dan mengambil salad buah kemudian menyajikannya untuk gue.
“Udah siap semuanya, makan yang banyak nak.” Gue mengambil nasi satu sendok kecil dan langsung menuangkan gulai kambing ke mangkuk. Gulai kambing yang gak akan pernah gue temuin di resto manapun, rasanya enak banget. Rempah-rempah khas Indonesia membuat gue makin cinta sama Indonesia. Selain bisnis masakan Indonesia juga salah satu factor yang bikin gue gak bisa jauh dari Indonesia.
Gue berharap siapapun calon bini gue nanti, bini gue harus bisa masak masakan seenak Mak Nie masak. Sendokan terakhir gue makan Mak Nie bertanya “Sekretaris baru lagi? Dalam setahun maa sudah ganti empat sekretaris Nak?” Gue hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Mak Nie sambil bersiap mendengarkan kultum yang sebentar lagi akan dimulai. Mak Nie memang asisten rumah tangga, tapi bawelnya melebih emak kandung gue.
“Kamu tuh gimana sih Nak, kamu ke Mak bisa lembut dan sayang banget masa sekretaris harus terus kamu bentak-bentak. Kamu sudah saatnya mencari pengganti Bu Dina. Bu Dina gak bisa jadi sekretaris kamu terus karena Bu Dina sudah tua, sudah waktunya menghabiskan waktu di rumah dan momong cucu. Sekretaris kali ini harus dibaikin ya, jangan sampai gak betah juga kerja sama kamu nak.” Kultum sudah dimulai.
Meski Mak Nie ngomel gak akan pernah gue lawan. Gue memang belum bisa move on dari Bu Dina. Bu Dina sekretarsi bokap gue yang kemudian jadi sekretarsi gue. Usianya sangat tua tapi untuk masalah kerjaan Bu Dina sangat cekatan dan juga sangat mengerti gue. Karena sangat teliti gue jarang sekali marah waktu Bu Dina jadi sekretaris.
Setelah Bu Dina resign gue belum menemukan yang seperti Bu Dina. Tidak banyak menyangkal saat diomongin dan kerjanya rapih, teliti. Paling penting sih jujur, karena sekretaris gue akan pegang semua yang gue miliki. Jujur dan menjaga rahasia paling penting. Gue menjawab pertanyaan dari Mak Nie “Iya Mak, aku usahain gak akan terlalu galak. Si Adi pasti bilang ada sekretaris baru ya? Kurang ajar emang tuh anak.”
Mata Mak Nie langsung melotot ke arah gue “Nah kan baru juga Mak bilang jangan marah-marah, udah marah lagi. Kamu masih muda gimana kalau nanti kena darah tinggi atau jantungan. Kurang-kurangin marah.” Mak Nie pasti akan marah kalau ada yang terjadi pada Adi. Adi keponakan dari Mak Nie yang paling disayang.
Orang tua Adi meninggal saat masih kecil karena kecelakaan, Adi tinggal bersama gue dari kecil. Gue udah anggap Adi sebagai adik gue, Adi juga orangnya sangat baik dan bisa gue percaya. Bokap gue yang biayain sekolah Adi dan menganggap Adi seperti anaknya juga. Bahkan sepertinya bokap lebih sayang Adi dibandingkan gue, karena bokap lebih sering nelpon Adi dibandingkan gue.
Adi tinggal di salah satu rumah kecil yang ada di belakang rumah gue, jadi Adi bisa kapan saja gue panggil. Hampir setiap hari gue bertemu dengan Adi. Tumben hari ini dia belum ke rumah, biasanya sebelum gue bangun Adi sudah gedor pintu kamar gue atau karena gue bangun terlalu pagi? “Si Adi kemana Mak?”
“Adi tadi Mak suruh nganter ke pasar, soalnya Pak Totong sopir lagi nyuci mobil-mobil kamu.” Gue mengangguk, pantesan Adi belum gedor kamar gue. “Mak, besok siapin baju buat golf ya. Aku besok mau golf sama Adi.” Hidup gue memang membosankan, setiap hari gue kerja dan akhir pekan gue habiskan waktu dengan Adi.
“Iya, nanti malam Mak siapkan ya.” Mak Nie langsung mencatat perintah gue di buku kecil yang selalu Mak Nie bawa kemana-mana. “Kalau ada waktu kamu telpon Ibu dan Bapak, mereka kangen.” Mak Nie menyuruh gue untuk nelpon bokap nyokap gue. Sejujurnya gue canggung banget kalau harus nelpon bokap nyokap, seperti ada jarak diantara gue sama mereka. Gue mengangguk dengan cepat “Iya, nanti aku telpon. Aku mau olahraga tolong siapkan buat berendam ya Mak.”
Gue segera beranjak dari kursi meja makan dan langsung menuju ke area gym yang ada di sebelah rumah gue. Gue memulai gym dengan jalan santai sambil melihat pemandangan depan rumah yang penuh dengan tanaman yang terawat. Semua orang di rumah ini bekerja sangat keras, mereka semua keluarga gue. Sekilas gue membayangkan wajah sekretaris yang baru saja gue pilih. Wajah yang akrab dan tidak asing, gue seperti pernah bertemu sebelumnya.
POV MerlinSabtu pagi ini gue bangun tidur dengan perasaan bahagia. Sumpah gak nyangka banget kalau bakal diterima kerja di Summer. Perusahaan yang bahkan gak ada di list target melamar kerja. Gue tahu diri sih otak gue gak begitu cerdas dan Bahasa Inggris gue juga acak-acakan. Tapi karena sekarang gue sudah diterima kerja jadi sekretaris direksi jadi mau gak mau gue harus mulai belajar Bahasa Inggris. Rencananya kalau gue udah dapet gaji, gue akan sisihkan gaji gue untuk invest pengembangan diri gue.Gue pengen sukses di Jakarta dan bisa membanggakan Ibu dan Bapak di kampung. Jadwal gue hari ini pengen rebahan aja sih, menikmati waktu luang sebelum gue masuk kerja. Gue masih enggan bangun dari tempat tidur gue. Baru kali ini gue bangun tidur merasa bangun di Hotel padahal gue bangun di kost an sepetak dan gak ada AC nya. Di Jakarta kalau gue harus kost di tempat yang ada AC nya bisa
Hari pertama kerja selalu jadi hari yang paling menegangkan. Memasuki dunia baru, beradaptasi dengan lingkungan baru dan menerima tugas baru. Selain itu menjadi objek baru yang akan dibicarakan orang satu kantor.Akhirnya hari Senin datang juga. Merlin sudah bangun dari jam empat subuh. Merlin sangat gugup sekaligus bahagia dan antusias. Merlin tidak mau memikirkan hal-hal jelek. Merlin intinya akan bekerja dengan sepenuh hati meskipun menjadi seorang sekretaris bukan keahliannya.Merlin sudah bangun dari tidur tapi masih berbaring ditempat tidur. Gue harus pakai baju apa ya? Duh, gue gak punya baju resmi dan sepatu teplek gue cuma da satu warna hitam dan udeh dekil juga. Masa iya gue ngantor sebagai sekretaris tapi pakai baju mau liputan ke lapangan. Gimana ya? Gue harus pakai baju apa ya? Gue juga gak punya duit untuk beli baju baru.Merlin bergumam dalam hati sambil berpikir. Tidak banyak baju yang Merlin bawa da
Aku lebih memilih menjadi single flower. Menjadi bunga yang mekar sendiri itu jauh lebih cantik ketimbang menjadi bunga bergerombol. Single flower punya kesan mahal dan elegan ketimbang saat digabung dengan bunga lain dalam rangkaian bouquet. Ada banyak yang tentunya Marlin tidak tahu di perusahaan ini. Salah satunya adalah kebiasaan karyawan disini. Jika di tempat bekerja Marlin dulu, karyawan lebih seru dan selalu menghabiskan waktu bersama di kantor baru Marlin ruangan antar Karyawan saja dibuat dengan penuh privasi. Marlin berjalan dengan cepat mengikuti langkah Adi. Ini gue mau diajak kemana sih? Pagi-pagi gue udah berkeringan, kantor nya gede banget pula. Bisa-bisa gue nyasar di kantor ini, lagian kalaupun dikenalin satu persatu sama karyawan disini, kayanya gue gak akan inget deh. Banyak banget gila. Marlin berseru dalam hati sambil mengikuti langkah Adi. “Kamu jangan heran ya kalau ritme kerja di kantor ini
Satu hal yang harus diwaspadai ketika mulai bekerja di perusahaan baru. Yaitu harus bisa membedakan mana lawan dan mana kawan. Keduanya kadang sulit dibedakan, banyak lawan yang berselimut kebaikan dan banyak kawan yang menampilkan sikap apa adanya.Elsa, Lila dan Finda tahu bahwa hari ini ada sekretaris utama yang baru. Elsa, Lila dan Finda menempelkan kuping ke arah ruangan Marlin berharap bisa mendengar percakapan Marlin dan Adi. “Gue lega banget udah ada gantinya tuh sekretaris utama, kalau belum ada gantinya kita terus yang harus menghadap masuk ke kandang tyrex.” Elsa mulai berbicara.“Yah, paling yang sekarang juga gak jauh beda sama yang udah-udah. Kayanya cuma tahan tiga bulan aja habis itu cabut deh.” Lila menjawab apa yang Elsa katakan. “Gak masalah meski cuma tiga bulan, setidaknya selama tiga bulan kita bertiga bisa bernafas lega dan hanya fokus ke kerjaan kantor gak harus ikut campur urusan pribadi b
Ada saja yang bisa mendekatkan aku dan kamu, jalannya bisa lewat kesengajaan atau tidak disengaja. Apapun itu jalannya yang penting aku bisa membekas dihati kamu dan begitupun kamu dihati aku. semoga!Ketiga asisten Merlin sudah menempati posisi kerjanya masing-masing, dan mengerjakan tugas yang sudah diamanahkan dari bosnya, Mark. Namun, ada hal yang mengusik ulu hati Merlin, astaga kenapa ulu hati dibawa-bawa segala Mer.Duh gue harus gimana ya pas nanti menghadap Pak Mark, apa yang harus gue bilang pertama kali? Hi, Hallo, Kenalkan nama saya Merlin? Duh apa ya? kenapa jug ague jadi bingung dan dag dig dug gini. Busyet deh deg deg an nya berasa kaya mau sidang skripsi. Eh nggak deh, deg deg an kali ini lebih hebat. Merlin terlihat bengong sambil melihat layar computer dan mengetik beberapa pekerjaan yang sudah mulai Merlin tahu.“Gue gak bebas keluar masuk ruangan Pak Mark, gue juga bebas membersihkan dan menata file ya
Pertemuan aku dan kamu adalah pertemuan yang tidak bisa dielakan lagi meskipun aku ingin. Tuhan mengatur pertemuan kita untuk menyelesaikan semua partikel-partikel yang menjadi misteri diantara kita. Aku dan kamu adalah dua orang yang selalu disemogakan dalam doa bisa menyatu.Meerlin bingung apa yang harus dilakukan ketika Mark datang. Tersenyum, diam saja atau bagaimana? Merlin belum tahu apa yang harus dilakukan seorang sekretaris saat atasan datang. Apakah diam di samping Mark atau menjauh dan hanya menunggu dipanggil saja?Merlin belum sempat berpikir telpon sudah bordering. Merlin terperanjat. Perasaan Merlin dag dig dug karena tahu kalau telpon yang sekarang bunyi pasti pemberitahuan dari receptionis kalau Mark sudah tiba. Dengan ragu Merlin mengangkat telpon.Hallo Bu Merlin, Pak Mark sudah jalan menuju ruangan. Sekarang sedang menuju lift. Suara receptionis menggelegar ke hati Merlin. Baik, terima kasih. Merli
Apa harus ada tragedi dulu agar kamu bisa memberikan sedikit perhatian? Apa harus ada tragedi dulu agar kamu dan aku bisa menyatu? Sulit ya ternyata untuk bisa dekat dengan kamu. Aku harus berdarah dulu.Merlin tersungkur dibawah kaki Mark. Merlin menutup mulut dengan sangat erat berharap darah yang keluar dari mulut Merlin tidak begitu banyak. Merlin berusaha berdiri tapi bintang yang ada di kepala Merlin terlalu banyak. Merlin merasa tubuhnya akan ambruk tapi masih tetap berusaha berdiri.Merlin sudah berhasil berdiri, Finda, Mark, Elsa dan Lila hanha diam saja melihay ke arah Merlin. Merlin memaksakan diri untuk tersenyum. Tidak lama Merlin jatuh pinsan. Mata Mark langsung terbelalak melihat Merlin jatuh pinsan. "Adi, CEPAT PANGGIL ADI!" Mark berteriak.Elsa, Finda dan Lila gelagapan dan saling dorong. Elsa menuju meja Mark sementara Finda dan Lila menuju ke arah Merlin. Finda dan Lila berusaha membangunkan Merlin. "Pak Adi diminta ke ruangan RI 1
Dalam diamnya, sebenarnya Mark menyimpan khawatir yang besar kepada Merlin. Matanya menatap ke laptop tetapi, pikirannya memikirkan Merlin. Bagaimana kondisinya, apakah sudah sadar atau belum, semua pertanyaan itu menggunung di kepala Mark. Namun, bukan Mark jika tidak mengedepankan gengsinya. Jawaban dari Adi tidak membuatnya tenang, tetapi, Mark tidak mau untuk kembali menanyakan keadaan Merlin. “Baru hari pertama masuk kerja, tapi udah bikin masalah aja sih,” Mark menggumam sendirian. "Tapi masa iya gue harus ganti sekretaris baru lagi, gue malu juga kalau sekretaris hanya bertahan satu atau dua hari padahal gak gue juga yang salah. Gue mana tahu kalau bakal ada kejadian kaya gini." Mark kembali menggumam sendiri.Merlin sudah sadar dan keadaannya pun sudah lebih baik dari pertama saat dibawa ke UGD. Merlin sangat merasa bersalah, karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Namun, malah menimbulkan banyak masalah di kantor. Sekarang, Merlin membuat s